top of page

Andreas Rahardjo - Knowing Yourself

  • mdcsbysystem
  • 3 jam yang lalu
  • 14 menit membaca

Catatan Khotbah: ā€œKnowing Yourself.ā€ Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 29 Juni 2025.


Mengenal Tuhan itu memang penting, tetapi mengenal diri sendiri dengan benar juga tidak kalah pentingnya. Mengapa hal ini sangat perlu untuk kita perhatikan?


Karena pada saat kita dapat mengenal diri sendiri dengan benar, maka kita dapat mengembangkan citra diri secara positif.


Berikut adalah kata-kata bijak yang dapat membantu mengembangkan maksimal perihal mengenal diri sendiri dengan benar,


ā€œBagaimana saudara dapat mendekat pada Tuhan, kalau saudara jauh dari diri saudara sendiri?ā€ (St. Augustine).
ā€œTidak ada seorang pun yang dapat mengenal Pribadi Tuhan, bila dia tidak mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu.ā€ (Meister Eckhart).
ā€œHampir semua masalah yang ada di dalam kehidupan kerohanian, bermula dari pengertian yang kurang lengkap tentang siapa diri kita sendiri.ā€ (St. Teresa of Avila).
ā€œHikmat terdiri dari dua bagian yakni, pengetahuan tentang Tuhan dan pengetahuan tentang diri kita sendiri.ā€ (John Calvin).

Kita dapat mengenal Pribadi Tuhan sebagai Pengasih, Penyayang, dan Pengampun ketika hidup kita mengalami kegagalan dan jatuh ke dalam dosa, lalu kita datang pada-Nya untuk meminta ampun dan menerima karunia pengampunan serta kesempatan untuk dapat bangkit kembali.


Tetapi kalau kita tidak pernah merasa bersalah dan berdosa, bagaimana caranya kita dapat mengalami Pribadi Tuhan sebagai Pengasih, Penyayang, dan Pengampun? Karena itu jangan pernah jauhkan diri kita dari apa yang namanya pertobatan.


Selain itu sifat dari kebenaran tidak bisa hanya berjalan dari sisi satu pihak saja.


Kebenaran sejati asalnya memang berasal dari Tuhan, melalui kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab. Tetapi kebenaran tersebut juga mendatangkan kebaikan bagi diri kita sendiri.


Apa maksudnya?


Ada kalanya kebenaran itu bersifat vertikal, yakni berbicara tentang hubungan antara Tuhan dengan kita umat-Nya. Tetapi ada kalanya kebenaran tersebut bersifat horisontal, di mana semuanya itu dapat mengarahkan diri agar dapat membangun hubungan baik dengan sesama kita.


ā€œAwasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.ā€ (1 Timotius 4:16)


Melalui ayat di atas kita belajar bahwa yang harus diawasi itu tidak hanya ajaran kita saja, tetapi juga tentang bagaimana gaya hidup kita. Banyak orang mudah untuk mengatakan, tetapi tidak semua orang bisa melakukan apa yang dia perkatakan.


ā€œThe life of the messenger must be the message itself. Hidup dari sang pembawa pesan harus dapat menjadi pesan itu sendiri.ā€

Karena itu berkhotbah itu mudah, tetapi melakukan sendiri apa yang kita khotbahkan itu tidaklah mudah. Jangan sampai kita dikagumi hanya karena khotbah yang kita sampaikan, tetapi orang di sekitar tidak suka dengan gaya hidup kita.. yang tidak mencerminkan apa yang kita khotbahkan.


ā€œDan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.ā€ (Lukas 2:52).

Sifat hikmat selalu vertikal (hubungan kita bersama Tuhan), dan horisontal (hubungan kita dengan sesama). Yesus makin bertambah besar, dikatakan Dia makin dikasihi Allah dan juga manusia.


Itulah sebabnya kalau kita semakin karib bersama dengan-Nya, kita tidak hanya diajar dan dibawa dekat dengan kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab, tetapi Tuhan sendiri yang akan memberi kita kasih dan hikmat-Nya. Dia yang memampukan setiap kita untuk menjalani sebuah kehidupan yang dapat membawa manfaat bagi orang-orang di sekitar, dalam hidup keseharian.


Ayat di dalam Lukas 2:52 terjadi sebelum Tuhan Yesus berkhotbah dan membuat banyak mukjizat. Dia sudah disukai banyak orang terlebih dahulu, karena hidup-Nya dapat memberi keteladanan yang baik, karena Dia menghidupi firman-Nya.


