Andreas Rahardjo - Doa yang Membawa Kemenangan
- mdcsbysystem
- 15 jam yang lalu
- 12 menit membaca
Catatan Khotbah: “Doa yang Membawa Kemenangan.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Jumat Agung di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 18 April 2025.
Ayat Bacaan: Lukas 22:39-46.
Hari ini kita memperingati Jumat Agung, di mana kita diingatkan kembali akan kematian-Nya di atas kayu salib. Momen Salib Kristus ini adalah intisari dari hidup Kekristenan yang sesungguhnya.
Selain itu, gereja Tuhan juga harus kembali untuk mendasari aktivitas kehidupan kerohaniannya berdasarkan berita tentang Salib Kristus. Sebab hal ini yang menjadi berita utama yang terus dibagikan gereja yang pertama, dan tidak ada berita lainnya. Tanpa Salib-Nya, kita tidak akan bisa mengenal Pribadi Kristus lebih dalam sebagai Sang Juruselamat. Melawan Iblis pun kita juga tidak akan bisa menang, karena kuasa itu hanya bersumber dari Salib Kristus saja. Bukan yang lain.
Oswald Chambers mengatakan,
“Jangan sampai kita berkata bahwa kita sudah diterima hanya karena Tuhan itu baik, dan kita juga menjalani hidup yang baik. Tetapi dasar penerimaan kita yang sesungguhnya adalah Allah yang telah melihat kita karena ada karya penebusan Kristus dari atas salib-Nya.”
Sebenarnya kita harus menanggung hukuman dari Allah, tetapi semuanya sudah selesai ditebus di atas Salib Kristus. Di sinilah terjadi penyelesaian atas segala dosa kita. Karena itu kita dapat mengimani seseorang yang hancur hidupnya, dirinya masih dapat diampuni dan dipulihkan karena ada pengampunan yang mengalir dari Salib Kristus.
Bertengkar karena Whatsapp.
Setelah Pdt. Andreas Rahardjo menyelesaikan pelayanan di Amerika, dirinya diajak bertemu di sebuah restoran untuk melakukan konseling pada pasangan suami istri yang usianya sekitar 70 tahun, dan mereka hendak berpisah. Permasalahannya sangat sederhana karena ada whatsapp,
“Suamiku sudah meninggal. Rumahku sekarang terbuka 24 jam buat kamu..”
Pesan ini dibaca istrinya, serta ditafsirkan berbeda. Pada akhirnya mereka bertengkar hebat dan memutuskan untuk berpisah..
Pdt. Andreas mengatakan pada pasangan tersebut, bahwa keduanya dulunya menjalani kehidupan yang rusak dan jauh dari Tuhan. Lebih lanjut Pdt. Andreas juga berkata,
“Tetapi tahu tidak, mengapa kalian berdua memutuskan untuk menikah? Karena kalian berdua mau sama-sama untuk bertobat, meninggalkan dosa yang diperbuat, dan memandang Yesus yang disalib untuk penebusan dosa-dosamu. Kalian berdua sudah menjadi ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, yang baru sesungguhnya sudah datang.
Lalu mengapa hanya karena pesan yang tidak sebegitu jelasnya, kalian berdua malah memutuskan untuk berpisah?
Dulunya masalah yang dihadapi kalian berdua jauh lebih berat. Tetapi saat melihat Salib Kristus, semua sudah diselesaikan-Nya. Mengapa masalah kecil dan sepele ini jadi membesar?”
Keduanya merenung, dan tak lama kemudian istri dari orang tersebut berkata “Case Closed!” dan mengajak mereka bertiga untuk menikmati makanan yang tersaji di depan mata mereka.
Masalah sebesar apa pun bisa menjadi cepat selesai dan ada penyelesaian terbaik jika kita mau melihat Salib Kristus. Seharusnya iman kita di setiap harinya selalu di-connect-kan pada Salib Kristus, jangan sampai melenceng pada berita lainnya.
Selain itu, Gereja Tuhan dapat berubah menjadi gereja yang hanya sekadar mengejar keduniawian semata bila melenceng dari berita Salib Kristus. Padahal firman Tuhan berkata,
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).
