top of page

Erlangga Dharma - Beatitudes: Ucapan Bahagia: Dukacita yang Dihibur Salib Kristus

  • mdcsbysystem
  • 3 jam yang lalu
  • 13 menit membaca

Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Erlangga Dharma, di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 19 Oktober 2025.


Ayat Bacaan: Matius 5:1-12.


Konteks Khotbah di Atas Bukit.


Perikop ā€œKhotbah di atas Bukitā€ yang ditulis di ayat firman Tuhan di atas memiliki konteks,


ā€œDisampaikan setelah Tuhan Yesus memanggil para murid (Matius 4:18-22), bukan persyaratan untuk diselamatkan tetapi buah dari keselamatan itu sendiri—mencerminkan bagaimana kehidupan kita yang sesungguhnya di dalam Kristus, strukturnya sama dengan Hukum Musa (bandingkan dengan Keluaran 19:4, 20:2), dan khotbah ini memiliki tujuan agar umat Allah dapat menampilkan bagaimana karakter Allah yang sesungguhnya di dalam hidup keseharian mereka.ā€


Konteks ayat di atas memiliki ciri khas tentang kehidupan yang diharapkan ada di dalam setiap hidup orang percaya, yang sudah menerima keselamatan dari-Nya. Cirinya selalu sama dan hal ini merupakan cara hidup orang percaya,


ā€œTuhan memanggil para murid, memberinya anugerah dan juga nasihat..ā€

Ketika bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, semuanya terjadi bukan karena mereka layak tetapi lebih karena ada anugerah Tuhan yang telah menyertai dan melayakkan hidup mereka. Setelah keluar dari Mesir, firman Tuhan pertama yang diberikan dalam hidup mereka adalah..


ā€œAkulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.ā€ (Keluaran 20:2-3).


Dia ingin agar Israel menjadikan Dia sebagai satu-satunya Allah, dan tidak ada lainnya.


ā€œDan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.ā€ (Matius 7:28-29).


Banyak yang takjub karena Tuhan Yesus mengajar mereka dengan penuh kuasa. Hal ini mengingatkan setiap kita yang hari-hari ini hidup juga dengan kondisi yang sama. Apa maksudnya?


Di dalam pasal 5-7 ditulis banyak pengajaran dari Dia. Melaluinya kita diperlengkapi dan pada akhirnya nanti, kita diajak untuk menerangi dunia dengan nilai-nilai dari-Nya. Dan nilai-nilai yang disampaikan Kristus di dalam firman-Nya itu jelas jauh bertentangan dengan semua nilai yang ada di dalam dunia ini.


Gereja Tuhan di akhir zaman harus memiliki keberanian untuk menyuarakan kebenaran, dan kita tidak boleh menjadi sama dengan dunia ini. Kita harus menjadi garam dan terang-Nya.


Memang selama kita hidup di dalam dunia, kita masih harus menghadapi dan menyelesaikan berbagai ā€œpertempuranā€. Tetapi pertempuran terbesar sudah diselesaikan Tuhan Yesus dari atas kayu salib-Nya. Bersama dengan Dia, kita akan diberi kasih dan hikmat-Nya serta dimampukan untuk melalui dan memenangkan setiap ā€œpertempuranā€ yang diizinkan-Nya terjadi dalam hidup kita.


Di dalam Matius 5:1-12 ditulis ada 9 kata ā€œBerbahagialah..ā€, dan semua terlihat tidak masuk di akal karena terdengar saling bertentangan. Sama seperti beberapa nilai kebenaran yang hari-hari ini terus diperjuangkan seperti,


ā€œAnak-anak muda menjaga kekudusan hidup, sebagai orang percaya kita menjaga kesalehan di dalam menjalani kehidupan ini, dan masih banyak nilai lainnya di dalam hidup ini..ā€


ā€œBerbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.ā€ (Matius 5:4).

Mengapa di ayat di atas dikatakan bahwa air mata menjadi pintu penghiburan bagi kehidupan orang percaya? Dukacita yang kita alami justru malah menjadi pintu pengharapan? Sebaliknya, dunia hari-hari ini malah mengejar bagaimana caranya mendapatkan sukacita sesaat, kesenangan semu, segala usaha membahagiakan diri sendiri.. tak sedikit juga motivator yang mengatakan,


ā€œEnjoy your life, follow your heart..ā€


Bukankah hal ini sudah ada sejak zaman dahulu?