Dalam Alkitab banyak ayat penting tentang memperhatikan diri sendiri,


ā€œJadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: ā€œJangan mencuri,ā€ mengapa engkau sendiri mencuri?ā€ (Roma 2:21).


ā€œUjilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.ā€ (2 Korintus 13:5).

ā€œTetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.ā€ (1 Timotius 4:7).


ā€œdan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,ā€ (Titus 2:7).


ā€œKnowing others is wisdom. Knowing yourself is enlightenment. Mengetahui orang lain adalah suatu hal bijaksana. Tetapi mengetahui diri kita sendiri adalah sebuah pencerahan.ā€ (Lao Tzu).


Kita bisa bergaul dengan siapa saja, kalau kita bisa mengenal dan menempatkan diri kita sendiri.


Kalau misal kita melakukan konseling sama seseorang, dan lalu konselornya menjawab,


ā€œBegitu saja kok tidak bisa? Doa puasa dong. Permasalahanmu itu hanya hal biasa, bukan hal yang terlalu besar..ā€


Maka respon pertama kita, sekalipun bisa jadi setiap orang tidak sama, tetapi kita bisa merasa down / patah semangat dan tidak percaya diri.


Tetapi seandainya dikatakan,


ā€œAku mengerti dan bisa merasakan beratnya pergumulan yang sedang kamu hadapi, karena aku sendiri pernah mengalaminya. Memang semuanya ini tidaklah mudah. Yuk, kita sama-sama datang pada Tuhan Yesus. Kita janjian untuk menyediakan waktu berdoa puasa juga yaa, meminta anugerah dan kemurahan Tuhan bersama-sama untuk menghadapi masalah kamu ini..ā€


Maka hasilnya pasti akan berbeda. Sebab dengan menghadirkan kesaksian hidup dan kita mau jujur tentang diri sendiri, itu jauh lebih menguatkan sesama daripada kita menganggap diri paling benar dan tidak pernah merasa bersalah.


Deception.


Jika kita tidak mengenal diri dengan benar, maka lama-kelamaan kita akan terjebak di dalam apa yang namanya deception / keadaan di mana diri kita tertipu, karena tidak bisa melihat diri sendiri.


Pdt. Andreas menceritakan pengalamannya pada saat diajar oleh gurunya dahulu, pada saat dirinya hendak mengambil lisensi untuk mengajar golf. Gurunya pada saat itu bercerita,


ā€œYang paling sulit itu mengajar murid yang sebenarnya levelnya masih berada di level 4, tetapi dirinya merasa sudah berada di level 8.ā€


Mengapa dirasa sulit? Lebih lanjut gurunya menceritakan bahwa,


ā€œKarena siapa nantinya yang akan mengajar dan mengisi kekosongan jarak di antara kedua level tersebut? Karena pastinya, di level 8 murid tersebut tidak akan bisa berkembang maksimal karena masih banyak dasar yang belum pernah diajarkan, dan pada akhirnya dia tidak bisa meningkatkan kualitas permainannya bila tidak dilatih.ā€


Itulah sebabnya banyak orang merasa hebat dan lalu mendaftar mengikuti pertandingan golf, tetapi tidak semuanya dapat masuk ke dalam babak penyisihan apalagi sampai ke perempat final, karena mereka tidak menyadari ada jarak kosong yang harus diisi, dan masih banyak hal yang harus dipelajari perihal teknik bermain golf.


Pelajaran dari Kitab Maleakhi.


Ada banyak ayat yang di mana menunjukkan pada kita bahwa umat-Nya merasa tertipu, dan mereka tidak merasa bahwa selama ini,


ā€œSeorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: ā€œDengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?ā€œā€ (Maleakhi 1:6).


Umat-Nya selama ini tidak merasa bila mereka sudah menghina nama Tuhan.

ā€œKamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: ā€œDengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?ā€ Dengan cara menyangka: ā€œMeja TUHAN boleh dihinakan!ā€ā€ (1:7).


Umat-Nya selama ini tidak merasa bila mereka sudah mencemarkan mazbah Tuhan.

ā€œKamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: ā€œDengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?ā€ Dengan cara kamu menyangka: ā€œSetiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?ā€ā€ (2:17).


Umat-Nya selama ini tidak merasa bila sudah menyusahkan Tuhan dengan perkataannya.

