Soetjipto Koesno - Mendengar Suara Kecil, di Tengah Masalah Besar
- mdcsbysystem
- 25 Jun
- 15 menit membaca
Diperbarui: 12 Jul
Catatan Khotbah: āMendengar Suara Kecil, di Tengah Masalah Besar.ā Ditulis ulang dari sharing Bp. Soetjipto Koesno di Ibadah MDC Ciputra World, pada Tgl. 15 Juni 2025.
Mengapa memilih judul di atas?
Karena sering kali kalau melihat masalah, kita merasa bahwa masalah yang dihadapi begitu besar sehingga kita tidak lagi dapat mendengar suara Tuhan yang dapat menuntun kita untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Di tengah kita menghadapi permasalahan ini, Tuhan sering berbicara dengan suara lembut untuk memberi tuntunan bagi diri kita. Tetapi di tengah hingar-bingar masalah yang ada, kita sering mengabaikan dan tidak mau mendengarkan suara-Nya.
Tak sedikit dari kita juga mendengar keluh kesah dari orang-orang yang memiliki masalah,
āDi manakah Tuhan berada? Mengapa aku tidak bisa mendengar suara-Nya? Padahal aku sudah banyak berdoa, mengapa rasanya Dia tidak menjawab semua permohonan doaku? Mengapa sama sekali tidak ada tuntunan dari-Nya?ā
Padahal sebenarnya,
āTuhan itu mau berbicara di dalam hidup kita. Dia terus berbicara hanya saja sering kali kita tidak dapat mendengarkan suara-Nya, karena kita sering disibukkan dengan berbagai masalah dan tantangan yang sedang dihadapi..ā
Apakah kita pernah merasa bahwa jalan yang harus diambil itu terasa semuanya serba salah? Mau mengambil arah kiri salah, mau mengambil arah kanan juga salah. Sepertinya kita berada di dalam persimpangan jalan dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Karena merasa sudah terdesak dan tidak tahu lagi harus berbuat apa.. barulah kita berusaha mencari suara dan tuntunan Tuhan, serta menyimpulkan dengan sepihak bahwa Dia tidak berbicara apa-apa atas permasalahan yang sedang kita hadapi. Padahal bisa jadi selama ini Dia terus berbicara, hanya saja kita sering disibukkan dengan berbagai ego dan keinginan diri sendiri.
Tetapi apa pun permasalahan yang sedang kita hadapi, baik di dalam kesehatan, keluarga, keuangan, pekerjaan.. seburuk apa pun kita merasa pilihan yang tersedia di depan kita, Tuhan itu terus hadir dan mau berbicara di dalam hidup kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah membuka telinga kita lebar-lebar, mendengar, dan memperhatikan apa yang Dia mau sampaikan di hidup kita.
Karena itu pertanyaannya sebenarnya bukanlah tentang apakah Tuhan masih berbicara / tidak, tetapi apakah kita ini mau mendengar / tidak suara-Nya pada saat Dia berbicara?
Di tengah dunia yang super sibuk, lengkap dengan berbagai gempuran unggahan sosial media (sosmed) yang tidak pernah berhenti untuk memaksa perhatian kita melihat gadget.. ketika Tuhan berbicara, bisa jadi kita sudah tidak bisa lagi mendengar suara-Nya karena sudah terlalu disibukkan dengan medsos dan gadget. Sering kali Dia berusaha dengan sangat keras untuk mencari jalan, agar kita dapat mendengar suara-Nya.
Nama jalan dan tempat tersebut adalah crossroad / persimpangan jalan, di mana kita sudah tidak tahu lagi harus memilih jalan yang mana, sehingga barulah pada saat itu kita memutuskan untuk mencari suara dan tuntunan-Nya.
Kisah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead.
Adalah seorang nabi yang dipakai Tuhan dengan luar biasa, dan dengan cara yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Pada suatu hari dia mengatakan pada Ahab, raja Israel..