Poin utamanya di sini adalah mengajak setiap kita untuk tetap memandang pada kebenaran, yang berfokus pada Salib Kristus. Bukan berfokus hanya pada pembenaran diri kita sendiri.
Selain itu, dengan kita terus memandang pada Salib Kristus maka Roh Kudus sendiri yang memberikan hikmat dan juga kuasa untuk melawan Iblis yang berusaha mencuri berkat Tuhan di dalam hidup kita. Kuasa dan wewenang Ilahi hanya mengalir dari Salib Kristus, karena semua sudah dikalahkan Kristus dari atas Salib-Nya, dan kita memiliki pijakan sah untuk menggunakan kuasa-Nya.
Kemenangan di dalam doa-doa kita, akan membawa kemenangan di dalam hidup kita.
Mengapa Tuhan Yesus bisa menang dan menghadapi momen Salib, serta bisa menuntaskan segala pekerjaan Bapa di dalam hidup-Nya? Semuanya bermula dari kemenangan-Nya di taman Getsemani, sehingga Dia dapat menyelesaikan momen Salib-Nya dengan tuntas.
Alkitab mengatakan pada kita,
“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa.” (Lukas 22:44).
Dia sangat ketakutan, tetapi Dia tidak berhenti hanya sampai di tahap ini saja. Dia melanjutkannya dengan berdoa, sampai Dia mencapai Jalan Kemenangan-Nya dan menyelesaikan dengan tuntas segala rencana Bapa atas hidup-Nya.
Apa yang dapat dipelajari bersama dari momen d taman Getsemani ini?
Pertama. Doa Harus Menjadi Kebiasaan.
“Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia.” (Lukas 22:39).
Taman Getsemani bukanlah tempat yang asing bagi para murid, karena Tuhan Yesus biasa berdoa di tempat tersebut. Termasuk Yudas yang tahu kalau di tempat ini sering dikunjungi untuk berdoa, sehingga Yudas tahu di mana tempat ketika hendak menangkap-Nya (Lukas 22:47-48).
Kita harus membiasakan diri untuk berdoa senantiasa, membangunnya terus-menerus hingga menjadi kebiasaan di dalam hidup kita.
Mama dari Pdt. Andreas adalah seorang dokter gigi, yang selalu mengajar anak-anaknya setelah makan selalu berkumur. Mengapa? Karena 20 menit setelah makan bila kita tidak berkumur, sisa makanan yang ada di sela-sela gigi akan membusuk, dan nantinya dapat membuat gigi berlubang.
Hal ini semakin diteguhkan dengan pasien mamanya yang berasal dari tempat terpencil, yang memiliki gigi yang bagus dan tidak ada yang berlubang. Pasien mamanya ini ternyata memiliki kebiasaan untuk berkumur dengan air garam, di mana kebiasaan ini dapat membunuh bakteri, dan mencegah giginya berlubang.
Karena itulah waktu Pdt. Andreas masih berusia anak-anak dan hampir tertidur, mamanya sering menarik paksa dirinya dan menyuruhnya untuk gosok gigi terlebih dahulu sebelum tidur. Pada awalnya mungkin merasa tidak enak, tetapi sekarang menjadi sebuah kebiasaan. Kalau tidak gosok gigi terlebih dahulu sebelum tidur atau sesudah bangun tidur, rasanya tidak enak.
Demikian pula hal yang sama dengan berdoa. Kalau hal ini dilakukan dan sudah menjadi kebiasaan di dalam hidup kita, maka kalau kita tidak melakukan ada yang terasa mengganjal.
Kita membangun kehidupan doa mungkin pada awalnya dimulai dari 5 menit berdoa, dan terus menambah setiap menit dan bahkan jamnya. Dan bila kita terus berdisiplin melakukannya, maka hal ini akan menjadi terbiasa dan menguatkan diri kita untuk melalui berbagai musim yang diizinkan terjadi di dalam hidup kita ini.
Kedua. Doa Bersifat Sangat Pribadi.
“Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa..” (Lukas 22:41).