ā€œSejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: ā€œDengan cara bagaimanakah kami harus kembali?ā€ā€ (3:7).


Umat-Nya selama ini tidak merasa bila mereka sudah menyimpang dari ketetapan Tuhan dan sudah tidak lagi memeliharanya.

ā€œBolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ā€œDengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?ā€ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!ā€ (3:8).


Umat-Nya selama ini tidak merasa bila mereka sudah menipu Tuhan.

ā€œBicaramu kurang ajar tentang Aku, firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ā€œApakah kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?ā€œā€ (3:13).


Umat-Nya selama ini tidak merasa bila pembicaraan mereka sudah kurang ajar tentang Tuhan.

Melalui beberapa ayat di atas kita dapat belajar kalau sering kali kita juga menyusahkan hati Tuhan dengan sering mengatakan apakah Tuhan bisa memakai hidup kita, karena merasa kita tidak memiliki apa-apa yang dapat dipersembahkan bagi kemuliaan nama-Nya. Padahal Tuhan itu mau bekerja memakai hidup kita sesuai dengan cara-Nya, hanya saja kita sering membuat batasan dan alasan sendiri sehingga kita menyusahkan Dia.


Kalau melihat beberapa ayat di atas, maka kita akan menemukan adanya progresif / peningkatan di mana pada awalnya mereka tidak merasa kalau apa yang mereka lakukan sudah menghina nama Tuhan, mencemarkan mazbah, menyusahkan dengan perkataan, menyimpang dari ketetapan Tuhan dan tidak lagi memeliharanya, sudah menipu-Nya, dan berakhir pembicaraan mereka sudah kurang ajar terhadap Tuhan.


Seseorang yang tertipu dan tidak segera berbalik kepada Tuhan, maka keadaannya tidak membaik malah jadi bertambah berat. Selama kita hidup, kita tidak bisa bersikap objektif dan masih membutuhkan sesama untuk dapat memberi saran dan masukan bagi diri kita.


Berbuat benar itu memang baik. Tetapi kalau kita selalu merasa benar, dan semua orang di sekitar kita semuanya selalu salah, maka hal ini perlu dipertanyakan. So, please be wise. Jangan sampai banyak orang berkata salah dan ada yang perlu diberi masukan tentang diri kita, tetapi selama ini kita terus ngotot dan merasa benar sendiri.


Ada suami dan istri yang sudah menikah selama 35 tahun, memutuskan untuk bercerai, dan menemui Pdt. Andreas untuk melakukan konseling. Di sepanjang sesi konseling tersebut, istrinya terus menangis tanpa henti dan suaminya mengatakan kalau selama ini yang dilakukan istrinya hanya bisa mengeluh dan menangis saja.


Konselor yang baik selalu belajar untuk mendengar cerita dari kedua belah pihak. Lalu Pdt. Andreas bertanya pada pihak istri, apa yang sebenarnya terjadi. Lalu istrinya menjawab,


ā€œMasalah yang terjadi sudah terlalu ruwet. Selama ini suamiku tidak pernah merasa bersalah, apalagi meminta maaf atas perkataan dan perbuatannya yang sering menyakiti hatiku..ā€


Pdt. Andreas menjawabnya,


ā€œKita bukan menikah sama malaikat, dan kita masih bisa bersalah di dalam banyak hal..ā€


Kalau kita selalu merasa diri paling benar, orang lain selalu salah, dan kita tidak mau menerima saran dan masukan dari sesama maka akibatnya,


Pertama. Merasa diri sendiri yang paling benar, sehingga kita suka menghakimi.


ā€œTetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.ā€ (Roma 14:10).


Kedua. Muncul kesombongan.


ā€œDan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: ā€œAda dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.ā€ā€ (Lukas 18:9-14).


Ketiga. Sulit bekerja sama dengan yang lain.


Keempat. Terjebak ke dalam kemunafikan.


Kelima. Tidak dapat membangun relasi yang baik dengan sesama, dll.


Akar permasalahan.


Mengapa kita sulit untuk mengenal diri sendiri dan tidak dapat mengenal dengan benar? Karena selama ini kita lebih memperhatikan hal-hal yang tampak lahiriah dibanding hal batiniah.


ā€œTetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.ā€ (2 Korintus 12:6b).


Gunung Es.


