top of page

Andreas Rahardjo - Mengalahkan Badai

  • mdcsbysystem
  • 12 menit yang lalu
  • 9 menit membaca

Catatan Khotbah ā€œMengalahkan Badai.ā€ Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 26 Oktober 2025.


Ayat Bacaan: Lukas 8:22-25.


Setiap dari kita pasti pernah mendengarkan bagaimana kisah dari Tuhan Yesus yang meneduhkan badai. Tetapi marilah kita kembali belajar beberapa poin mengenai ayat tersebut.


Pertama. Mengikuti Kehendak Tuhan bukan berarti kita dapat terbebas dari berbagai masalah yang ada di dalam hidup ini.


ā€œPada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: ā€œMarilah kita bertolak ke seberang danau.ā€ā€ (Lukas 8:22).


Dari ayat di atas kita mendapati bahwa ide untuk bertolak ke seberang pada mulanya adalah ide dari Tuhan Yesus, bukan ide dari para murid, dan mereka memang menyetujui ide tersebut karena mereka mau mengikuti Dia. Tetapi dari ayat ini kita dapat belajar bahwa dengan mengikuti-Nya, bukan berarti hidup kita dapat terbebas dari berbagai masalah yang ada, karena yang namanya realitas kehidupan itu masih ada di dalam dunia ini.


Dalam kalimat pertama di bukunya, ā€œThe Road Less Traveledā€, M. Scott Peck menulis,


ā€œLife is Difficult. Hidup ini sulit.ā€

Bagaimanapun juga, hal ini adalah realitas kehidupan yang harus dihadapi. Lebih lanjut M. Scott Peck juga menulis bahwa semakin kita bisa menerima kenyataan tersebut, maka semakin besar pula kemungkinannya kita dimampukan untuk dapat memenangkan kehidupan ini. Tetapi orang-orang yang terus bertanya dan berharap mengapa kehidupan ini tidak bisa berjalan dengan mudah, dan banyak hal lainnya.. justru mereka akan mengalami kesulitan dalam memandang sesuatu yang terjadi, di dalam hidup mereka.


Tidak ada hal yang datang dengan mudah di dalam hidup ini, marilah menyadari hal ini. Setiap dari kita juga dipanggil bukan untuk lari / menghindar dari masalah, tetapi kita harus menghadapinya. Tetaplah mempercayai bahwa di balik setiap permasalahan yang diizinkan terjadi, pasti ada hikmah dan mukjizat-Nya tersendiri.


Ada satu kutipan yang mungkin kita sering mendengarnya,


ā€œSering kali hadiah dari Tuhan tidak selalu dibungkus dengan kertas kado indah, tetapi Dia mengizinkan membungkus dengan berbagai masalah. Tetapi di dalamnya terdapat kejutan berupa hadiah yang tak ternilai harganya, dan hadiah tersebut tidak selalu berwujud materi.ā€


Karena itu milikilah hubungan yang selalu dekat dengan Tuhan, agar kasih dan hikmat-Nya selalu menuntun kita pada saat menghadapi berbagai masalah. Tanpa adanya masalah, kita tidak akan dapat tumbuh menjadi dewasa, dan nantinya setiap kita juga dimampukan untuk dapat membantu sesama yang membutuhkan pertolongan-Nya.


John C. Maxwell mengatakan,


ā€œKematangan seorang pemimpin bukan karena memiliki titel yang banyak, posisi yang tinggi, serta jabatan menggiurkan.. tetapi seberapa banyak dirinya selama ini telah menghadapi dan juga mampu untuk mengatasi berbagai masalah.. inilah yang menentukan seberapa matang dirinya dapat menjadi seorang pemimpin yang baik.ā€


Menurut ilmu psikologi, dengan kita memiliki kebiasaan untuk selalu menghindar dari masalah, maka dapat menyebabkan terjadi apa yang namanya personality disorder / penyimpangan kepribadian seperti, banyak membuat alasan untuk tidak dengan segera menyelesaikan tanggung jawab yang sudah dipercayakan, selalu mencari pembenaran diri sendiri dan tidak mau menerima saran serta masukan yang membangun dari sesama, dan masih banyak penyimpangan lainnya.


Ketika berada di dalam sesi konseling, seorang konselor yang baik tidak pernah mengajak untuk melarikan diri dari masalah yang ada. Sebab kita bisa saja melakukan kesalahan, tetapi kita harus bertanggung jawab untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut.


Kalau kita terus berlari menjauhinya, maka hal itu tidak akan semakin bertambah baik. Bisa jadi malah semakin bertambah memburuk..