āDemi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.ā (1 Raja-Raja 17:1).
Kekeringan yang terjadi di Israel selama 3,5 tahun ini (Yakobus 5:17) diakibatkan,
āAhab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya. Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya. Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya.ā (1 Raja-Raja 16:30-33).
Sesudah beberapa lama, datanglah firman Tuhan pada Elia untuk menemui Ahab, sebab Dia hendak memberi hujan ke atas muka bumi (18:1).
Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: āEngkaukah itu, yang mencelakakan Israel?ā Jawab Elia kepadanya: āBukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal. (18:17-18).
Lalu Elia menyuruh mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel (18:19).
Di atas gunung Karmel, Elia memberi tantangan untuk disediakan dua ekor lembu jantan dan memberi kesempatan terlebih dahulu pada ratusan nabi Baal tersebut untuk memanggil dan mempersembahkan korban bagi allah mereka. Alkitab mencatat di dalam 1 Raja-Raja 18:23-29, tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, dan tidak ada tanda perhatian dari Baal mereka.
Lalu Elia berkata kepada seluruh rakyat itu: āDatanglah dekat kepadaku!ā Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: āEngkau akan bernama Israel.ā (18:30-31).
Lalu Elia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu (18:32-33).
Sesudah itu Elia meminta untuk memenuhi empat buyung dengan air, dan menuangkannya ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air (18:34-35).
Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata:
āYa TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.ā
Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya (18:36-38).
Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: āTUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!ā (18:39).
Kemenangan yang sungguh gegap gempita dan luar biasa besar. Lalu Elia menyuruh untuk menangkap 450 nabi Baal, membawa mereka ke sungai Kison, dan menyembelih mereka di sana (18:40).
Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: āBeginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.ā (19:1-2).
Maka takutlah Elia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: āCukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.ā (19:3-4).
Di dalam dunia ini semuanya serba tidak pasti. Bisa jadi di satu hari seseorang itu mendapat keberhasilan yang begitu hebat, tetapi di hari berikutnya, segala sesuatu yang diraihnya selama ini bisa berubah dan menghilang sekejap. Itulah sebabnya ketika diberkati Tuhan dengan keberhasilan, jangan menjadi sombong.
Semua yang ada di dalam dunia ini sifatnya rapuh, termasuk manusia dengan kehebatannya.
āSesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: āBangunlah, makanlah!ā Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: āBangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.ā Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.ā (18:5-8).
Saat Elia ingin agar Tuhan mengambil nyawanya, Tuhan itu luar biasa baik. Dia mengirim malaikat bukan untuk menghabisi nyawa Elia, tetapi untuk memberi makan. Melaluinya kita dapat belajar bahwa Tuhan itu peduli dengan apa yang dialami anak-anakNya. Selain itu kita juga dapat belajar kalau mau membantu meringankan beban seseorang yang sedang stres, maka ajaklah dia untuk makan bersama. Maka dirinya disegarkan kembali, sama seperti yang dialami Elia.
Tuhan yang Berbicara pada anak-anakNya.
Kisah di mana Allah telah menyatakan Diri-Nya dan menyampaikan kehendak-Nya pada Elia di gunung Horeb, yang dicatat di dalam kitab 1 Raja-Raja 19 mengajarkan kita tentang,
Pertama. Tuhan berbicara lewat suara lembut.
Dia adalah Tuhan yang masih berkuasa dan mau berbicara di dalam hidup anak-anakNya.
Elia sebelumnya sudah melihat bagaimana api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya (18:38). Sebuah kejadian yang begitu dramatis sekaligus menyatakan kedahsyatan Tuhan. Di gunung Horeb di dalam 1 Raja-Raja 19, Elia berpikir bahwa Tuhan juga akan berkata-kata kepadanya dengan cara yang spektakuler.