Bagian atas selalu tampak lebih kecil dibanding dengan bagian bawahnya yang membesar. Tetapi kalau kita dapat memandang diri sendiri dengan benar, maka kita tidak hanya memperhatikan apa yang tampak dari atas saja tetapi juga memperhatikan bagian bawahnya.


Apa maksudnya?


Selama ini kita hanya memperhatikan dari ā€œsisi puncak gunung esā€-nya saja, kita berusaha menampilkan sesuatu yang tampak wow dan mengundang decak kagum dari orang-orang yang berada di sekitar kita. Tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah, kita juga harus memperhatikan dan terus membangun kualitas dari kehidupan rohani dan juga karakter kita.


I am who I am Vs. Hidup di bawah bayang-bayang seseorang.


Pada akhirnya, hidup di bawah bayang-bayang seorang besar bukanlah sesuatu yang dapat dinikmati dan dibanggakan.


Pada saat Pdt. Jeremia Rim berpulang, banyak orang berusaha untuk terus menuntut dan mengintimidasi bahwa Pdt. Andreas harus bisa menjadi sama seperti Beliau. Akibatnya Pdt. Andreas tidak lagi bisa melihat kelebihan yang ada pada dirinya sendiri, selalu merasa dituntut untuk dapat menyampaikan khotbah dan menjalani penggembalaan yang bagus, serta setiap tiba hari Sabtu, suasana selalu berubah menjadi tegang. Anggota keluarganya tidak berani mendekat, karena terintimidasi dengan beban tersebut.


Tetapi kualitas pribadi dan gereja MDC Surabaya dapat berkembang pesat ketika Pdt. Andreas memutuskan untuk tidak menjadi dan hidup di bawah bayang-bayang dari Pdt. Jeremia. Dengan berjalannya waktu, Pdt. Andreas belajar untuk tahu dan menghidupi akan apa yang menjadi panggilan Tuhan di dalam hidupnya, dan merasa secure dengan panggilan tersebut. Dari situ dirinya terus membangun pelayanannya, dan menjadi jauh lebih efektif dan lebih hebat lagi dibanding sekadar hidup di bawah bayang-bayang Pdt. Jeremia Rim.


Pada suatu hari Pdt. Yeremia Rim mengadakan retreat dan mengundang hamba Tuhan dari luar negeri yang bergerak serta memiliki beban di bidang misi. Saat dirinya mengajak jemaat yang pada saat itu banyak yang berusia anak muda, banyak dari antara mereka yang tidak merespon. Tetapi Pdt. Andreas mencoba untuk mendekati jemaat dengan cara berbeda, dan akhirnya semuanya mau mengikuti retreat tersebut.


Melalui peristiwa ini, Pdt. Andreas Rahardjo menyadari bahwa panggilan Tuhan atas hidupnya adalah menjadi seorang gembala, sedangkan panggilan Tuhan atas hidup Pdt. Jeremia Rim adalah menjadi seorang rasul.


Karena itulah ketika kita dapat mengenal siapa diri kita dengan benar, apa panggilan Tuhan atas hidup kita.. maka hikmat dan kasih dari Tuhan yang pasti akan menuntun dan mengarahkan setiap kita untuk tahu apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan, serta kita juga banyak belajar untuk dapat menutupi semua kekurangan tersebut.


Banyak orang juga ingin dekat dengan figur tertentu, agar mereka jadi ikut merasa besar dan terkenal. Tetapi hanya karena kita dekat dan sering foto bersama dengan figur tertentu, bukan berarti kita dapat menjadi orang tersebut.


Sering kali di dalam hidup ini kita hanya berfokus untuk mengejar menjadi figur tertentu yang dipakai Tuhan besar, padahal Tuhan ingin memakai kita sesuai dengan cara-Nya sendiri. Itulah sebabnya kita harus sadar diri, dan terus mengembangkan diri sesuai dengan talenta dan panggilan-Nya atas hidup kita masing-masing, yang pastinya tidak sama antara yang satu dengan lainnya.


Pelayanan Pdt. Andreas dapat berkembang pada saat dirinya menyadari adanya perbedaan karakter dan juga panggilan dengan Pdt. Jeremia Rim. Memang keduanya memiliki dan masih menyembah Tuhan yang sama, tetapi Dia memiliki rencana dan panggilan berbeda atas hidup kita masing-masing. Pada saat Pdt. Andreas menyadari hal ini, dirinya dan gereja MDC Surabaya mulai bertumbuh pesat.


