top of page

Soetjipto Koesno - Amazing Love

  • mdcsbysystem
  • 10 jam yang lalu
  • 14 menit membaca

Catatan Khotbah: “Amazing Love.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Soetjipto Koesno, di Ibadah Paskah di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 20 April 2025..



“Amazing Love” berbicara tentang kasih yang sudah diberikan Tuhan Yesus melalui karya Salib-Nya, sebuah kasih yang luar biasa, tiada bersyarat, dan dapat mengubah kehidupan kita.


Pada hari ini kita merayakan Paskah, dan hal ini bukanlah tentang perayaan yang diadakan selama setahun sekali saja. Paskah sendiri memiliki makna yang luar biasa, di mana seluruh iman kita didasarkan pada Pribadi Tuhan yang Mahaadil, Mahakudus, tetapi sekaligus Dia itu penuh kasih.


Mengapa dikatakan demikian?


Sebab Salib-Nya merupakan pertemuan di mana setiap dosa yang sudah dilakukan manusia itu dituntut adanya hukuman yang adil dan setimpal dari Allah. Tetapi di Salib tersebut keadilan Allah bertemu dengan kasih Kristus, di mana tidak ada seorangpun yang bisa mendapatkan keselamatan hanya dengan kekuatannya sendiri. Karena itulah, Kristus rela untuk memberikan nyawa-Nya di atas salib demi penebusan dosa-dosa kita.


“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:6-8).


Ketika Bp. Tjipto berbagi dan bertanya pada Pdt. Andreas Rahardjo, bertukar pikiran tentang apa saja yang terjadi di momen Paskah ini.. maka mereka berdua menemukan bahwa momen ini tidak hanya sekadar berbicara tentang Yesus yang bangkit dan kubur yang kosong saja, tetapi juga Tuhan Yesus yang melalui Salib-Nya telah menanggung murka Allah atas hidup kita.


Selama ini kita banyak mendengar khotbah tentang Tuhan yang sabar, penuh kasih dan pengertian, serta menganggap Dia bisa memahami apa saja yang kita lakukan di dalam hidup ini. Tetapi khotbah tentang “Allah yang Murka” sudah tidak pernah lagi kita dengar. Bahkan tak sedikit dari antara kita yang mulai menganggap bahwa Allah “sudah bertobat,” Dia tidak suka murka lagi terhadap umat-Nya, dan suka mengampuni.


Sering kali kita juga menggeser kata “durhaka” di dalam Roma 5:6 hanya sebatas menggunakan kata ganti “orang yang kurang kuat imannya.”


Padahal kata durhaka adalah seseorang yang sering kali jatuh bangun di dalam dosa, suka melawan dan memberontak, serta banyak melakukan hal yang jahat di hadapan Tuhan. Tetapi dari ayat di atas kita belajar bahwa, ketika kita masih menjadi orang-orang durhaka, Kristus itu telah mati bagi kita dan memberikan kesempatan kedua.


Keselamatan yang kita miliki tidak didapat karena kita sudah banyak melayani, memberikan persembahan, dll. Kenyataannya, keselamatan kita sama sekali tidak ada hubungannya dengan banyaknya perbuatan baik, yang sudah kita lakukan selama ini. Tetapi keselamatan sudah diberikan Kristus dengan menunjukkan kasih-Nya pada kita, dengan mati di atas kayu salib.. justru pada saat posisi kita masih melawan Dia.


Karakter Allah yang penuh kasih melalui Pribadi Yesus Kristus, telah menebus dosa-dosa kita.


Pertama. Diselamatkan dari Murka Allah.


“Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.” (Roma 5:9).

Apakah sungguh Tuhan itu bisa murka? Kapan terakhir kalinya kita mendengar Dia murka?