ā€œMuda foya-foya / bersenang-senang, Tua kaya raya, dan Mati (berharap) masuk Surga.ā€


ā€œBlessed are those who mourn, for they shall be comforted.ā€ (‭‭Matthew‬ ‭5‬:‭4‬, ESV‬‬).

Kata comforted tidak hanya memiliki arti dihibur, tetapi juga kita mendapatkan pertolongan dari Tuhan yang tepat pada waktu-Nya.


Nasihat ini ditujukan pada para murid, melalui khotbah di atas bukit. Seharusnya sebagai murid Kristus, kita juga menghidupi nilai yang sama. Kalau kita malah menghidupi nilai-nilai yang ada di dalam dunia ini, maka di manakah garam dan terang dunia yang seharusnya mewarnai itu?


ā€œKamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.ā€ (Matius 5:13-16).


Paradox of Happiness.


Dunia memiliki standar kebahagiaan:


• Mengejar kesenangan dunia, hiburan, dan berbagai bentuk pelarian diri (Pengkhotbah 2:1-11).


Bentuk pelarian diri ini mengacu pada hal-hal yang membuat kita sepertinya dapat lupa sejenak akan masalah yang sedang dihadapi. Tak sedikit orang yang ketika menghadapi permasalahan yang tak kunjung ada akhirnya, mereka malah melarikan diri pada narkoba, alkohol, pornografi, dan berbagai kecanduan lainnya.. hanya sekadar untuk memuaskan kekosongan di dalam jiwanya. Padahal kita tahu bahwa hanya Pencipta kita sendiri, yakni Tuhan Yesus, yang dapat memuaskan kekosongan di dalam jiwa kita. Bukan isi dari dunia ini.


• Menolak kesedihan melalui penyangkalan, optimisme semu, atau segala bentuk pelarian.


tetapi lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru: ā€œMarilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!ā€ (Yesaya 22:13).


Hari-hari ini di dunia berlaku apa yang namanya prinsip YOLO / You Only Live Once / kamu hidup di dunia ini hanya sekali saja, karena itu ngapain hidup dibuat susah, lebih baik hidup ini dinikmati dengan berbagai kesenangan dunia.


Memang, tidaklah salah bila kita menikmati dan mensyukuri setiap berkat yang sudah Tuhan berikan di dalam hidup kita, tetapi kepuasan sejati hanya kita dapatkan di dalam Yesus dan di dalam hadirat-Nya. Kepuasan sejati tidak akan pernah kita dapatkan dari dalam dunia ini.


• Kebahagiaan yang bergantung pada keadaan itu sifatnya selalu pudar dan tidak stabil.


ā€œDi dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan.ā€ (Amsal 14:13).


Inilah kebahagiaan yang berusaha ditawarkan dunia, dan setiap dari kita memiliki kecenderungan untuk mencari bentuk ā€œpelarian diriā€ sejenak, untuk melupakan berbagai kesusahan hidup.


Kebahagiaan Sejati menurut firman Tuhan.


Tetapi kita diajar ada kebahagiaan sejati yang tidak menurut standar nilai dunia, tetapi sesuai dengan standar kebenaran firman Tuhan di Alkitab,


Happy are the Sad?

Bila kita melihat hari-hari ini, tempat hiburan marak kembali dan banyak dikunjungi orang-orang. Bahkan ada sebuah fenomena, tingkat perekonomian sedang turun tetapi tempat perbelanjaan / mall dan tempat hiburan malah meningkat jumlah pengunjungnya.


Kalau dahulu yang memiliki banyak uang, banyak yang memilih untuk berlibur ke luar negeri. Tetapi hari-hari ini banyak orang memutuskan untuk pergi ke tempat di dalam negeri, selain karena alasan ekonomi, mereka tetap membutuhkan apa yang namanya healing, short escape / liburan sejenak, sesuatu yang dapat mengalihkan stres dan kesibukan walaupun hal itu hanya sejenak saja.


Bagaimana bisa kita dikatakan sedang berbahagia, padahal kita sedang berduka?


ā€œBerbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.ā€ (Matius 5:3).