Tetapi kita dapat membaca di dalam angin besar dan kuat yang membelah gunung dan memecah bukit-bukit batu, lalu ada gempa dan api.. di sana tidak ada Tuhan (19:11-12). Tetapi ketika datang bunyi angin sepoi-sepoi basa, Elia segera menyelubungi mukanya dengan jubahnya, pergi ke luar, dan berdiri di pintu gua (19:12-13).
Melalui peristiwa ini kita dapat belajar bahwa Tuhan tidak harus berteriak dengan cara yang begitu dramatis ketika berbicara pada kita. Justru Dia rindu untuk bisa berbicara dengan karib dan dapat menyampaikan isi hati-Nya, sama seperti kita berbicara pada teman baik, atau pada pasangan saat tidak lagi bertengkar. Dia sangat rindu untuk berbicara karib bersama anak-anakNya.
Kalau pada hari-hari ini kita merasa Tuhan sudah tidak pernah berbicara lagi pada kita, mungkin saja kita yang terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas pekerjaan kita. Bisa jadi selama ini Dia banyak berbicara, tetapi kita yang tidak menyediakan waktu untuk mau mendengar suara-Nya.
Komunikasi yang baik itu dibangun 2 arah. Dalam hubungan kita bersama dengan Tuhan, Dia mau berbicara dan kita mendengar perkataan-Nya. Demikian pula terjadi sebaliknya. Tetapi yang terjadi selama ini adalah kita mau agar Dia yang diam mendengar, dan kita yang terus berbicara.
Di dalam konseling kita juga sering mendengar ada salah satu pihak yang mengeluh mengapa pasangannya tidak pernah mau mendengar tentang apa yang dia perkatakan selama ini. Dan yang menjadi pertanyaannya adalah, kalau pasangan kita berbicara, apakah kita sudah menjadi pendengar yang baik bagi dirinya? Jangan-jangan, seseorang yang selama ini protesnya paling banyak biasanya masalah utamanya terletak di dalam pribadi orang yang sering protes tersebut.
Tuhan tidak pernah protes dan berteriak tentang kita, justru Dia sangat berharap agar kita mau mendengar suara-Nya. Sering kali kita mau agar Tuhan yang mendengar segala permohonan doa kita, tetapi kita harus belajar untuk berdiam diri dan menyediakan waktu untuk mendengarkan suara-Nya. Firman Tuhan mengatakan,
āDiamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!ā (Mazmur 46:10).
Tuhan mengajar kita untuk belajar banyak diam dan tidak terus menuntut, karena seorang yang terlalu banyak berbicara tidak akan dapat menyelesaikan apa-apa. Dalam membangun komunikasi yang baik, salah satu pihak harus belajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik. Kalau suaranya sama-sama naik / keras, maka dibutuhkan banyak hal untuk mendapat perhatian dari lawan bicara kita agar dapat mendengar suara kita. Bisa jadi diperlukan banyak aktivitas fisik seperti memukul benda di sekitar, atau justru malah menaikkan volume suara kita.
Padahal di dalam komunikasi yang baik, suara tidak perlu keras karena kita dapat mendengar suara seseorang yang kita ajak berkomunikasi.
Tuhan selalu berbicara dengan suara lembut, dan Dia tidak pernah memaksa untuk didengar. Dia berharap agar kita ini mau menyediakan waktu di setiap harinya, agar kita dapat mendengar suara-Nya yang berbicara bagi diri kita.
Kedua. Suara Tuhan jelas bagi domba-dombaNya.
āAkulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.ā (Yohanes 10:14-15).
Suara itu sangat spesifik, tidak sama persis antara suara satu dengan lainnya. Kalau kita menerima panggilan telepon, maka kita pasti akan mengenal siapa suara yang berbicara. Bahkan di tengah keramaian sekalipun, kita pasti akan mengenal suara siapa yang memanggil kita. Karena setiap orang itu suaranya berbeda dan khas. Kalau kita tidak pernah bisa membedakan mana suara dari Tuhan dan mana yang bukan, maka bisa jadi kita ini tidak pernah mendengarkan suara-Nya.