Selama ini, hanya di dalam Perjanjian Lama kita pernah membaca murka-Nya. Kita dapat melihat saat musuh bangsa Israel dihabisi-Nya, Sodom dan Gomora dihujani api dan belerang, murka Allah menyambar Uza yang mengulurkan tangannya terhadap tabut Allah, serta tiga perkara yang dihadapkan Allah pada raja Daud setelah dirinya mengatakan “..kepada Yoab dan para panglima tentara yang bersama-sama dengan dia: “Jelajahilah segenap suku Israel dari Dan sampai Bersyeba; adakanlah pendaftaran di antara rakyat, supaya aku tahu jumlah mereka.”” (2 Samuel 24:2).


Di Perjanjian Baru (PB) kita mendapati ada kisah Ananias dan Safira yang menjual sebidang tanah, tetapi mereka berdua menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Kesalahannya sangat kecil, hanya berdusta karena menahan sebagian dari hasil penjualan tanah, tetapi keduanya mati dimurkai Tuhan.


Tuhan yang terkenal Mahakudus dan begitu membenci dosa, tetapi kini Dia sepertinya sudah tidak seperti dahulu lagi. Kita merasa Dia sekarang menjadi Allah yang modern, yang memahami topik tentang hak asasi manusia, dan tidak boleh asal murka dengan sembarangan terhadap umat-Nya. Padahal firman Tuhan mengatakan,


“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibrani 13:8).

Pergeseran sifat Tuhan ini bisa jadi diakibatkan karena berjalannya waktu, yang merubah konsep kita tentang sifat Allah yang sesungguhnya.


Tuhan dan Prompt Manusia.


Bp. Tjipto mencoba untuk membuat gambar di dalam aplikasi ChatGPT dengan memasukkan prompt / instruksi atau pertanyaan yang diberikan kepada model AI (seperti ChatGPT atau model bahasa lainnya) untuk menghasilkan respons atau output yang diinginkan. Prompt ini dapat berupa teks, pertanyaan, atau deskripsi yang digunakan untuk mengarahkan AI dalam menghasilkan teks, gambar, atau konten lainnya..


“Tolong buatkan saya gambar anjing kecil yang lucu berwarna cokelat.. Lalu ditambahi dasi berwarna merah.. Lalu diberi keterangan sedang tertawa..”


Dan aplikasi tersebut menciptakan gambar sesuai dengan instruksi yang dituliskan kepadanya.


Melaluinya.. jangan-jangan selama ini kita sudah “membentuk” Tuhan hanya seperti prompt yang sudah kita buat terhadap-Nya. Mau dosa sekotor apa pun, kita lalu membuat prompt untuk membentuk Pribadi Tuhan semau kita sendiri, dan merasa bahwa Tuhan pasti tidak akan murka terhadap segala dosa yang sudah kita perbuat.


Pelayanan di Penjara.


Ketika Bp. Tjipto melayani bersama teman-temannya di dalam persekutuan doa di penjara, dirinya mendapati bahwa lebih mudah untuk menjelaskan konsep tentang dosa dan hukuman Allah kepada para narapidana / napi yang mendekam di balik jeruji penjara. Mereka sudah melakukan dosa dan kesalahan, ketahuan, dan menanggung hukumannya di penjara. Kalau kita? Tidak ada seorang pun yang tahu, apakah kita berbuat dosa dan kesalahan atau tidak.


Ada seorang napi yang bercerita,


“Pak, saya tidak membayangkan apa yang sudah saya perbuat ini bakal ketahuan dan sekarang saya harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah saya perbuat, dan saya masuk ke dalam penjara. Padahal istri saya sudah mencari banyak cara supaya saya bisa lolos dari segala hukuman yang ada, tetapi pada akhirnya tetap saja tidak bisa dan saya harus menerima hukuman atas berbagai kesalahan yang sudah saya perbuat.”


Setiap kesalahan, bila kita tidak mau bertobat dan berhenti melakukannya.. maka suatu hari nanti pasti ada hukuman yang harus ditanggung.


Tetapi kita merasa bahwa apa yang sudah kita perbuat ini adalah “dosa kecil” dan tidak mungkin mendatangkan murka Allah. Tetapi yang namanya dosa tetap adalah dosa, tidak ada yang namanya dosa besar ataupun kecil. Dan melaluinya membuat kita bertanya-tanya,


“Apakah Dia benar berubah, dan sudah tidak bisa murka lagi? Atau selama ini kita hanya sekadar memakai ayat firman Tuhan untuk mendukung pendapat pribadi kita, dan “membuat” Dia hanya sebatas dan sesuai dengan apa yang kita rasa enak untuk kita dengar dan lakukan?”