ā€œBlessed are the poor in spirit, for theirs is the kingdom of heaven.ā€ (‭‭Matthew‬ ‭5‬:‭3‬ ‭ESV). ‬‬


Kalau kita sering melihat bangunan biasa, maka kita akan memiliki kesan yang biasa-biasa saja. Tetapi bila kita melihat bangunan yang tinggi, besar, dan spektakuler.. maka sikap dan pandangan kita menjadi jauh berbeda.


Alkitab mencatat kisah Yesaya yang mengalami penglihatan supranatural, di mana dirinya melihat kemuliaan Allah dinyatakan di hadapannya,


ā€œDalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ā€œKudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!ā€ Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.ā€ (Yesaya 6:1-4).


Lalu, apa yang menjadi respon Yesaya?


Lalu kataku: ā€œCelakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.ā€ (ayat 5).


Padahal Yesaya adalah seorang nabi besar, di mana dirinya adalah instrumen yang selama ini diurapi dan dipakai Allah untuk menyampaikan kebenaran firman-Nya. Tetapi dibanding dengan ā€œkehebatanā€ dirinya sebagai seorang nabi, di hadapan takhta dan kemuliaan-Nya, Yesaya menyadari betapa celaka diri dan najis bibirnya. Dirinya merasa tidak layak untuk berdiri di dalam hadirat-Nya.


Ketika ā€œberhadapanā€ dengan Allah dan menyadari keberdosaan kita (poor in spirit), di saat itulah kita seharusnya berdukacita karena dosa, dan juga karena dampak yang ditimbulkannya.


Semakin kita mendekat dan masuk ke dalam hadirat Allah, semakin banyak kita diperlihatkan masih ada ruang di dalam hati yang membutuhkan pertobatan sejati, dan kita harus meninggalkan segala perbuatan dosa yang selama ini telah mendukakan hati-Nya.


Ketika istri dari Bp. Pdt. Erlangga me-make up wajahnya sebelum mereka berdua pergi ke pesta, Bp. Pdt. Erlangga menemukan semakin dekat istrinya make up dengan sumber cahaya, maka semakin baik pula hasil kualitas make up polesannya. Sebaliknya bila semakin jauh dari sumber cahaya, maka hasil make up-nya juga terlihat tidak rata dan tidak maksimal.


Cahaya menentukan bagaimana kualitas make up dari seseorang karena semakin dekat kita dengan sumber cahaya, maka semakin kelihatan bagian wajah mana yang masih perlu dipoles. Sama halnya ketika kita berhadapan dengan Allah, kita akan disadarkan bahwa masih ada dosa yang belum kita bereskan di hadapan-Nya selama ini.


Seharusnya hal ini membuat kita berduka dan sedih, karena ada banyak hal yang masih perlu diperbaiki di dalam hidup. Sehingga melaluinya, hadir ruang bagi Tuhan untuk dapat mengubah diri kita untuk bertumbuh semakin dewasa dan juga semakin serupa dengan Kristus.


Itulah sebabnya mengapa kita perlu bergabung dengan Contact untuk mendapat saudara dan saudari dalam perjalanan rohani. Di tempat inilah selain kita diperlengkapi dan juga didukung pertumbuhan hidup kerohanian, kita juga diproses dan diasah agar bertumbuh serupa Kristus.


ā€œBesi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.ā€ (Amsal 27:17).

Dukacita Mendalam Atas..


• Dukacita atas dosa pribadi dan komunal.


ā€œTetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.ā€ (Lukas 18:13).


Di dalam hadirat Tuhan, ketika firman Tuhan disampaikan.. marilah menyelidiki hati dan menyadari, serta berbalik sepenuhnya dari dosa-dosa yang harus ditinggalkan, dan mengiring Kristus di dalam hidup keseharian.


• Dukacita atas ketidakadilan dan penderitaan.


ā€œBerapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: ā€œPenindasan!ā€ tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi. Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.ā€ (Habakuk 1:2-4).


Di berbagai negara, ada banyak orang Kristen yang mengalami penganiayaan berat. Banyak dari antara mereka yang menjadi martir bagi Kristus. Tetapi dunia keep silent. Kita perlu banyak berdoa untuk saudara dan saudari seiman kita agar Tuhan terus memberi mereka kekuatan, dan juga jalan penyelesaian terbaik bagi negeri mereka.


ā€œSebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.ā€ (2 Korintus 7:10).