Selain itu, jangan terburu-buru untuk menghakimi sebuah permasalahan yang sedang dihadapi sesama.. karena masalah tersebut bisa saja kita alami pada suatu hari kelak. Biarlah kasih dan anugerah Tuhan selalu memampukan hidup kita untuk dapat menjadi seorang pribadi yang tough dan resilient, dalam menghadapi berbagai masalah yang diizinkan terjadi di dalam hidup kita.


Phillip Brooks mengatakan,


ā€œJangan berdoa agar kehidupan kita berjalan dengan mudah, tetapi berdoalah agar Tuhan selalu memberi kekuatan agar kita dapat menjadi seorang pribadi yang jauh lebih tangguh lagi.ā€


Entitlement. Banyak orang pada hari-hari ini mengalami hal ini, di mana mereka merasa memiliki hak untuk menerima perlakuan yang spesial dari orang lain, karena apa yang sudah mereka kerjakan / selesaikan. Ketika mereka tidak mendapatkan perlakuan yang spesial / yang mereka harapkan, tak sedikit yang menjadi marah.


Kita tidak bisa melarang seseorang itu mau berkata-kata ataupun bertindak sesuatu di dalam hidup. Tetapi yang terpenting adalah, apakah kita memiliki secure / rasa aman di hadapan-Nya?


Entah keberadaan kita diterima ataupun tidak, biarlah itu menjadi urusan orang tersebut dengan Tuhan sendiri. Kasih dan hikmat dari Tuhan selalu menuntun hidup kita, sebab masalah bisa menuntun kita pada kedewasaan rohani.


Kedua. Keberadaan Yesus di perahu (hidup kita), bukan berarti meniadakan masalah.


ā€œDan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau..ā€ (Lukas 8:23).


Sekalipun ada Yesus di dalam hidup kita, yang namanya masalah pasti masih tetap diizinkan untuk terjadi di dalam hidup. Sering kali orang-orang hanya menjadikan agama sebagai escape’s moment / momen melarikan diri dari berbagai masalah yang ada. Tetapi milikilah iman yang teguh dan kepercayaan, bahwa kasih anugerah-Nya pasti akan menguatkan setiap kita untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang diizinkan datang.


Tuhan memberikan pada kita keberanian dan juga kemenangan di dalam hidup, untuk menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan.


Ketiga. Masalah dapat datang dengan sekonyong-konyong, dan hal ini tidak selalu karena kita yang mengundang. Besarnya masalah juga bukan karena kita yang memilihnya.


ā€œSekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya.ā€ (Lukas 8:23b).


Sekonyong-konyong itu artinya tidak pernah kita duga sebelumnya, dan masalah terjadi tidak selalu karena pilihan yang kita ambil. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan,


ā€œBerjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.ā€ (Matius 26:41).


Melalui ayat di atas kita diingatkan bahwa masalah bisa datang kapan pun juga, dan bahkan pada saat kita tidak mengundang dan tidak memilihnya, masalah bisa mendatangi kita bertubi-tubi.


Masalah diizinkan datang bukan untuk menghancurkan kita, tetapi justru untuk membangkitkan Kristus yang selama ini tinggal di dalam diri kita. Sebab sering kali Tuhan hanya dijadikan ā€œban serepā€ di dalam hidup, kita mencari dan memanggil-Nya hanya pada saat kita membutuhkan pertolongan dari-Nya saja.


Tetapi Tuhan Yesus harus menjadi nomor satu dan memimpin hidup kita, apa pun musim kehidupan yang sedang kita lalui hari-hari ini.


Keempat. Kesalahannya: Para murid tidak dengan segera melibatkan Yesus sedari awal, dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi.


ā€œ..mereka berada dalam bahaya. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: ā€œGuru, Guru, kita binasa!ā€ā€ (Lukas 8:23-24).


Mengapa Tuhan Yesus tidak dengan segera langsung dibangunkan dan dilibatkan sedini mungkin, pada saat terjadinya topan di dalam danau?


Karena mereka berpikir selama ini pekerjaan mereka adalah seorang nelayan profesional, yang sudah melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun, dan mereka merasa tahu banyak tentang apa yang namanya badai. Sedangkan mereka mengetahui bahwa Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu, sehingga Dia dibiarkan tertidur.


Selama ini kita merasa cukup tahu dan banyak pengalaman dalam menghadapi setiap hal yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup kita. Padahal kenyataannya, masih banyak hal yang masih perlu kita pelajari, di dalam kehidupan ini. Karena itu, selalu libatkan Tuhan di dalam hidup kita.