Jalan yang Benar.


Di dalam Matius 7:13-14, Tuhan Yesus memberitahu kita mengenai jalan yang benar,


“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”


Tetapi hari-hari ini kita merasa menjadi seorang kontraktor, di mana jalan yang benar dan sempit ini bisa kita lebarkan semau kita sendiri. Kita mulai berkompromi dengan banyak hal. Fokus hidup kita sudah tidak lagi mengarah pada Tuhan Yesus dan kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab, tetapi hanya sekadar berita yang menyukakan telinga..


“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3-4).


Sehingga melaluinya kita sulit memahami kebenaran ini bahwa,


“Seseorang yang kelihatannya menjalani hidup yang baik selama di dunia ini, di akhir hidupnya justru dirinya masuk ke dalam Neraka.”


Mengapa? Karena kita tidak pernah tahu apa yang ada di dalam lubuk hati mereka selama ini, dan apa saja yang sudah diperbuat, saat kita tidak melihat keseharian di dalam hidup mereka.


“Bahaya terbesar yang dihadapi setiap manusia adalah murka Allah yang adil, terhadap seorang yang berdosa.” (John Piper).

Kalau kita belum menerima murka Allah, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang sangat beruntung. Kita tidak layak, tetapi dilayakkan. Tuhan Yesus sudah menanggung semua dosa kita di atas kayu salib. Kita memang memiliki Allah yang Mahakudus dan membenci perbuatan dosa, tetapi jangan lupakan bahwa kita juga memiliki Tuhan Yesus yang mau mengampuni dosa kita.


“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” (1 Yohanes 1:9-10).

Sins Must be Punished.


Ada seorang ayah yang wataknya keras dan kurang berbijaksana dalam mendidik anaknya selama ini. Setiap kali bersalah, maka anaknya selalu disuruh duduk dan dihukum: bagian belakang pantatnya selalu dipukul berkali-kali. Akhirnya anak ini menjadi terbiasa dipukul, dan bertumbuh dengan watak keras dan pemberontak.


Akhirnya sang ayah menyadari bahwa didikannya selama ini kurang bijaksana dan sama sekali tidak membuahkan hasil apa-apa, karena membuat anaknya kini bertumbuh menjadi seorang pemberontak. Tuhan menegur cara mendidiknya, melembutkan hatinya, dan mengingatkan bahwa Yesus sendiri sudah mati di atas kayu salib untuk menebus seluruh dosa umat manusia.


Pada akhirnya ayahnya ini memanggil anaknya yang saat itu berbuat kesalahan dan berkata padanya,


“Karena ada dosa dan pemberontakan yang dilakukan manusia, maka harus ada yang menanggung hukumannya. Tuhan Yesus sudah mati di atas kayu salib untuk menanggung semua dosa dan kesalahan yang sudah kita perbuat.


Papa selama ini memiliki cara yang salah dalam mendidikmu, sering menghukum dan memukul pantatmu, dan didikan papa yang keras ini malah membuatmu jadi seorang pemberontak.


Jadi, ini adalah rotan yang biasa Papa pakai untuk memukulmu. Karena setiap kesalahan selalu ada yang harus menanggung hukumannya, Papa sekarang mau menanggung kesalahan yang sudah kamu perbuat. Kamu boleh memukul Papa sekarang, sebagai ganti kesalahanmu..”


Singkat cerita, anaknya tersentuh melihat bagaimana kasih Yesus telah melembutkan hati ayahnya yang kini menyadari, bahwa didikannya selama ini kurang bijaksana dan tidak menghasilkan buah apa-apa. Anaknya menangis, dan berubah menjadi seorang penurut.


