Ohal Fointuna - Joy of Serving
- mdcsbysystem
- 5 Jun
- 9 menit membaca
Catatan Khotbah: āJoy of Serving.ā Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Ohal Fointuna (MDC Banjarmasin), di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl.Ā 18Ā MeiĀ 2025.
Hari-hari ini kita sedang hidup di dalam zaman di mana setiap orang ingin untuk dilayani, bahkan dirinya ingin untuk diprioritaskan dan juga diistimewakan. Bahkan,
āBanyak orang mengharapkan pelayanan yang baik, tetapi hanya sedikit orang yang bersedia untuk memberikannya.ā (Robert Gately).
Seharusnya di dalam hidup ini kita dapat memberikan sesuatu di hidup orang lain berupa doa dan perhatian, serta kata-kata semangat agar keadaan seseorang yang sebelumnya terpuruk, dapat berubah dan dirinya kini mau untuk bangkit kembali serta memiliki pengharapan. Karena adanya kehadiran kita yang selalu dimampukan kasih karunia-Nya.. seseorang yang merasa rendah diri dan tidak lagi memiliki pengharapan, kini menyadari bahwa Tuhan itu masih memiliki tujuan yang harus diselesaikan, di dalam hidupnya.
Socrates pernah mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang senang menjadi pelayan / yang melayani karena yang dilakukannya senantiasa tertuju pada kepentingan orang lain. Banyak orang hanya ingin menjadi terpandang dan terhormat, tetapi sangat jarang ada yang mau melayani.
Pada suatu hari Pdt. Ohal membuat survei kecil-kecilan di Ibadah Anak yang diadakan di Gereja MDC Banjarmasin. Ketika ditanya apakah ada dari anak-anak tersebut yang pada saat besar nanti ingin menjadi seorang Pendeta dan mau melayani di gereja, ternyata kebanyakan dari mereka justru ingin menjadi seorang dokter dan pengusaha.
Memang tidaklah mudah untuk mengajak seseorang melayani dengan sukacita, karena banyak orang cenderung lebih suka untuk hidupnya dilayani daripada melayani sesamanya.
Keadaan jemaat Makedonia yang ditulis di dalam 2 Korintus 8:1-5 sedang tidak baik-baik saja. Tetapi di tengah kondisi seperti itu, kita dapat belajar bagaimana sikap dan respon hati mereka dalam menghadapi semua tantangan tersebut. Sekalipun situasi dan kondisinya tidak enak, mereka tidak membiarkan semuanya itu mencuri damai dan sukacita yang ada di dalam hati mereka.
Pertama. Bisa Melayani adalah Kasih Karunia.
āSaudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.ā (2 Korintus 8:1).
Banyak yang lebih pintar, memiliki banyak keahlian, bahkan memiliki penguasaan bahasa yang lebih dari yang kita miliki. Tetapi tidak semua dari antara mereka mendapat kesempatan untuk bisa melayani Tuhan. Bila kita dipakai Tuhan untuk dapat melayani-Nya, maka semua ini hanyalah anugerah-Nya saja yang memampukan, sehingga kita bisa melayani-Nya dengan sukacita.
Memang, kita tetap perlu untuk terus belajar dan memperlengkapi diri.. tetapi lebih dari itu semua bila kita dapat menyadari kalau kita dapat melayani Tuhan dan mengalami banyak kebaikan-Nya, apa yang kita alami adalah semata-mata anugerah dari-Nya.. maka kita akan menjadi semakin rendah hati dan tersungkur di hadapan-Nya.
Pdt. Ohal bercerita di Gereja MDC Banjarmasin yang digembalakannya, banyak jemaat yang berprofesi sebagai pengusaha dan dokter yang mau turun tangan untuk menjadi volunter sebagai tukang parkir dan merapikan kendaraan jemaat. Bahkan tidak sedikit dari antara mereka yang sampai mau basah kuyup hanya untuk memayungi jemaat yang datang, saat kondisinya hujan deras.