Memang Tuhan Yesus membawa beberapa murid yang mengikuti-Nya untuk berdoa, tetapi dari ayat di atas kita belajar bahwa Dia memisahkan diri-Nya untuk berdoa seorang diri.
Itulah sebabnya meningkatkan doa pribadi adalah hal yang terpenting, karena dapat menjadi fondasi dari segala macam doa yang ada. Karena itu pula jangan berani untuk melakukan doa peperangan rohani, bila di dalam doa pribadi saja kita masih belum mengenal-Nya secara mendalam.
Alamilah Tuhan terlebih dahulu, di dalam doa pribadi kita. Milikilah kerohanian yang konsisten, di mana setiap harinya kita semakin mengasihi-Nya. Melalui doa pribadi yang terus dibangun di setiap harinya, nantinya kita akan mendapat “permata rohani” dan juga berbagai kekayaan rohani.
“Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: “Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.” Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. Tetapi roh jahat itu menjawab: “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?” Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka.” (Kisah Rasul 19:13-16).
Dari ayat di atas kita dapat belajar bahwa Iblis itu dapat mengetahui dan mengenal siapa orang-orang yang memiliki hubungan karib dan pribadi dengan Tuhan Yesus, dan siapa yang selama ini hanya berpura-pura mengenal-Nya saja.
“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!“” (Matius 7:22-23).
Melalui ayat di atas kita juga dapat belajar bahwa berbagai aktivitas dan kegiatan pelayanan kita yang seabrek, bukanlah jaminan kita benar-benar dapat mengenal, dan dikenal oleh-Nya. Ayat di atas telah mengatakannya pada kita,
“Dia tidak pernah mengenal kita, bahkan kita dibilang pembuat kejahatan, dan harus dengan segera untuk enyah dari hadapan-Nya.”
Siapa yang Kita Kenal, di Masa Krisis.
Mengapa kita harus membangun relasi yang semakin dekat dengan Tuhan lebih dalam lagi? Karena kita tidak pernah dapat menduga, kapan datangnya krisis. Karena itulah, Siapa yang kita kenal itu akan sangat menentukan.
Kalau kita mengenal Tuhan di masa krisis, maka kita akan mendapat kesempatan untuk dapat mengenal Pribadi-Nya lebih dalam, dan tidak perlu lagi merasa takut dan kuatir. Semakin banyak kita membangun kehidupan doa, maka semakin banyak pula kita dapat belajar banyak hal yang baru dari Tuhan. Saat ada masalah menghantam hidup kita, maka kita akan tetap kuat, karena iman kita tertanam kuat dalam pengenalan akan Dia.
Ketiga. Tujuan Doa: Menang atas Pencobaan.
“Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.“” (Lukas 22:40).
Seseorang yang jatuh ke dalam dosa itu tidak langsung jatuh, biasanya ada berbagai proses dan kompromi yang dilakukannya, dan yang akhirnya membuat dirinya jatuh ke dalam dosa.
Demikian pula hal yang sama dengan doa.
Kalau kita selalu berkompromi dengan jam-jam doa kita, maka pada saat ada masalah, iman kita bisa kacau dan terjebak ke dalam stres dan juga depresi. Semua bermula dari kebocoran yang tidak dengan segera kita tutup, di dalam jam-jam doa kita.
Ketika ada seseorang yang melakukan konseling dengan Pdt. Andreas dan menceritakan berbagai pergumulan hidupnya, sering kali ditemukan bahwa seorang tersebut sudah meninggalkan kehidupan jam doa pribadinya. Dia sudah tidak lagi rajin berdoa. Pertanyaannya,
“Apakah kita masih rajin berdoa?”
Kalau hidup kita sedang baik-baik saja, tetaplah berdoa. Ketika ada krisis yang diizinkan datang, kita tidak akan menjadi pribadi yang mudah goyah dan panik, karena selama ini kita sudah terbiasa berdoa dan mencari wajah Tuhan terlebih dahulu.