Belajarlah untuk mengenal suara Tuhan kita, karena tidak ada yang lebih perlu di dalam kehidupan ini selain belajar untuk mendengarkan suara-Nya. Kalau kita mau belajar untuk mendengar dan menaati suara Tuhan, maka āsuara-Nya yang kecilā itu dapat mengubah sejarah perjalanan di dalam hidup kita.
Firman Tuhan mengatakan,
āJikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.ā (Yohanes 15:7-8).
Belajarlah untuk mendengar suara Tuhan, bukan hanya memaksa Dia menjawab setiap permohonan doa yang kita panjatkan selama ini. Kita bisa mendengar suara-Nya di setiap hari dengan membaca firman-Nya. Tetapi yang menjadi pokok permasalahannya hari-hari ini adalah,
āApakah setiap hari kita masih rajin dalam membaca firman-Nya di Alkitab?ā
Bagaimana caranya kita dapat mendengar suara-Nya, kalau kita tidak pernah membaca firman-Nya sehingga kita dapat mengetahui mana kehendak-Nya yang benar / yang tidak? Tuhan memang bisa berbicara melalui apa saja, tetapi semua harus dilandaskan atau kembali pada kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab. Bacalah firman-Nya di setiap hari, agar kita dapat mendengarkan suara-Nya. Bukankah firman Tuhan mengatakan,
āJadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.ā (Roma 10:17).
Ketiga. Suara Tuhan membawa kejelasan, bukan kebingungan.
āDan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia, dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: āInilah jalan, berjalanlah mengikutinya,ā entah kamu menganan atau mengiri.ā (Yesaya 30:20-21).
Kalau Tuhan berbicara itu sifatnya jelas, tidak membuat kita bingung. Hanya saja yang menjadi permasalahannya adalah, tidak semua dari kata-kataNya itu kita sukai. Sering kali apa yang Dia suruh, belum tentu kita sukai. Dan karena kita tidak suka, maka kita berusaha untuk mencari pilihan lainnya.. padahal sama Tuhan kita harus belajar taat melakukan apa yang Dia katakan.
Ketika Dia memberitahu dan mengajar sesuatu, Dia pasti tidak akan mempermalukan diri kita. Justru Dia memberikan anugerah-Nya agar kita dapat menyelesaikan apa yang sudah Dia minta. Tuhan tetap bersabar ketika kita gagal, dan Dia terus memberi kita kekuatan untuk kembali bangkit, karena Dia sangat menyayangi hidup kita.
Tidak ada orang yang mencari Tuhan dan tidak menemukan-Nya. Tidak ada orang yang menjerit memanggil-Nya, dan Dia tidak menjawab-Nya. Tidak ada seorang pun yang mengetuk pintu dan pintu terbaik-Nya tidak Dia buka. Karena itulah yang Dia ajarkan pada kita,
āMintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.ā (Matius 7:7-8).
Masa kita meminta untuk mendengar suara-Nya, Dia tidak mau berbicara? Mana ada orang tua di dunia ini yang anaknya mengajak berbicara, tetapi mereka tidak menjawab ajakan anaknya? Terlebih lagi dengan Bapa kita yang ada di Surga. Cuma sering kali kalau kita mau mendengar suara Tuhan, kita harus berfokus mendengar suara-Nya dengan bersungguh hati. Jangan sampai telinga rohani kita sama seperti HP yang sering kali ada gangguan, dan bahkan sering kehilangan signal.
Dalam hubungan bersama Tuhan, banyak halangan yang bisa mengganggu komunikasi kita dengan-Nya. Bisa jadi karena ada kepahitan, dosa, kebiasaan buruk, masukan dari teman yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, dll. Tetapi pastikan semua halangan tersebut kita tinggalkan. Mengapa? Karena kalau kita sampai kehilangan hubungan dengan Tuhan, maka kita dapat tersesat.