Kita sering melihat cuplikan film seputar momen pengadilan dan penyaliban Tuhan Yesus, di hari Jumat Agung yang lalu. Pasti kita dengan mudahnya menilai adanya prajurit Romawi yang jahat dan kejam yang telah menghukum Yesus, para imam yang mengadili Yesus hanya karena rasa dengki, pengadilan yang tidak adil, dan banyak hal negatif lainnya yang pada akhirnya menurut kita, telah membuat Yesus disalib dan mati.


Tetapi sesungguhnya, Yesus tidak mati karena semua alasan itu.


Dia memberikan nyawa-Nya karena pemberontakan yang sudah kita perbuat. Karena setiap dosa kita, Dia harus mati di atas kayu salib untuk menanggungnya. Itulah sebabnya, Salib Kristus bukanlah sebuah kecelakaan tetapi rencana kasih yang sudah dirancang Allah, dan sudah direncanakan-Nya dengan detail.


Dia tahu bahwa tidak ada seorang pun yang dapat masuk ke dalam kerajaan Surga, menerima pengampunan atas dosa-dosanya, hanya dengan kekuatannya sendiri. Karena itulah Tuhan Yesus memutuskan untuk menderita dan naik ke atas Salib, menanggung semua murka Allah, agar kita semua dapat dilepaskan dari murka-Nya.


Firman Tuhan mengatakan,


“Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yohanes 10:18).


“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:4-5).


Kedua. Diperdamaikan dengan Allah.


“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:10).


Tuhan Yesus membawa kita untuk diperdamaikan dengan Allah agar kita dapat memanggil-Nya Bapa. Kita yang seharusnya menjadi musuh-Nya karena dosa-dosa kita, sekarang kita malah diangkat untuk menjadi anak-anakNya yang terkasih.


“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!“” (Roma 8:15).


Dosa tidak hanya membuat kita bersalah, tetapi membuat kita menjadi musuh Allah. Kita mengira bahwa dosa yang kita lakukan selama ini kecil dan sepele, tetapi yang namanya dosa tetaplah dosa, dan setiap kali melakukannya maka hal ini membuat jarak kita dengan-Nya malah semakin pjauh.


Untuk inilah Yesus mati. Perdamaian seharusnya datang dari kedua belah pihak yang berseteru, yakni dari Allah dan kita manusia. Tetapi bila dari pihak kita, hal ini jelaslah tidak mungkin karena kita sendiri tidak memiliki kekuatan / nilai lebih untuk dapat melakukannya. Itulah sebabnya Dia memberi kesempatan agar kita dikuatkan dan dilayakkan, dan Dia memberi kita Yesus.


Selain itu, perdamaian yang terjadi di antara kedua belah pihak pasti salah satunya harus ada yang mengalah dan mau dirugikan. Karena itulah Tuhan Yesus memberi inisiatif untuk mau mengalah dan Dia mati di atas Salib, agar kita dapat datang dan diperdamaikan dengan Bapa. Dan bagi manusia untuk dapat tetap tinggal di dalam perdamaian tersebut, kita tidak akan pernah sanggup. Tetapi di dalam kemurahan-Nya melalui momen Paskah ini, kita disanggupkan dan dilayakkan-Nya.


Perdamaian bisa terjadi apabila pihak yang dirugikan atau yang lebih berkuasa berinisiatif untuk memberikan pengampunan, dan memulai proses perdamaian. Tuhan memilih untuk memperdamaikan kita dengan Allah.


Sama halnya dengan apa yang sudah Yesus perbuat di atas kayu salib. Dirinya rela untuk disiksa dan mati karena Dia tahu melalui pengorbanan-Nya.. dapat membuat kita datang dan diperdamaikan dengan Allah. Tidak ada cara lainnya.


Hadiah Termahal tidak bisa Dibeli, hanya bisa Diberikan.


Ada seorang misionaris yang pergi untuk melayani sebuah suku di tepi pantai di India. Lalu dirinya bertemu dengan seorang warga lokal, menjalin persahabatan, dan membagikan padanya tentang kasih Yesus yang sanggup untuk menyelamatkan dirinya. Warga lokal ini berkata bahwa tidak ada keselamatan yang gratis dan yang tanpa usaha, harus ada yang diberikan dan diperjuangkan dari pihak manusia. Tetapi misionaris tersebut mengatakan bahwa keselamatan hanyalah anugerah dan pemberian Yang Mahakuasa.