Bila kita tidak memiliki kehidupan doa pribadi yang kuat, maka kita akan menjadi terkejut, panik, dan bisa menjadi kecewa.. serta meninggalkan Tuhan. Mengapa? Karena kita sendiri sudah menjauhkan diri dari kebiasaan membangun persekutuan yang karib dengan-Nya di dalam doa dan membaca kebenaran firman-Nya, di dalam Alkitab.
Biarlah kita terus membangun kehidupan doa pribadi kita semakin mendalam, dan nantinya terus dimampukan kuasa-Nya untuk membuahkan hal-hal luar biasa di dalam hidup kita.
“Is prayer your steering wheel or your spare tire?” (Corrie ten Boom).
Apakah doa itu sudah menjadi roda kemudi di dalam hidup kita? Atau hanya sekadar menjadi ban serep / cadangan? Apakah kalau ada masalah, kita baru berdoa? Atau doa sudah menjadi prioritas utama kita, baik ada masalah maupun tidak ada masalah, kita tetap membangun kehidupan doa?
Apa pun yang sedang kita hadapi, tetaplah berdoa, baik sedang ada masalah ataupun tidak. Karena hal ini akan memperdalam dan memperkokoh dimensi pengenalan kita akan Dia.
Seorang Kristen yang tidak serius dengan kehidupan doanya, maka dirinya pasti juga tidak akan serius dengan kehidupan Kekristenannya.
Doa adalah nyawa dan jantung dari hidup kerohanian kita. Betapa pentingnya kita membangun kehidupan doa karena,
Kita tidak akan bisa membangun kehidupan rohani tanpa membangun kehidupan doa. Kita bisa saja memiliki banyak cara untuk mengembangkan sebuah gereja, tetapi kalau tidak ada kehidupan doa yang dibangun, maka ending-nya pasti tidak akan baik di dalam hidup kita. Marilah membulatkan hati kita untuk terus berdoa, mengajak orang lain untuk berdoa, dan menjadikan Gereja MDC sebagai Rumah Doa bagi segala bangsa.
Keempat. Motif Doa: Mengikuti Kehendak Tuhan.
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22:42).
Doa itu sesungguhnya bukan untuk mengubah Tuhan, tetapi untuk mengubah diri kita sendiri. Kalau selama ini kita berdoa dan tidak ada yang berubah dari diri kita yang terus berbuat tidak benar, berarti ada sesuatu yang salah.
Dengan berdoa, kita mau untuk hidup mengikuti cara dan jalan-Nya Tuhan, serta setiap hari hidup kita terus diselaraskan sesuai dengan kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab.
Saat kita baru bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, maka sering kali kita memiliki banyak permintaan di dalam doa. Tetapi pada saat mulai bertumbuh dewasa secara rohani, kita tidak lagi terus meminta melainkan mencari wajah dan kehendak Tuhan. Mencari apa mau-Nya sesungguhnya bagi hidup kita, dan agar kita dapat mengenal-Nya lebih dalam lagi.
Sama seperti kita saat berusia anak-anak, kita banyak meminta dibelikan permen ataupun kudapan yang manis. Tetapi saat menginjak usia dewasa, otomatis kita akan menguranginya karena kita tidak mau gigi kita banyak berlubang.
Ukuran kesuksesan adalah berapa persen kehendak Tuhan itu dapat diselesaikan di dalam hidup ini.
“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Lukas 19:30).
Saat Yesus mengatakan perkataan di atas, hal ini sama saja dengan seluruh kehendak Bapa-Nya itu sudah diselesaikan tuntas oleh Tuhan Yesus. Inilah ukuran kesuksesan yang sebenarnya.
Tetapi bagi dunia, artinya pasti jauh berbeda. Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya di atas muka bumi ini di usia sekitar 30 tahun, dengan banyak tanda ajaib luar biasa, yang menyertai-Nya. Tetapi di akhir hidup-Nya, Diri-Nya mati dengan tidak terhormat di atas kayu salib bersama dengan penjahat di sebelah kanan dan kiri-Nya. Manusia bisa berkata bahwa hidup-Nya adalah kegagalan yang ironis, tetapi di mata Bapa, hal ini adalah kesuksesan.