Kita masih memiliki pilihan. Apakah kita mau mencari dan bertanya pada Tuhan dengan segenap hati? Atau mau mencoba dengan cara dan kekuatan kita sendiri? Kalau kita mencoba dengan cara dan kekuatan kita sendiri, bisa saja kita tersesat, dan mungkin masih bisa kembali lagi. Tetapi jangan bermain-main dengan kesempatan yang sudah Tuhan berikan berulang kali.
Iya kalau kita masih memiliki kesempatan untuk bertobat, bagaimana bila kesempatan itu tidak pernah datang? So, please be wise..
Kalau kita tersesat di dalam hidup ini, sering kali yang menjadi korbannya adalah pasangan, anak-anak, seluruh anggota perusahaan, bahkan hidup kita.. mengalami semuanya itu, baru kita mau memutuskan kembali pada Tuhan. Padahal Dia selama ini mengajar kita untuk hidup dan memilih hal yang benar, sesuai dengan firman-Nya.
Dalam dunia modern ini, hidup sendirian itu sangatlah sulit. Karena itu Dia memberi orang-orang yang ada di sekitar kita, untuk memberikan nasihat dan bimbingan.
Firman Tuhan mengatakan,
āJikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.ā (Amsal 11:14).
Orang-orang yang Tuhan tempatkan di sekeliling kita bisa menjadi penasihat yang baik. Sebab, tidak semuanya dapat kita pahami dan mengerti di dunia ini, itulah sebabnya Dia menaruh kita di dalam sebuah keluarga rohani yang besar di gereja, agar kita dapat belajar satu dengan lainnya.
Di dalam Gereja MDC, ada komunitas rohani yang bernama Contact. Di dalamnya kita dapat belajar banyak hal rohani, serta dikelilingi orang-orang yang tepat untuk dapat mendukung pertumbuhan kerohanian kita. Justru yang berbahaya itu ketika kita merasa sedang berkumpul dengan komunitas orang percaya, tetapi hidup mereka justru malah menjauh dari kebenaran firman Tuhan.
Firman Tuhan mengatakan,
āTetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.ā (1 Korintus 5:11).
Jangan bergaul dengan orang-orang di atas, karena semuanya itu dapat menghancurkan hidup kita.
āJanganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.ā (1 Korintus 15:33).
Keempat. Tuhan menarik kita ke padang gurun untuk berbicara pada hati kita.
Kalau kita semua mengalami hidup enak, banyak yang mencapai keberhasilan, tidak ada masalah sama sekali, tidak ada sakit penyakit, semua berada di dalam keadaan yang baik-baik saja.. maka ketika Tuhan berbicara, pasti seratus persen kita tidak akan bisa untuk mendengarkan suara-Nya.
Saat Daud berada di posisi puncak, Daud meminta untuk diadakan sensus. Yoab tahu hal ini akan mendukakan hati Tuhan, tetapi yang namanya orang sedang mengalami banyak keberhasilan dan berada di posisi puncak itu, sangat susah untuk diberi masukan (2 Samuel 24).
Itulah sebabnya Tuhan mengizinkan kita mengalami sakit penyakit, berbagai kegagalan, ada permasalahan keluarga, anak-anak yang memberontak, orang-orang yang selama ini kita percayai justru berbalik mengkhianati dan melawan kita.. melalui semuanya itu, Tuhan mengizinkan kita untuk masuk ke dalam āpadang gurunā. Sebagai Bapa yang baik, Dia itu mau berbicara ke dalam hati kita.
āSebab itu, sesungguhnya, Aku ini akan membujuk dia, dan membawa dia ke padang gurun, dan berbicara menenangkan hatinya.ā (Hosea 2:14).
āTherefore I am now going to allure her; I will lead her into the wilderness and speak tenderly to her.ā (New International Version).