Terkadang Tuhan mengizinkan ada dukacita yang membuat kita sadar akan keberdosaan, dan lalu kita menghasilkan pertobatan yang membawa pada keselamatan. Sehingga melaluinya, hadir ruang bagi Tuhan untuk membantu kita bertumbuh dewasa secara rohani, dan kita terus diproses untuk menjadi serupa seperti Kristus.


Bp. Pdt. Erlangga mengajak jemaatnya di GBI Diaspora Sejahtera dengan perkataan,


Sempurna? Belum.


Berubah? Pasti.


Prosesnya? Terus-Menerus.


Milikilah cukup kerendahan hati agar karakter kita mau diproses dan terus-menerus diubah, sampai didapati kita tak bercacat cela di hadapan-Nya.

ā€œWe all need difficult days to increase our dependence on God, and learn His grace is sufficient.ā€


ā€œKita semua membutuhkan hari-hari yang sulit untuk meningkatkan kebergantungan kita pada Tuhan, dan belajar bahwa kasih karunia-Nya itu cukup di dalam hidup kita.ā€ (Paul Washer).


Masa sulit itu terkadang baik dan tidak semuanya bersifat menghancurkan, karena di sanalah kita dapat mengecap kebaikan Tuhan.


ā€œTetapi jawab Tuhan kepadaku: ā€œCukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.ā€ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.ā€ (2 Korintus 12:9-10).


Hati dan hidup kita terus diselaraskan dengan kebenaran firman-Nya, menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, serta Allah yang berdaulat penuh atas kehidupan kita.


Ketika diizinkan mengalami masa sulit, semuanya bertujuan agar kita terus bergantung hanya pada Dia saja. Anugerah-Nya cukup bagi kita.


Sering kali kita mencari kebahagiaan dan makna hidup hanya pada hal-hal fana. Kesenangan sementara sering menjadi tempat pelarian kita. Bahkan pada hal-hal baik, jika kita menempatkan posisi mereka lebih dari Tuhan.. maka hal tersebut dapat berpotensi menjadi berhala di hidup kita.


Bp. Pdt. Erlangga sangat menyukai tayangan Formula 1. Pada suatu hari, dirinya ingin menonton tayangan ini setelah seharian pelayanan di hari Minggu. Di dekatnya sudah ada kopi hangat, di tengah sejuknya cuaca di kota Malang. Bagi Beliau, tayangan ini menjadi momen penghiburan yang sangat tepat dan pas, saat dirinya kecapaian.


Saat bersiap hendak menonton di depan layar televisi, tiba-tiba listrik di rumahnya padam. Bahkan setelah di-check keluar dari rumah, ternyata padamnya satu kompleks. Saat mencoba melihat tayangannya dari handphone, ternyata tidak ada signal. Saat itu dirinya begitu ingin menonton, tetapi tidak kesampaian.


Refleks secara manusia, dirinya mulai marah dan menyalahkan Tuhan. Sudah seharian capai pelayanan, hanya ingin menonton tayangan Formula 1 saja, apakah tidak boleh?


Lalu Tuhan menegurnya lembut,


ā€œRupanya kebahagiaan kamu hanya ketika melihat tayangan Formula 1 saja, daripada kamu bertemu dengan Aku, di dalam rumah-Ku.ā€


Hatinya kembali diingatkan Tuhan,


Kemelekatan kita pada hal fana selain Tuhan, dapat membawa kita pada pengejaran kebahagiaan yang semu, yang berada di dalam dunia ini.


Bp. Pdt. Erlangga memiliki jagoan di Formula 1 ini yakni, Max Verstappen. Kalau jagoannya menang, dirinya pasti berbahagia. Tetapi akhirnya dirinya menyadari bahwa yang perlu dihibur sesungguhnya bukan jagoannya, tetapi dirinya sendiri.


Melaluinya kita juga diingatkan,


Kalau kita berhasil, sering kali kita bisa menjadi sombong dan menjadikan keberhasilan tersebut sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. Memang tidaklah salah bila kita mensyukuri berkat dan keberhasilan dari Tuhan. Tetapi kalau kita gagal, kita bisa marah, putus asa, dan menyalahkan Tuhan. Bahkan yang lebih parah, kita bisa memutuskan untuk hidup tanpa pengharapan, dan juga tanpa Tuhan!