Saat Pdt. Andreas memutuskan untuk menjadi seorang hamba Tuhan sepenuh waktu, banyak teman yang menertawakan dan menjauhinya. Tetapi hingga saat ini, Pdt. Andreas tidak pernah menyesali keputusannya untuk mengiring Tuhan, dengan menjadi seorang hamba Tuhan. Dirinya berbahagia karena sudah mengikuti apa yang sudah Tuhan rencanakan, di dalam hidupnya.
Kelima. Musuh Doa: Kedagingan.
“Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita.” (Lukas 22:45).
Musuh terbesar di dalam kehidupan doa bukanlah apa yang berasal dari luar, tetapi sesungguhnya berasal dari dalam diri kita sendiri. Kapan saat yang terbaik untuk berdoa? Bukan pada saat kita sedang bersemangat, tetapi justru pada saat kita merasa malas dan tidak mood untuk berdoa.
“Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.” (Keluaran 17:11-13).
Dari ayat di atas kita belajar bahwa Musa berdoa dan mengangkat tangannya, sampai tangannya menjadi penat dan dirinya merasa lelah. Tetapi kita sendiri belum berdoa sudah merasa lelah terlebih dahulu, dan akhirnya kita tidak jadi berdoa.
Putuskanlah untuk mengalahkan semua keinginan daging, barulah kita dapat berdoa.
Pdt. Andreas mengenal Pdt. Jeremia Rim bukan sebagai seseorang yang sempurna, tetapi mengenalnya sebagai seorang yang gigih dalam berdoa. Pada suatu hari, Pdt. Jeremia Rim mengajak Pdt. Andreas dan beberapa rekannya untuk ke Batu, untuk berdoa bagi kegerakan anak-anak muda.
Ketika mereka mulai berdoa, satu jam pertama dengan mudahnya dilalui. Jam kedua mereka tetap bersemangat. Jam ketiga mulai terasa lelah, karena di dua jam sebelumnya sudah ngotot berdoa. Jam keempat benar-benar sudah kehabisan tenaga, sedangkan Pdt. Jeremia Rim malah menambah semangatnya. Dirinya terus berdoa, hingga tak terasa sudah melewati enam jam lamanya.
Banyak orang hanya menilai dirinya sebagai seorang pengkhotbah yang fasih lidahnya, sebagai seseorang yang pernah berkhotbah di depan 150 ribu orang banyaknya di Istora Senayan. Tetapi justru Pdt. Andreas mengenal pribadinya sebagai seseorang yang gigih dalam berdoa.
Kita harus bisa menekan dan mengalahkan kedagingan, karena terobosan yang dapat kita raih di dalam doa nantinya akan berdampak pada terobosan dalam kehidupan jasmani kita. Kedalaman kita dalam mengenal Pribadi Tuhan, akan membangun kehidupan pribadi yang kokoh di dalam hidup kita.
Keenam. Tantangan Doa: Pergumulan yang Berat.
“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” (Lukas 22:44).
Dari ayat di atas, Yesus tetap bisa merasa takut. Tetapi kita dapat membaca bahwa Dia tidak mengizinkan diri-Nya tenggelam dan dikuasai oleh ketakutan tersebut. Malahan ditulis Dia semakin bersungguh-sungguh berdoa.
Doa bukan hanya sekadar permintaan saja, tetapi juga perjuangan dan peperangan rohani.
Tidak ada hal yang tidak bisa ditembus oleh doa. Tidak ada seorangpun yang jabatannya terlalu besar atau terlalu kecil, yang tidak membutuhkan doa. Bila kita masih belum meraih kesuksesan, kita banyak berdoa. Tetapi setelah menjadi seorang yang sukses, kita harus lebih banyak berdoa agar kita tetap menjadi pribadi yang rendah hati.
Deposito Doa.
George Müeller adalah seorang yang terkenal sebagai rasul doa. Dirinya banyak berdoa, dan banyak mengalami kuasa Tuhan di dalam dan melalui doanya. Selain itu, dari berbagai sumber mencatat bahwa dirinya melayani 10.024 anak panti asuhan di sepanjang hidupnya, dan Tuhan telah membuat mukjizat serta mencukupkan makanan yang dibutuhkan, melalui doa-doanya.