Kata allure itu memiliki arti sama seperti pancingan yang digunakan untuk menarik hewan buruan, untuk dirinya dapat datang kepada pemburu / mau memakan umpannya. Demikian pula karena besarnya kasih Tuhan di dalam hidup kita, ketika sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.. Dia mencoba untuk mendapatkan hati kita, perhatian dan telinga, supaya Dia dapat berbicara.
Kalau kita tidak mau diomongi di āpadang gurunā maka ketika Dia berbicara, belajarlah untuk taat. Dia adalah Tuhan yang selalu rindu untuk dapat berbicara di dalam hidup anak-anakNya. Pada waktu berada di dalam masalah besar, jangan protes tetapi bertanyalah pada Tuhan,
āApa yang Engkau ingin sampaikan / ajarkan di dalam hidupku?ā
Semakin cepat kita menyadarinya, maka semakin cepat pula kita dapat keluar dari āpadang gurunā. Tetapi semakin kita mengeraskan hati dan menolak mendengarkan suara-Nya, justru kita mengalami hal-hal yang semakin bertambah berat. Melalui semuanya itu, tidak ada niat hati Tuhan untuk menghancurkan anak-anakNya. Dalam kasih sayang-Nya yang besar, Dia mengizinkan semuanya terjadi untuk mendidik kita, anak-anakNya.
Anak muda dan kanker darah.
Valentina adalah seorang anak muda yang pada saat itu sedang menempuh pendidikan S2. Tidak ada masalah apa pun di dalam kesehatannya, selain dari agak sulit untuk buang air. Karena di sekolahnya dia memiliki asuransi, maka dia memutuskan untuk berobat ke rumah sakit hanya untuk sekadar memeriksa, daripada tidak dipakai asuransinya.
Saat diperiksa, di tangannya saat itu juga terdapat banyak luka. Suster di rumah sakit menganjurkan dirinya agar memeriksakan darahnya di laboratorium. Setelah diperiksa sekali, susternya menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dan ditemukan bahwa Valentina terkena kanker darah. Lalu dengan segera dirujuk ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi, hanya untuk mendengar vonis bahwa sisa hidupnya masih ada 3 bulan lamanya.
Dokternya memutuskan untuk melakukan kemo sebanyak 3 kali dan cangkok sumsum. Tetapi tidak ada satupun dari saudara kandungnya yang mengalami kecocokan untuk melakukan cangkok sumsum. Uang di asuransinya sudah mulai menipis digunakan untuk biaya pengobatan. Dokternya bersimpati dengan keadaannya, lalu mengajak Valentina untuk kemo di kliniknya, guna dapat meringankan beban biaya yang dikeluarkan.
Di klinik tersebut Valentina menjalani kemo kedua. Tetapi nahas terjadi malapraktik, di mana pada saat itu perawatnya melakukan kemo dengan dosis 10 kali lebih kuat. Akibatnya Valentina langsung koma. Sebelum mengalami koma, kekasihnya juga memutuskan hubungan mereka dan pindah ke kota lain. Tetapi Valentina aktif dalam persekutuan doa di tempat kuliahnya, dan di dalam persekutuan tersebut ada seorang pria yang selalu setia menemaninya pada saat di rumah sakit.
Setelah kemo kedua dan terjadi koma, rasanya sudah tidak ada harapan lagi. Tetapi Tuhan masih memberikan anugerah-Nya dan terjadi mukjizat, teman-teman di persekutuan doa juga tidak berhenti mendoakan kesembuhan Valentina.
Lalu ada seorang temannya yang membawakan buku yang berjudul, āTrusting God, Even When Life Hurtsā yang ditulis oleh Jerry Bridge.
Apa yang ditulis di dalam buku tersebut membuat Valentina belajar,
Pertama. Tuhan itu Mahakuasa dan Dia tidak pernah kehilangan kendali di dalam hidup ini.