Biarlah kebahagiaan sejati kita ditemukan di dalam Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini, yang sudah mati menebus dosa dan bangkit pada hari ketiga untuk mengalahkan kuasa maut.


ā€œKarena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.ā€ (Yohanes 3:16).


Tuhan Berjanji: Ada Penghiburan di dalam-Nya.


Dihibur itu memiliki arti, setiap kita dikuatkan dan juga dibela oleh Tuhan sendiri.


ā€œTerpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.ā€ (2 Korintus 1:3-4).


Ketika menerima penghiburan dari Allah, hal itu bukanlah kebahagiaan sementara, fana, dan hanya berdasarkan situasi dan kondisi yang kita alami saja.. tetapi kebahagiaan sejati, yang di mana orang-orang tidak dapat merebutnya dari kita kecuali kita sendiri yang memberikan dengan sukarela.


Kalau kita mendapat kebahagiaan sejati dari Tuhan Yesus yang menjadi Sumber, maka setiap penderitaan yang dialami dapat dihibur dengan kebahagiaan sejati yang kita peroleh dari Dia. Hati kita akan dipenuhi kasih dan hikmat-Nya, sehingga kita dapat memandang penderitaan tersebut sama seperti Tuhan yang memandangnya,


ā€œKita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.ā€ (Roma 8:28).


Hidup kita merasa penuh, tidak mengalami emptiness / kekosongan jiwa, dan bahkan dari apa yang dialami, kita nantinya akan dimampukan untuk dapat menguatkan sesama kita yang membutuhkan pertolongan-Nya.


ā€œThe Gospel is not just a message to save us from suffering, but to give meaning to our suffering. It tells us that in Christ, even our pain has a purpose.ā€


ā€œInjil bukan sekadar pesan untuk menyelamatkan kita dari penderitaan, tetapi memberi makna pada penderitaan kita. Hal ini memberitahu kita bahwa di dalam Kristus, bahkan rasa sakit yang diizinkan untuk dialami, mempunyai tujuan.ā€ (John Piper).


Jika kita diiizinkan mengalami penderitaan, pastikan penderitaan tersebut memiliki makna dan tujuan Tuhan yakni, untuk menjadikan kita tidak bergantung pada hal yang fana tetapi pada Allah yang setia, yang masih sanggup untuk memberikan penghiburan sejati.


Dimensi Penghiburan.


Dimensi Hari Ini.


ā€œAku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.ā€ (Yohanes 14:16-17).


ā€œSebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.ā€ (Ibrani 4:15).


Kristus sudah mengalami kekecewaan, rasa sakit, dan juga berbagai penderitaan agar pada saat kita mengalami semuanya itu, kita tidak menjalaninya sendirian. Dia adalah Allah yang setia, yang selalu menyertai, dan berdiam di dalam kita.


Melaluinya kita dapat menerima kekuatan dan juga penghiburan, untuk dapat menghadapi penderitaan dan masa sulit yang sedang kita alami.


Dimensi Masa Depan.


ā€œDan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.ā€ (Wahyu 21:4).


Kalau hari ini kita merasa sedih dan berat hati karena ditinggalkan seseorang yang kita kasihi, maka suatu hari kelak kita dapat berjumpa mereka kembali dan bertemu Tuhan Yesus di dalam kekekalan Surga. Semua penuh dengan kemuliaan Tuhan, berlangsung kekal untuk selama-lamanya.


Melaluinya kita mendapatkan pengharapan dan juga penghiburan yang kekal.


Pertanyaannya sekarang,


Apa atau Siapakah yang selama ini telah Menjadi Sumber Bahagia kita yang Terutama?

Kalau selama ini sumber kebahagiaan kita terletak pada melarikan diri dari segala sesuatu.. marilah kita bertobat di hadapan Tuhan. Sebab kebahagiaan kita yang sejati sifatnya tidaklah sama seperti apa yang diajarkan dunia, yang hanya mengejar kebahagiaan sementara, pelarian fana, optimisme semu.. kebahagiaan sejati kita hanya didapat dari Tuhan Yesus, bukan dari dunia ini.


Kita tidak lagi menjadi seorang Kristen yang egois, yang selama ini hanya berdoa bagi kepentingan diri sendiri atau kelompok kita saja. Kita mendapat penghiburan sejati dari Tuhan Yesus agar nantinya kita juga dapat menghibur, dan menguatkan orang-orang yang mengalami masalah seperti kita.