Kita tidak bisa nunut / ikut menumpang pertumbuhan hidup kerohanian seseorang, sebab kita sendiri yang harus membangun kualitas dan terus mengembangkannya sesuai dengan panggilan Tuhan atas hidup kita masing-masing.


Pada akhirnya kelak, orang-orang di sekitar dapat melihat dan respect dengan kesetiaan kita selama ini yang mau taat mengembangkan setiap talenta yang sudah Tuhan beri, dan menyelesaikan setiap panggilan-Nya di dalam hidup kita.


Kita harus belajar untuk mencari dan menghidupi panggilan Tuhan, atas hidup kita masing-masing.


Kembali ke Jalan yang Benar.


Kita dapat mengenal diri dengan benar, jika kita kembali ke jalan yang benar dan memiliki persekutuan yang karib bersama dengan-Nya di dalam doa dan pembacaan firman-Nya, di dalam Alkitab. Apa hal praktisnya?


Pertama. Mengenal diri sendiri dengan mengenal kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab.


ā€œdan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.ā€ (Yohanes 8:32).

ā€œSegala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.ā€ (2 Timotius 3:16-17).


Kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab yang akan mengungkapkan siapa jati diri kita yang sesungguhnya. Itulah sebabnya yang menjadi pertanyaannya adalah,

Andreas Rahardjo - Knowing Yourself (MDC Surabaya)

ā€œKapan terakhir kalinya kita mengizinkan hidup kita ini mau dikoreksi firman Tuhan? Kapan terakhir kalinya kita mau terbuka dan dengan kerelaan hati mau tunduk dan diajar firman Tuhan? Kapan kita mau ditegur, dan bisa melihat diri kita sendiri dalam kondisi sebenarnya, karena firman Tuhan yang mengungkapkannya pada kita?ā€


ā€œKasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.ā€ (Matius 22:37-39).


Hukum pertama adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Tetapi Tuhan Yesus tidak berhenti hanya sampai di hukum yang pertama saja, Dia melanjutkannya dengan hukum yang kedua yakni mengasihi sesama kita sama seperti kita mengasihi diri sendiri.


Itulah sebabnya kalau kita tidak bisa menerima dan mengasihi diri kita sendiri terlebih dahulu, maka kita akan merasa kesulitan untuk menerima dan mengasihi orang lain. Kita akan menjadi seseorang yang tidak bisa menoleransi kekurangan orang lain. Itulah sebabnya kita harus belajar,


ā€œSetiap dari kita memiliki panggilan Tuhan yang berbeda, dan juga unik. Tetapi semuanya bertujuan untuk dapat membangun Tubuh Kristus.ā€


Ketika kita menyadari hal di atas, maka kita bisa mengasihi sesama dengan lebih baik lagi.


Kedua. Mengenal diri sendiri dengan menjadi seorang penyembah.


ā€œUjilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.ā€ (Mazmur 26:2-3).

Mazmur 26 ditulis oleh Daud, dan sekalipun dirinya adalah seorang raja dan dianggap tidak bisa salah, tetapi Daud memiliki kerendahan hati untuk meminta pada Tuhan agar Dia mengujinya.


Kata ā€œmenjadi seorang penyembahā€ memiliki arti bahwa Daud menyadari ada Pribadi Tuhan yang jauh lebih besar dari jabatannya, dan dirinya memberanikan diri agar Dia selalu menguji dan menyelidiki apa yang ada di dalam hatinya.


Hidup kita bisa dikoreksi dan diubah pada saat kita berada di dalam hadirat-Nya yang mulia, dan kita mau belajar kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab. Kalau kita membiasakan diri dan memiliki kerelaan hati untuk hidup kita selalu dikoreksi firman Tuhan, maka Roh Kudus yang akan membantu mengungkapkan apa saja yang selama ini perlu diubah dari hidup kita. Dia juga memberi kita kuasa untuk dapat memilih tidak hidup di dalam dosa dan menyenangkan hati-Nya, melalui perkataan dan perbuatan di hidup kita.


Ketiga. Mengenal diri sendiri melalui nasihat atau teguran dari sesama (terhubung di dalam komunitas).


ā€œSiapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.ā€ (Amsal 10:17).