Pada suatu hari, warga lokal ini mengundang misionaris tersebut untuk datang ke rumahnya, karena dirinya mau berpamitan hendak berjalan kaki dan melakukan perjalanan iman sejauh 1000 KM, menuju kota Mumbai.


Setelah sampai di rumahnya, misionaris tersebut berusaha untuk mengurungkan niat dari warga lokal ini. Mengapa? Karena melihat usianya, warga lokal ini bisa mati di tengah jalan karena kelelahan. Tetapi warga lokal tersebut bersikeras,


“Kalau aku sampai mati di tengah jalan, berarti itu adalah jalan pengorbananku. Aku mati pasti akan langsung masuk ke dalam Surga.”


Lalu warga lokal ini mengajak misionaris untuk masuk lebih dalam ke kamarnya, dan membuka sebuah kotak yang selama ini tidak pernah ditunjukkan pada siapa pun. Di dalamnya ternyata disimpan mutiara yang besar dan cantik.


Warga lokal tersebut menceritakan,


“Dahulu aku pernah memiliki seorang anak pria yang tinggi besar, dan kesukaannya menyelam. Cita-citanya adalah ingin mendapat mutiara yang besar dan cantik. Pada suatu hari saat menyelam di tengah laut, anaknya ini melihat kilauan mutiara yang besar dan sangat indah. Dirinya berusaha menyelam semakin dalam, dan mulai terasa pula tekanan arus bawah laut yang semakin kuat. Tetapi dia tetap membulatkan tekadnya untuk mendapat mutiara tersebut di kedalaman laut.


Lalu pada saat anaknya ini menyelam naik ke atas, gerakannya terlalu cepat. Sehingga mengakibatkan udara dengan segera memenuhi paru-parunya, dan meninggal karena keracunan udara.”


Karena misionaris ini sahabat baiknya warga lokal tersebut, mutiara yang indah ini ingin diberikan secara gratis sebagai kenang-kenangan.


Mendengar kisahnya, misionaris tersebut menolak mutiara tersebut karena merasa hadiah itu terlalu mahal nilainya. Tidak ada sejumlah uang di dalam dunia ini yang dapat membelinya. Tetapi bagi warga lokal tersebut, mutiara itu adalah kenang-kenangan terbaik darinya, yang dapat diberikan untuk sahabatnya yang baik.


Lalu Roh Kudus memberi hikmat pada misionaris tersebut seraya mengatakan,


“Boleh tidak kalau aku beli seharga 1000 Dollar?”


Warga lokal tersebut mengatakan,


“Nilainya jauh melebihi harga itu..”


Misionaris tersebut menaikkan harganya,


“Bagaimana kalau 2000 Dollar?”


Warga lokal tersebut melanjutkan,


“Mutiara sebesar dan secantik ini tidak akan pernah aku jual, karena nilainya sama dengan hidup dari anak yang aku sayangi..”


Lalu misionaris tersebut melanjutkan,


“Inilah yang berusaha aku jelaskan. Keselamatan itu nilainya sangat mahal, dan tidak bisa dibeli apalagi diusahakan manusia. Keselamatan tersebut tidak bisa diraih dengan berbagai perbuatan baik kita selama di dunia, ataupun dengan memberi sumbangan, apa pun bentuk dan besarnya nilainya. Keselamatan hanya bisa diberikan, karena nilai keselamatan itu semahal pengorbanan Tuhan Yesus yang mau mati untuk menebus dosa-dosa kita.”


Kalau kita sudah diselamatkan, ini adalah hadiah termahal dari Tuhan Yesus. Berkat itu memang semuanya baik adanya, tetapi keselamatan yang kita dapatkan bukan karena hasil usaha kita, tetapi semua diberikan gratis melalui pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib.


Ketiga. Dibebaskan untuk Melakukan Kebajikan.


“(Yesus) yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” (Titus 2:14).