Mereka menyadari bahwa mereka telah menerima anugerah Allah yang besar di dalam hidup mereka, dan anugerah yang sudah mereka terima itu tidaklah sebanding dengan apa yang sedang mereka lakukan di dalam dunia pelayanan.
Karena itu lakukanlah setiap pelayanan dan apa yang Tuhan sudah percayakan di dalam hidup kita dengan sepenuh hati dan juga sukacita, karena yang menjadi dasarnya adalah bukan menjadi beban tetapi karena ada anugerah Allah yang sudah kita terima selama ini, di dalam kehidupan.
Kedua. Tidak Terpengaruh Situasi dan Kondisi.
āSelagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.ā (2 Korintus 8:2).
Adakah hari-hari ini kita sedang bergumul dan penuh pencobaan berat? Kita dapat belajar dari jemaat di Makedonia yang sekalipun dalam keadaan begitu susah, mereka tidak membiarkan situasi dan kondisi yang ada men-dikte keputusan mereka untuk tetap setia melayani Tuhan.
Selain itu juga dikatakan bahwa keadaan mereka sangat miskin, namun mereka ini kaya di dalam kemurahan. Sekalipun jemaat Makedonia sangat miskin, tetapi keadaan tersebut tidak mempengaruhi sikap mereka untuk tetap melayani Tuhan dengan penuh sukacita.
Hari-hari ini kita menjumpai banyak orang yang keadaannya masih baik-baik saja, namun mereka justru enggan untuk melayani. Bahkan tidak sedikit dari antara mereka yang mengatakan untuk menunggu keadaannya berubah menjadi baik terlebih dahulu, baru mereka mau melayani Tuhan.
Tetapi yang dikuatirkan adalah pada saat keadaan sudah membaik, kita malah tidak memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan. Bisa jadi kita akan disibukkan dengan berbagai berkat-Nya, sehingga kita tidak lagi mau menyediakan waktu untuk melayani-Nya, di dalam gereja-Nya.
Pada suatu hari Ibu Kristin, istri dari Pdt. Ohal mendapat kesempatan untuk mengunjungi seorang jemaat yang memiliki tiga orang anak, yang ketiganya lahir dengan keadaan down syndrome. Suaminya pergi meninggalkan dirinya sendirian mengurus tiga orang anaknya, karena tidak kuat menanggung beban penderitaan tersebut.
Saat Ibu Kristin masuk ke dalam rumah, ibu ini meminta izin sebentar untuk pergi keluar membeli sesuatu. Pada saat kembali, ibu ini sudah membawa susu satu liter untuk diberikan pada Ibu Kristin. Padahal saat itu kondisi perekonomiannya masih membutuhkan banyak biaya untuk hidup.
Melalui cerita ibu tersebut kita dapat belajar sekalipun keadaannya tidak mudah, ibu ini tetap mau melayani Tuhan dengan memberi yang terbaik bagi Ibu Kristin. Ibu tersebut tidak membiarkan keadaan yang dialaminya, men-dikte keputusan apa yang harus diambil di dalam hidupnya.
Tak jarang seseorang itu memiliki banyak sekali alasan. Memang hari-hari ini keadaan sedang tidak mudah, dan hampir sebagian besar orang terkena dampaknya. Tetapi yang menjadi pertanyaan sesungguhnya adalah,
āApakah kita akan membiarkan semua keadaan tersebut mempengaruhi sikap kita, untuk tetap setia di dalam mengiring dan melayani Tuhan?ā
Kita dapat melayani Tuhan karena ada anugerah-Nya yang memampukan hidup kita. Biarlah anugerah-Nya itu yang terus menguatkan setiap kita untuk tetap melayani-Nya dengan penuh sukacita, tidak terpengaruh dengan situasi dan kondisi yang ada di sekitar, dan tetap setia hingga di garis akhir kehidupan sampai Tuhan mengatakan,
āBaik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.ā (Matius 25:21).