Pada suatu waktu, George Müeller ini berdoa untuk kelima orang temannya yang belum mengenal Kristus. Tetapi sampai dirinya berpulang ke rumah Bapa di Surga, satu orang temannya yang selama ini bersikeras menolak Kristus, baru mau menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.
Melalui kisahnya kita dapat belajar.
Pada suatu hari kelak kita akan meninggalkan dunia yang fana ini, tetapi doa-doa kita akan tetap tinggal di bumi untuk menanti kapan saatnya dijawab oleh-Nya. Kalau kita dapat memahami kebenaran ini, bukankah kita harus lebih banyak lagi menyimpan deposito doa di Surga?
Tetapi yang menjadi permasalahannya, kita banyak berdoa bila deposito kita di bank dunia masih belum ada. Kalau sudah banyak? Biasanya kita lupa, bahkan sudah tidak lagi mau berdoa.
Kita juga dapat berdoa buat anak-anak kita, agar pada saat kita berpulang nantinya ke rumah Bapa di Surga, mereka tetap menjadi anak-anak yang cinta Tuhan, dipelihara Tuhan dan hidup mereka mengutamakan Kerajaan Allah, serta tetap setia untuk melayani Tuhan sesuai dengan panggilan dan talentanya masing-masing.
Karena itu, bagaimana dengan deposito doa kita? Apakah isinya banyak? Atau malah tidak ada? Kalau kita menyadari betapa banyak doa yang harus kita panjatkan, maka betapa luar biasanya kita dapat melihat Tuhan itu bekerja di dalam kehidupan kita.
Ketujuh. Pahala Doa: Mendapat Kekuatan.
“Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.” (Lukas 22:43).
Kalau kita sedang mengalami ketakutan, dan kita memutuskan untuk berdoa. Lalu tiba-tiba di kamar kita datang seorang malaikat Tuhan yang memberi kita kekuatan. Bagaimana reaksi kita? Pertama kali secara manusia kita pasti terkejut dengan kehadiran malaikat tersebut. Tetapi setelah itu, iman kita akan dikuatkan setelah mendapat banyak janji firman dan juga peneguhan dari Tuhan.
Demikian juga dengan apa yang dialami Tuhan Yesus. Saat diri-Nya mengalami ketakutan karena harus menghadapi momen Salib yang akan terjadi tidak berapa lama lagi.. Bapa mengirimkan malaikat-Nya untuk memberi kekuatan, agar Dia tidak gentar menyelesaikan misi-Nya.
Biarlah setiap dari kita terus mengalami Tuhan, di dalam kehidupan doa-doa kita.
Jadikan Gereja MDC sebagai Rumah Doa bagi segala bangsa, dan hal ini tidak bisa dilakukan sendirian. Berdoalah lebih dalam lagi, teruslah menomorsatukan Tuhan, maka kita akan melihat Tuhan itu bekerja dengan cara-Nya yang luar biasa, menurut waktu dan kehendak-Nya yang terbaik bagi setiap kita. Semua yang terjadi berawal dari kehidupan doa pribadi, yang terus-menerus dibangun dengan setia di setiap harinya.
Tidak ada cara lain untuk dapat menjadikan gereja Tuhan kuat secara rohani dan menjadi berkat bagi banyak orang, kecuali dengan tetap berdoa senantiasa. Bukan berarti terus kita bermalas-malasan dan tidak bekerja.. tetapi apa pun yang sedang kita hadapi, kita selalu membawanya ke hadapan Tuhan. Kita juga belajar untuk mengucap syukur, apa pun keadaan yang sedang dialami.
Kalau mendapat berkat kita berkata,
“Terima kasih, Tuhan..”
Kalaupun diizinkan menghadapi tantangan kita berkata, “Tolong aku yaa Tuhan..”
Berbahagialah orang-orang yang mendengarkan firman Tuhan, mau merenungkan, dan melakukan di dalam kehidupannya masing-masing.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
コメント