Hidup kita tidak hanya diselamatkan dari murka Allah, dan diperdamaikan dengan-Nya sehingga kita bisa memanggil-Nya Bapa saja.. tetapi melalui pengorbanan-Nya mengingatkan bahwa perjalanan iman kita untuk menjadi berkat dan terang Kristus baru saja dimulai. Kita diselamatkan tidak hanya supaya kita bisa pergi ke gereja, lengkap dengan berbagai liturginya, tetapi hidup kita ditebus karena Dia memiliki rencana untuk kita dapat lakukan.


Demikian pula bila kita melakukan “menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Tuhan,” serta kita dapat melayani Dia, di manapun kita ditempatkan.. ini adalah sebuah kehormatan besar karena Raja di atas segala raja itu melayakkan dan memampukan kita untuk menjadi rekan kerja-Nya, agar kita juga dapat memuliakan nama-Nya.


Disembuhkan dengan Tujuan.


Sepulang dari pelayanan di Amerika, Bp. Tjipto bersama istri diajak makan bersama oleh teman kuliahnya dulu. Lalu istri dari temannya ini bercerita tentang adik perempuannya yang baru saja sekolah di Iowa, dan tiba-tiba pada suatu hari merasa sakit dan kesehatannya menurun dengan drastis. Saat dibawa ke dokter, diputuskan bahwa darahnya harus diambil untuk diadakan pemeriksaan lebih lanjut.


Kalau seorang dokter memberikan resep obat, berarti penyakitnya sudah diketahui. Tetapi bila diputuskan untuk diambil darahnya agar diadakan pemeriksaan lebih lanjut.. berarti penyakitnya masih belum diketahui. Singkat cerita setelah pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apa penyakitnya, ternyata ditemukan ada Leukimia akut dan dokter memperkirakan hidupnya hanya tersisa 3 bulan saja.


Padahal perempuan ini baru saja memutuskan untuk menyerahkan hidupnya pada Tuhan, dan dirinya telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Setelah divonis penyakit tersebut, pacarnya malah memutuskan untuk meninggalkannya dan pindah ke kota lainnya.


Kalau memakai istilah sekarang,


“Sudah jatuh tertimpa tangga, lalu digigit seekor anjing, dan anjingnya terkena rabies.”


Lalu dokter menyuruh agar seluruh keluarganya dilakukan pemeriksaan, untuk dilakukan cangkok sum-sum / transplantasi sumsum tulang belakang yang merupakan prosedur medis untuk mengganti sumsum tulang yang rusak pada tulang belakang akibat penyakit, infeksi, atau kemoterapi.


Tetapi setelah hasilnya keluar, ternyata tidak ada seorangpun yang cocok. Satu-satunya jalan hanyalah dilakukan kemoterapi, dan proses inipun dokter tidak bisa memberikan jaminan terjadi kesembuhan, buat perempuan tersebut.


Nahasnya pada saat dokter menuliskan resep, karena terburu-buru dosisnya kebanyakan menulis angka 0. Alhasil setelah obat tersebut diberikan, perempuan tersebut malah langsung kolaps.


Karena perempuan ini kolaps, dokternya menjadi panik dan selalu berjaga di sampingnya. Dia tidak berani meninggalkan karena takut dituntut, yang berujung pada kehilangan izin praktiknya sebagai dokter, dan membayar denda yang sangat besae. Saat ditunggui, sehari dua hari masih aman keadaannya. Bahkan sempat membaik. Perempuan ini mulai sadar, dan semua tanda fisiknya membaik.


Dokter ini sempat memberikan vonis, kalau misal sampai sembuh total maka perempuan ini tidak akan dapat memiliki seorang anak, karena kandungannya sudah terbakar habis akibat proses kemoterapi. Tetapi puji Tuhan, mukjizat-Nya terjadi, dan ada kesembuhan total bagi perempuan ini.


Setelah pemeriksaan lebih lanjut, sel kankernya habis bersih. Bisa jadi mungkin karena dosis obat yang diberikan terlalu kuat, tetapi perempuan ini bisa sehat dan kembali pulih. Setelah selesai proses perawatan, banyak temannya yang mendukung untuk memberikan plasma darah.