Di dalam buku ā€œEmotionally Healthy Spirituality,ā€ yang ditulis oleh Peter Scazzero dikatakan,


ā€œKetika kita pergi ke sebuah gereja, maka kita tidak hanya sekadar menghadiri tetapi ada long of attachment / keterikatan dalam jangka waktu yang cukup panjang bersama dengan Tubuh Kristus. Di dalamnya kita dapat saling menasihati, menegur, dan juga mendorong di dalam kasih.ā€


Semuanya ini membuat diri kita dapat menjadi lebih baik, dan kita lebih mengenal diri sendiri.


Kalau kita selalu menjauhkan diri dari orang lain dan Tubuh Kristus, maka kita dapat tersesat. Mengapa? Sebab kita tidak akan bisa menjadi orang yang waras dan benar sendirian di dalam dunia pada hari-hari ino. Pada waktu kita memutuskan untuk terkait dan terhubung dengan komunitas rohani di dalam gereja Tuhan, maka ada keterbukaan dan kita dapat saling membangun.


Hal ini sangat penting untuk selalu disadari..


ā€œTetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ā€œKami telah melihat Tuhan!ā€ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ā€œSebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.ā€ā€ (Yohanes 20:24-25).


Kisah di atas dapat menjadi pelajaran yang penuh kasih bagi setiap kita. Saat Tuhan Yesus mendatangi murid-muridNya, dituliskan bahwa Tomas tidak ada bersama-sama dengan mereka. Melaluinya kita dapat belajar kalau kita selalu menjauhkan diri dari persekutuan bersama dengan komunitas rohani yang dapat menguatkan iman kita, maka kita bisa terkena apa yang namanya roh sak karep’e dewe / roh berbuat seenaknya sendiri.


Di dalam Gereja MDC Surabaya sendiri juga memiliki komunitas rohani yang bernama Contact / Covenant in Action, yang merupakan sebuah wadah bagi kita untuk dapat bertumbuh bersama secara rohani, saling menguatkan di dalam kebenaran Firman Tuhan, dan juga di dalam perbuatan baik. Ayoo Join Contact! šŸ™‚


Selain itu firman Tuhan juga mengatakan,


ā€œJanganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.ā€ (Ibrani 10:25).


Saat kita menyadari kekurangan kita, maka hal ini dapat diperlengkapi dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Kalau kita mengenal siapa diri kita sendiri, maka kita bisa berkomunikasi dan menempatkan diri dengan siapapun juga.


Setiap kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang Kristus bagi banyak orang,


ā€œKamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.ā€ (Matius 5:13-16).


Hal apakah yang akan terjadi pada saat kita mengenal siapa diri kita sendiri?


Pertama. Kita jadi sadar diri akan kelemahan dan kekurangan diri, sehingga kita tidak berani untuk menghakimi sesama.


Kedua. Hidup di dalam kerendahan hati.


Ketiga. Sanggup bekerja sama di dalam sebuah tim.


Keempat. Bertumbuh menjadi dewasa rohani. Kelima. Mampu membangun relasi yang baik, dll.


ā€œSelidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!ā€ (Mazmur 139:23-24).


Setiap dari kita itu berharga di mata Tuhan. Tidak peduli kalau selama ini kita mungkin dijelekkan, atau mengalami keadaan apa pun. Memang, kita bukanlah seorang yang sempurna dan masih membutuhkan banyak belajar.


Tetapi yang dapat mendefinisikan hidup kita bukanlah perlakuan dari lingkungan sekitar dan apa yang kita alami selama ini, tetapi apa yang sudah Tuhan perkatakan tentang kita, di dalam kebenaran firman-Nya di Alkitab.


Ketika uang Rp.100.000,- itu diremas-remas, dibanting, dimasukan ke air atau pun diinjak-injak, nilainya tetap sama yakni, Rp.100.000,-. Dan uang tersebut masih bisa dipakai untuk membeli sesuatu. Apa yang kita lakukan terhadap uang Rp.100.000,- tidak akan pernah bisa merusak nilai dari uang tersebut. Tidak akan pernah menurunkan nilainya.


Itulah sebabnya, apa pun yang dunia pernah lakukan di dalam hidup kita.. nilai kita tidak akan berkurang sedikitpun di hadapan Tuhan. Kita masih dapat menjadi aman dan tenang di dalam panggilan Tuhan atas hidup kita masing-masing.


ā€œHal yang mustahil adalah untuk menjadi dewasa secara rohani, sementara kita masih tidak dewasa secara emosi.ā€ (Peter Scazzero).

Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Comments


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page