Ketiga. Sukacita yang Meluap.
āSelagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.ā (2 Korintus 8:2).
Sukacita Sejati datangnya bukan dari luar hidup kita, tetapi merupakan buah dan pekerjaan Roh Kudus yang terus bekerja di dalam diri kita. Seseorang yang di dalam hidupnya memiliki Roh Kudus, maka dirinya akan dipenuhi sukacita dan tetap setia melayani, sekalipun bisa jadi pada saat itu dirinya diizinkan menghadapi berbagai pergumulan dan tantangan kehidupan.
Jemaat di Makedonia telah dicobai dengan sangat berat, namun mereka tidak mengizinkan semua pencobaan tersebut merampas damai dan sukacita yang ada di dalam hidup mereka. Di ayat di atas malah dikatakan sukacita mereka meluap, dengan kata lain, meluber sampai tumpah ke luar.
Bisa jadi hidup kita tidak sampai diizinkan mengalami pencobaan yang begitu berat, sama seperti yang dialami oleh jemaat di Makedonia. Tetapi bila mau jujur, berapa banyak dari antara kita yang selama ini masih mengalami kesulitan untuk hidup di dalam sukacita?
Setiap orang hidup pasti memiliki masalahnya tersendiri, tetapi putuskan untuk tetap menjaga damai dan sukacita di dalam hati. Tetaplah setia di dalam mengiring dan melayani Tuhan. Kalau ada seseorang yang sukacitanya meluap, maka pasti akan tertular di keadaan sekitarnya. Tetapi kalau ada seseorang yang suka menggerutu dan suram, maka bisa menulari keadaan di sekitarnya juga.
Di MDC Banjarmasin, Pdt. Ohal dan jemaat yang digembalakannya memiliki jadwal rutin untuk melakukan pelayanan di dalam penjara. Baru-baru ini mereka menjumpai ada sepasang suami dan istri yang ditangkap di hari yang sama, tetapi istrinya kini berada di penjara di Banjarbaru, karena di Banjarmasin hanya untuk diisi kaum pria.
Permasalahan bermula ketika ada paket yang nyasar ke alamat rumah mereka, dan pada saat kurir mau mengetuk pintu rumah, pihak kepolisian sudah mengintai dan siap untuk menggerebek pasangan suami dan istri ini. Di persidangan keduanya sama-sama membantah atas kepemilikan barang terlarang tersebut, tetapi karena kurangnya bukti, mereka pada akhirnya dijebloskan di dalam penjara. Dari hukuman semula yang divonis seumur hidup, karena berbagai pertimbangan, dikurangi menjadi dua belas tahun.
Tiga tahun pertama di dalam penjara dilalui dengan penuh amarah dan ingin membalas dendam. Tetapi di tahun keempat, keduanya berjumpa dengan Tuhan Yesus, hati mereka dilembutkan dan dipenuhi kasih-Nya. Setelah mereka keluar dari penjara, mereka beribadah di Gereja MDC Banjarmasin, menyelesaikan pelajaran Dasar Kekristenan (DK) dan Hidup Berjemaat (HB), dan memutuskan untuk melayani Tuhan.
Keduanya bersaksi ketika bisnis mereka sedang berada di atas puncak, mereka menjadi supplier / pemasok barang di banyak tempat. Tetapi ketika mereka mendapat pencobaan ini, semua aset dijual habis. Sekarang mereka hanya memiliki rumah yang sangat sederhana, bahkan ruangan di dalamnya banyak yang kotor dan berantakan.