Ada sebuah kisah fiktif di mana ada seseorang yang mengadakan sebuah acara di rumahnya, dan mengundang Tuhan Yesus sebagai Tamu. Tak lama kemudian, datanglah Iblis yang mengetuk pintu rumahnya dan berusaha menerobos masuk ke dalam rumah. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menutup pintu rumahnya, lalu baru mengingat ada Yesus di dalam rumahnya, dan dengan segera meminta pertolongan-Nya. Lalu dengan mudahnya, Dia menutup pintu rumah tersebut.


Peristiwa ini terjadi kedua kalinya, sampai pada akhirnya pemilik dari rumah ini menyadari dan memutuskan untuk memberikan kendali rumah tersebut seutuhnya pada Tuhan Yesus.


Sampai pada suatu hari ada Iblis yang datang dengan mengajak banyak temannya untuk kembali berusaha menerobos masuk dan menguasai rumah tersebut. Tetapi pada saat mereka mengetuk pintu rumah, kali ini yang membuka pintu tersebut adalah Tuhan Yesus yang sudah menjadi Tuan dari rumah tersebut. Tidak lama kemudian, semua Iblis tersebut melarikan diri karena mereka tahu siapa Pemilik rumah itu sekarang, dan mereka tahu bahwa, mereka sekarang tidak akan pernah dapat menguasai rumah tersebut.


Pertanyaannya adalah,


ā€œSelama ini di dalam hidup kita, apakah Tuhan Yesus sekadar ā€˜Tamu’? Atau Dia menjadi Pemilik dan Pemimpin di dalam hidup kita?ā€

Jadikan Tuhan Yesus sebagai Pemimpin yang menuntun langkah di hidup kita sepenuhnya. Persembahkan hidup kita hanya bagi Tuhan, dan libatkan Dia selalu di dalam setiap aspek di dalam hidup kita. Apa pun musimnya.


Kelima. Menghadapi masalah dengan Iman.


ā€œ..Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh.ā€ (Lukas 8:24).

Waktu murid-murid panik, Tuhan Yesus dengan segera dibangunkan. Dia lalu menghardik dan menyuruh badai untuk tenang.


Ketika Bp. Pdt. Paul Pitoy masih muda dan bekerja sebagai awak kapal, dirinya bercerita bahwa kapalnya pernah menghadapi ombak laut setinggi 30 meter. Dalam keadaan seperti itu, seorang mabuk pun bisa dengan segera tersadar karena dirinya mengalami fear / ketakutan melihat ombak di tengah lautan setinggi itu.


Demikian juga dengan apa yang dialami para murid, di mana mereka sangat panik karena dikatakan di ayat 23 bahwa, perahu mereka sudah kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. Di ayat selanjutnya mereka membangunkan Tuhan Yesus seraya berkata kepada-Nya,


ā€œGuru, Guru, kita binasa!ā€


Apa itu Iman?


Iman bukan hanya bercerita tentang masalah saja, tetapi berkata-kata langsung pada apa yang menjadi sumber dari permasalahan tersebut. Iman bukan hanya berbicara dan menceritakan segala permasalahan yang sedang kita hadapi kepada Tuhan, tetapi kita juga memperkatakan setiap janji Tuhan yang tertulis di dalam firman-Nya, pada saat kita menghadapi permasalahan tersebut.


Saat Daud menghadapi berbagai masalah dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, dia menulis dan mengatakan,


ā€œPujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!ā€ (Mazmur 103:2).

Daud memaksa dirinya untuk tetap setia memuji Tuhan dan mengingat segala kebaikan-Nya, apa pun situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya.


ā€œHidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.ā€ (Amsal 18:21).

Kata-kata kita dapat menciptakan sesuatu yang indah dan positif, bahkan memberi harapan yang baru di dalam hidup orang-orang di sekitar kita. Karena itulah orang tua harus belajar untuk mengucapkan perkataan yang positif dan membangun, serta memberkati dan mengucapkan perkataan yang mendatangkan kehidupan di dalam hidup anak-anaknya. Selalu ada harapan di dalam Tuhan, tetaplah setia dan memperkatakan janji firman Tuhan, dan pada waktu-Nya, Dia memberi yang terbaik dalam hidup anak-anak kita.


Keenam. Di mana Imanmu?


ā€œLalu kata-Nya kepada mereka: ā€œDi manakah kepercayaanmu?ā€ā€ (Lukas 8:25).

Murid-murid pada saat itu merasa panik dan kehilangan iman. Tetapi iman tidak berbicara mengenai perasaan saja, tetapi juga sebuah keyakinan yang teguh bahwa Bapa itu setia dan Dia masih sanggup untuk memberkati dan memelihara kehidupan anak-anakNya.