Sering kali kita berpikir sudah tidak ada lagi harapan dan semuanya sudah hancur, tetapi jangan pernah lupa kalau kita masih memiliki Tuhan yang Mahakuasa. Dia masih memegang kendali penuh atas kehidupan kita, dan Dia tidak pernah terkejut dengan apa yang terjadi di dalam hidup kita.
Kedua. Tuhan itu Mahatahu dan Dia tidak pernah berbuat salah.
Sering kali kita berpikir bahwa Tuhan sudah berbuat salah ketika mengizinkan beberapa hal terjadi di dalam hidup kita. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah, siapa yang lebih pintar? Tuhan atau diri kita? Sering kita juga merasa bahwa kita ini jauh lebih pintar dari Tuhan. Valentina belajar dan meyakini melalui apa yang dialaminya, Tuhan itu tidak pernah berbuat salah. Dia pasti memiliki tujuan melalui peristiwa ini.
Ketiga. Tuhan itu Mahakasih, tidak ada rancangan buruk di dalam diri-Nya.
Ketiga kebenaran ini memberi kekuatan di dalam hidup Valentina, khususnya pada saat melewati masa-masa terberatnya. Dirinya tidak tahu bagaimana masa depannya akan terjadi seperti apa, terlebih lagi bagaimana harus membayar semua tagihan biaya pengobatannya. Tetapi waktu terus berjalan, 3 bulan lagi Valentina akan meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.
Tetapi Valentina berkata sama Tuhan,
āTuhan, laki-laki yang menemaniku selama di rumah sakit ini kok baik. Kalau aku sudah sembuh, apakah boleh aku menikahinya? Dokter juga berkata kalau kemo kedua ini telah membakar habis rahim / tempat kandunganku. Bolehkah aku memiliki permintaan kalau Engkau izinkan aku menikah dengan pria ini, apakah boleh aku nantinya akan memiliki anak-anak, sama seperti keluarga normal lainnya?ā
Suara Kecil itu mulai memberikan harapan, dan membangkitkan iman di dalam hidupnya.
Ketika Tuhan berbicara di dalam hati kita, suara-Nya mungkin terdengar kecil tetapi kuasa-Nya justru semakin besar dinyatakan.
Suara yang sama pernah mengatakan,
Kata Yesus kepadanya: āBangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.ā (Yohanes 5:8).
Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: āLazarus, marilah ke luar!ā Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: āBukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.ā (Yohanes 11:43-44).
Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: āDiam! Tenanglah!ā Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. (Markus 4:39).
Adalah suara Tuhan Yesus yang sama, yang akan berbicara di dalam hidup kita masing-masing. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah,
āMaukah kita menyediakan waktu untuk dapat mendengarkan suara-Nya?ā
Maukah kita meninggalkan sejenak berbagai kesibukan kita, dan meluangkan waktu untuk dapat datang dan mendengarkan suara-Nya? Maukah kita meluangkan waktu kita yang begitu sibuk dan dipenuhi dengan banyak kegiatan, untuk berdiam diri sejenak, dan memiliki waktu teduh untuk kita dapat mendengarkan suara-Nya?
Kalau kita mau, Tuhan itu sebenarnya sudah menunggu begitu lama kedatangan kita. Kasih-Nya begitu besar. Tidak ada orang tua yang tidak ingin berbicara karib bersama anak-anakNya. Tetapi kebanyakan anak-anak, dan juga setiap kita, sibuk dengan berbagai kegiatan kita sendiri.
Dalam berbagai kesibukan kita seperti sibuk mengejar ambisi dan cita-cita pribadi, sibuk dengan anggota keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan banyak hal lainnya.. Tuhan rindu agar setiap kita dapat kembali kepada-Nya dan mengatakan,
āTuhan, aku mau mendengar suara-Mu. Berbicaralah Tuhan, aku siap mendengar-Mu.ā
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Komentar