Lebih lanjut mereka juga bersaksi ketika sedang di atas puncak, setiap ada pertengkaran selalu berakhir dengan berlibur, tetapi tetap tidak ada sukacita di dalam keluarga mereka. Hari ini mereka diizinkan kehilangan segalanya, tetapi mereka mendapatkan sukacita dari Tuhan. Mereka mengadakan mazbah keluarga di setiap harinya, sekalipun masih ada permasalahan yang harus dihadapi di dalam kehidupan.. kini mereka melaluinya tidak harus dengan berteriak sampai seluruh tetangga di sekitarnya mendengar.
Mereka kini dapat menghadirkan Pribadi Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari, dan orang-orang di sekitarnya dapat merasakan perubahannya.
Inilah sukacita sejati yang dikerjakan Roh Kudus, di dalam hati dan hidup anak-anakNya.
Keempat. Total ā All out.
āAku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.ā (2 Korintus 8:3).
Sering kali kita ini suka hitung-hitungan sama Tuhan. Tetapi dari keteladanan hidup yang sudah diberikan oleh jemaat di Makedonia, kita dapat belajar bahwa di dalam keadaan mereka yang berat sekalipun, mereka mau untuk memberi total dan bahkan melampaui kemampuan mereka.
Dari penyerahan total tersebut, mengalir kekuatan Ilahi, sukacita sejati, dan kemurahan hati yang tak terbendung. Roh Kudus yang memenuhi dan memampukan hidup mereka, dan dari sinilah Roh Kudus menghidupkan pelayanan mereka serta menjadi dampak bagi banyak orang.
Kelima. Dengan Rela dan Tidak Mau Kehilangan Kesempatan.
āDengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.ā (2 Korintus 8:4).
Banyak orang mendapatkan kesempatan untuk melayani Tuhan, tetapi mereka justru mengabaikan dan melewatkannya begitu saja. Tetapi kita dapat belajar dari jemaat di Makedonia, justru mereka yang aktif mencari dan setelah mendapatkan, mereka tidak mau melepas kesempatan tersebut.
Kisah ibu dengan tiga anaknya yang mengalami down syndrome di atas tidak berhenti hanya sampai di tahap ibu tersebut memberikan susu satu liter pada Ibu Kristin. Lebih lanjut ibu ini menceritakan pada Ibu Kristin bahwa dirinya memiliki kerinduan untuk dapat melayani Tuhan. Padahal bila kita menilai secara kekuatan manusia, kita berpikir pasti energinya selama ini sudah terkuras habis untuk mengurus tiga orang anaknya.
Ketika Ibu Kristin menawarkan apakah mau melayani Tuhan di bagian membersihkan gedung gereja setelah ibadah tersebut selesai diadakan.. ibu ini segera mengambil kesempatan tersebut dan tidak menyia-nyiakannya. Di tengah mengurus dan mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan juga tiga orang anaknya, ibu ini mau melayani Tuhan dan membersihkan gedung gereja.
Ini adalah nilai dan semangat yang sama, seperti yang dimiliki jemaat di Makedonia. Sekalipun kondisi yang mereka hadapi penuh dengan kesulitan, tetapi dengan kerelaan sendiri mereka mau untuk mengambil bagian di dalam pelayanan pada orang-orang kudus-Nya, dan tidak mau kehilangan kesempatan tersebut.
Keenam. Memberi Lebih Dari Ekspektasi.
āMereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan.ā (2 Korintus 8:5a).
Kalau hidup seseorang itu sudah dipenuhi dengan Roh Kudus, mengalami sukacita dari Tuhan sehingga dapat menikmati anugerah-Nya.. maka dirinya akan memiliki kerinduan untuk dapat āmemberikan lebihā dari keadaannya.
Di Gereja MDC Banjarmasin, ada jemaat yang memohon dukungan doa pada Pdt. Ohal agar dapat memenangkan tender / proses penawaran untuk mendapatkan suatu proyek atau kontrak, biasanya dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk memilih penyedia barang atau jasa terbaik.
Tetapi setelah didoakan, lalu kemudian jemaat ini tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi. Entah sudah memenangkan tender ataupun belum, tidak ada seorang pun yang tahu.