Karena itulah ketika berada di dalam sesi konseling, kita dapat bertanya pada orang yang datang pada kita, seberat apa pun masalah yang sedang dihadapinya.. apakah dia masih memiliki kepercayaan bahwa Tuhan masih sanggup untuk menolong dan memberikan mukjizat yang terbaik di dalam kehidupannya?


Kepercayaan inilah yang harus dipupuk, sampai dirinya dapat melihat bahwa Tuhan masih jauh lebih besar dari segala permasalahan yang sedang dihadapi.


Kalau kita memiliki masalah yang dirasa berat dan terasa sudah tidak ada jalan keluarnya lagi, Iblis ingin menenggelamkan hidup kita dengan beratnya beban masalah tersebut. Tetapi kita harus bangkit. Kalau iman kita negatif, kita dapat ā€œtenggelamā€. Kalau kita bangkit, mukjizat dapat terjadi.


ā€œKetika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ā€œMaukah engkau sembuh?ā€ā€ (Yohanes 5:6).


Pertanyaan di atas seharusnya jawabannya adalah ā€œYa, saya mau sembuh.ā€ Tetapi seorang yang sakit selama tiga puluh delapan tahun lamanya (ayat 5) ini malah menjawab Dia,


ā€œTuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.ā€ (ayat 7).


Iman orang yang sakit ini sudah tenggelam dalam beban / rasa sakitnya selama 38 tahun ini. Tidak ada seorangpun yang mau peduli padanya, karena setiap orang egois mencari kesembuhannya sendiri. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan,


ā€œBangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.ā€ (ayat 8).

Tuhan mengguncang iman orang ini, yang sudah tenggelam selama 38 tahun lamanya.


Iblis sering mengunci hidup kita, sama seperti elang yang kakinya dirantai dan tidak bisa terbang tinggi. Selama kakinya dirantai, elang tersebut telah kehilangan identitas jati dirinya. Setelah rantainya dilepas, elang ini juga tidak akan bisa terbang jauh. Sampai ada beberapa ekor elang yang terbang melintas di atas kepalanya, elang ini melihat dan imannya terguncang. Elang ini menyadari identitas jati dirinya yang selama ini dia lupakan.


Setiap dari kita adalah anak-anak Allah, dan Dia memberi iman di dalam hidup kita untuk dapat hidup sebagai anak-anakNya. Tetapi Iblis ingin mengubur iman kita di dalam lumpur dosa dan keputusasaan. Hari ini kita harus memutuskan untuk bangkit, dan tidak mau lagi diperdaya.


Iman memberi ruang bagi Tuhan untuk dapat bergerak dan bekerja, untuk menyatakan kuasa dan mukjizat-Nya. Bangkitlah di dalam iman, Tuhan akan bekerja luar biasa di dalam hidup kita.


Kita dicipta sama seperti elang untuk dapat terbang tinggi bersama dengan-Nya, bukan dicipta untuk hidup dalam dosa dan iman kita tenggelam dalam lumpur keputusasaan karena tipu daya Iblis.


Ketujuh. Akhir dari masalah selalu akan membesarkan dan memuliakan nama Yesus.


ā€œMaka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: ā€œSiapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?ā€ā€ (Lukas 8:25).


Di balik setiap masalah yang ada, pasti ada kemenangan dan kita dapat belajar pewahyuan yang baru tentang siapa Pribadi Tuhan.


Watchman Nee mengatakan,


ā€œSeseorang yang tidak berani menghadapi masalah, maka dirinya tidak belajar sesuatu yang baru tentang siapa Pribadi Tuhan.ā€


Justru pada saat ada masalah, kita belajar sesuatu yang baru tentang Tuhan. Bahkan kalau kita belajar tentang siapa Jehovah dan apa arti namanya, maka semua nama tersebut lahir dari masa krisis.


Karena itulah jangan pernah takut dalam menghadapi permasalahan. Ada kalanya masalah itu terjadi mungkin karena kesalahan kita. Yang harus kita lakukan adalah mengakui dan menghadapinya bersama dengan Tuhan yang memberi kita kekuatan, dan kita akan naik kembali ke atas permukaan. Kita akan melakukan banyak perkara luar biasa bersama dengan-Nya.


Selalu libatkan Tuhan pada saat kita menghadapi permasalahan, jangan pernah merasa kita adalah seorang profesional yang mengetahui banyak hal, padahal masih banyak yang perlu dipelajari.


Tetaplah mempercayai setiap janji-Nya yang tertulis di dalam kebenaran firman-Nya di Alkitab, dan jangan pernah merasa digentarkan hari esok. Karena hari esok selain memiliki kesusahannya sendiri (Matius 6:34), Tuhan juga dapat melakukan banyak perkara luar biasa di dalam hidup kita.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page