Seiring berjalannya waktu, perempuan ini pada akhirnya menikah dengan seorang teman yang menemaninya pada saat dia kolaps di rumah sakit. Dan oleh kemurahan Tuhan, dirinya dapat hamil dan melahirkan dua orang anak yang sehat dan pintar. Tahun ini dirinya sedang menantikan kelahiran cucu pertamanya. Puji Tuhan!


Tuhan menyembuhkan karena Dia memiliki rencana, di mana perempuan ini juga dapat menguatkan sesama yang sedang terkena kanker, di dalam rumah sakit tersebut. Semua masih ada tujuan-Nya, ketika Dia mengizinkan sesuatu terjadi di dalam hidup kita. Dia adalah Tuhan yang pasti memiliki rencana di dalam hidup kita. Karena itu jangan berhenti hanya di tahap kita diselamatkan dan diperdamaikan saja tetapi rindukan,


“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:13-16).


Sudah Selesai. Tetelestai.

“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai, (tetelestai).” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yohanes 19:30).


Bukankah kita selama ini sudah mengalami mukjizat yang terbesar? Kita yang seharusnya dihukum dan mati karena dosa-dosa kita, kita malah diampuni dan diperdamaikan, serta diangkat menjadi anak-anakNya. Karena itu gunakan waktu dan kesempatan yang sudah diberikan dalam hidup kita dengan semaksimal mungkin, untuk melayani-Nya dan memuliakan nama-Nya. Amin!


Dari berbagai sumber tetelestai memiliki arti,


Mengakhiri, melengkapi, mencapai.


Ini adalah kata yang penting karena menandakan akhir yang sukses, dari tindakan tertentu.


Kata tetelestai juga ada dalam bentuk perfect tense di dalam bahasa Yunani. Hal ini penting karena perfect tense berbicara tentang suatu tindakan yang telah selesai di masa lalu, dengan hasil yang berlanjut hingga saat ini. Ini berbeda dari bentuk lampau yang melihat kembali ke suatu peristiwa dan mengatakan, “Ini telah terjadi.” Perfect tense menambah gagasan bahwa “Ini telah terjadi, dan masih berlaku hingga sekarang.”


Ketika Yesus berseru, “Sudah selesai,” maka maksud Diri-Nya pada saat itu adalah,


“Sudah selesai di masa lalu, masih selesai di masa sekarang, dan akan tetap selesai di masa depan.”


Kata ini juga memiliki arti yang sama seperti stempel yang menunjukkan bukti sudah lunas, saat kita hendak membeli sesuatu. Kata ini memiliki arti yang sama seperti stempel yang kita dapatkan pada saat kita keluar dari penjara, setelah kita menjalani hukuman dengan penuh dan tuntas.


Karena itulah Paskah berbicara tentang hukuman yang seharusnya kita tanggung, tetapi hukuman ini sudah di-stempel lunas, karena sudah ditanggung tuntas oleh Tuhan Yesus, dari atas Salib-Nya.


Ketika Dia mengatakan “Sudah Selesai,” hal ini menandakan bahwa misi-Nya benar-benar sudah selesai. Semua pergumulan kita, termasuk sakit penyakit kita sudah ditanggung-Nya.


Paskah kembali mengingatkan bahwa kita adalah orang-orang yang sangat beruntung. Seharusnya kita menerima murka Allah, tetapi kita dibebaskan dari murka-Nya. Seharusnya kita menjadi musuh Allah, tetapi kini kita malah diangkat menjadi anak-anakNya, dan diterima dalam keluarga rohani.


Karena itu, pergunakanlah usia yang diberikan Tuhan dengan bijaksana dan layanilah Dia dengan lebih sungguh lagi. Firman-Nya berkata,


“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12).

Tuhan Yesus sudah melakukan semuanya bagi kita. Sesungguhnya, Yesus itu cukup bagi kita.


Christ is enough for me. Christ is enough for me. Everything I need is in You. Everything I need..

Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Comentarios


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page