Melalui kisahnya, jangan sampai kita ini menjadi seseorang yang sudah berjanji pada Tuhan tetapi kemudian melupakan perjanjian tersebut. Atau kalau memang kita tidak berhasil memenangkan tender tersebut, tetaplah setia di dalam mengiring dan melayani Tuhan. Karena Dia pasti memiliki rencana yang jauh lebih baik, dari semua rencana terbaik yang sudah kita miliki selama ini.
Ketujuh. Penyerahan Diri Total.
āMereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.ā (2 Korintus 8:5b).
Penyerahan diri total ini mencakup tubuh, hidup, waktu, dan harta kita. Karena itu, jangan menjalani kehidupan ini hanya sekadar untuk pencitraan dan ingin mendapatkan pujian dari orang lain.
Mengapa?
Karena Tuhan Yesus sendiri sudah membayar lunas hidup kita di atas kayu salib-Nya. Tidak secara kredit dan menyicil, tetapi secara cash / lunas dengan darah-Nya yang mahal, dengan seluruh hidup dan waktu yang sudah diberikan-Nya bagi kita semua.
Jemaat di Makedonia tahu mengenai pengorbanan yang sudah diberikan Tuhan Yesus bagi hidup mereka, dan mereka mau untuk meresponi serta mempersembahkan hidup mereka seutuhnya kepada Tuhan. Dan dampaknya, kita semua bisa mendapatkan banyak mutiara dan pelajaran berharga melalui keteladanan hidup mereka.
āKetika kita menemukan kepuasan penuh di dalam Allah, maka secara alami kita akan memiliki kerinduan untuk dapat membagikan sukacita tersebut kepada orang lain, melalui pelayanan.ā (John Piper).
Apakah kita selama ini kita sudah puas karena Allah dan hadirat-Nya? Kalau belum, maka jangan sampai kita mencarinya di tempat yang salah karena hidup kita tidak akan pernah dipuaskan. Tetapi orang-orang yang sudah dipuaskan Allah dan juga hadirat-Nya, keberadaan dirinya akan selalu dimampukan untuk dapat menjadi berkat dan membawa sukacita di dalam kehidupan orang lain.
Sukacita seperti ini tidak dapat dibuat-buat. Ini adalah buah dari kehidupan yang sudah dipenuhi dan dipuaskan oleh kasih Kristus. Ketika Dia menjadi pusat di dalam kehidupan kita, maka pelayanan tidak lagi menjadi sekadar tugas, beban, dan rutinitas melainkan ungkapan syukur dan kerinduan di dalam hati kita untuk dapat membagikan kasih-Nya, kepada sesama yang membutuhkan pertolongan-Nya.
Kiranya Tuhan selalu memberkati dan menolong, dan memenuhi hidup kita dengan anugerah dan sukacita pada saat kita melayani-Nya.
Marilah kita belajar dari kehidupan jemaat di Makedonia. Jangan menunggu hidup kita sampai menjadi sempurna dulu baru kita mau melayani, karena yang namanya hidup adalah proses berkelanjutan untuk dapat menjadi serupa seperti Kristus. Jangan pernah lewatkan anugerah dan kesempatan dari Tuhan untuk melayani-Nya.
Situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar boleh saja tidak mengenakkan diri kita, tetapi pada saat kita menyadari akan anugerah-Nya yang berlimpah di dalam hidup, maka kita tidak akan pernah membiarkan hidup kita ini dikacaukan oleh musuh dengan begitu mudahnya. Kita tidak akan mau kehilangan damai dan sukacita dari-Nya. Kita akan tetap menjadi berkat dan terus berbuah, di setiap musim kehidupan yang ada di hidup kita.
Ketika kita bersungguh hati untuk menyerahkan hati dan hidup kita kepada Allah, maka kita akan menemukan sukacita sejati di dalam melayani.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..




Komentar