Mengapa Kristus menjadi Sumber Penghiburan? Karena Dia sudah pernah mengalami semuanya. Karya Salib Kristus sudah dilukiskan dengan jelas di depan kita bahwa, Kristus itu cukup bagi kita.


Dia adalah Sumber Penghiburan sejati. Tangan-tangan yang sedang bergumul, Tuhan masih sanggup untuk memberi kelegaan dan jalan keluar yang terbaik. Bukan dengan hikmat dari dunia, tetapi dengan hikmat Tuhan dan kuasa-Nya yang tidak dapat dibatasi.


Dukacita menuntun pandangan kita pada kayu Salib Kristus, di mana dosa dan maut sudah dikalahkan. Memberi pada kita pengharapan yang baru dan penghiburan yang kekal. Oleh Injil Kristus kita dihibur dan dimampukan, agar nantinya dapat menghibur orang lain yang membutuhkan pertolongan-Nya.


Tambahan dari Bp. Pdt. Andreas Rahardjo.


Watchman Nee pernah mengatakan,


ā€œThe breaking of the outward man is the greatest need of the believer. Without this breaking, the Spirit cannot flow freely. Yet, how painful is this breaking! Still, it is in this very pain that the greatest joy and usefulness to God are found.ā€


ā€œPenghancuran manusia lahiriah adalah kebutuhan terbesar orang percaya. Tanpa penghancuran ini, Roh Kudus tidak dapat mengalir bebas. Namun betapa menyakitkan proses ini! Justru di dalam rasa sakit inilah sukacita terbesar dan kebermanfaatan bagi Allah ditemukan.ā€ (Watchman Nee, ā€œThe Release of the Spiritā€).


Alkitab juga mengajarkan prinsip yang sama,


ā€œOrang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.ā€ (Mazmur 126:5-6).


ā€œSekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.ā€ (Mazmur 23:4).


Namanya orang hidup, pasti masih diizinkan mengalami masalah dan juga pencobaan hidup. Tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa penghiburan dari-Nya itu nyata adanya. Hal ini bertujuan agar kita tidak mencari penghiburan lainnya, tetapi mata kita tetap tertuju pada-Nya.


Seorang perempuan yang melahirkan, pasti rasanya painful / menyakitkan. Tetapi ada sukacita setelah melahirkan / the joy of giving birth, sehingga dirinya menjadi lupa akan penderitaannya.


Saat Bp. Pdt. Andreas Rahardjo bertemu jemaat yang memadu kasih dengan kewarganegaraan Amerika, Beliau bertanya kapan mereka berdua memutuskan akan menikah? Karena Bp. Pdt. Andreas tidak mau kalau jemaat tersebut hanya menikmati bagian intimacy / keintimannya saja, tetapi menolak untuk mengambil dan hidup di dalam responbility / tanggung jawab.


Di dalam dunia pernikahan ada kalanya kita mengalami momen painful / menyakitkan, tetapi bersama dengan Tuhan, kita akan dimampukan untuk dapat melihat dari sudut pandang-Nya dan kita mengalami sukacita dari-Nya.


Rasa sakit didapat setelah kita bekerja keras seharian mencari nafkah untuk membiayai anak-anak sekolah, dan banyak hal lainnya untuk anggota keluarga kita. Sekalipun kita banyak mengalami pain / rasa sakit, tetapi kita juga mengalami growth / pertumbuhan dan juga mendapatkan sukacita dari-Nya.


Kita tidak berlari untuk mencari dan mengejar sukacita sesaat yang berasal dari dalam dunia ini, tetapi sukacita sejati yang kita dapat hanya pada saat kita dekat dengan Tuhan. Dia masih menyimpan perkara luar biasa bagi anak-anakNya.


Karena itu jangan pernah menghindar pada saat kita diizinkan mengalami apa yang namanya experience of pain / pengalaman yang menimbulkan rasa sakit dan juga membuat kita mengalami dukacita.. percayalah bahwa di momen dan di tempat tersebut, kita bisa mendapatkan penghiburan dan sukacita dari Tuhan, mengalami proses dan juga pertumbuhan agar kita dapat semakin serupa seperti Kristus.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page