Agus Lianto - The Fear of the Lord
- mdcsbysystem
- 19 Mei
- 16 menit membaca
Catatan Khotbah: āThe Fear of the Lord.ā Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 4 Mei 2025.
Hari-hari ini kita mendapati bahwa the Fear of the Lord / takut akan Tuhan itu sudah lenyap di dalam hidup gereja-Nya, dan kita menyembah ātuhan yang lainā yang kita ciptakan hanya sesuai dengan gambaran dan keinginan kita sendiri.
Di dalam Gereja MDC, tema dua bulan ini memang kita membahas tentang kasih-Nya, sama seperti lagu yang liriknya mengatakan bahwa Tuhan akan mencukupkan segala kebutuhan kita, dan Dia adalah Bapa yang setia, serta penuh dengan kasih.
Tetapi selama ini Tuhan hanya digambarkan dari satu sisi saja yakni Tuhan yang penuh kasih, Penyedia yang selalu membelai dan memelihara hidup kita, yang mati menebus dosa dan bangkit mengalahkan kuasa maut, serta Dia yang sudah melakukan segala sesuatu bagi hidup kita. Memang semua yang digambarkan itu tidaklah salah, tetapi ada yang hilang dari ini semua. Bahkan melalui kesempatan ini, Iblis juga memanfaatkan di mana banyak dari antara kita sudah tidak lagi memiliki sikap takut akan Tuhan, di hidup kita.
Kalau kita mengatakan bahwa kita ini mengasihi Tuhan, maka adalah hal yang tidak mungkin bila kita sendiri tidak mengenal Pribadi yang kita kasihi. Semua penggambaran Tuhan di atas tidaklah lengkap jika mengabaikan kenyataan bahwa Dia juga adalah Tuhan yang Mahakudus dan Mahaadil, serta Dia masih dapat murka atas berbagai dosa yang telah dilakukan umat manusia.
Kata ātakut akan Tuhanā sendiri di dalam bahasa aslinya yakni bahasa Ibrani, mengandung pengertian seperti memakai kata teror dan sesuatu yang mengerikan. Tetapi hari-hari ini, Tuhan itu sudah dianggap tidak bisa murka lagi.
Padahal kalau kita semakin mengasihi seseorang, maka semakin besar pula kesempatannya perasaan kita ini bisa dilukai oleh orang tersebut. Semakin kita mengasihi tanpa syarat, maka semakin besar pula kita dapat dibuat sakit hati, kalau mereka pada suatu hari melanggar nilai-nilai yang kita miliki. Dan mereka juga tahu apa nilai-nilai kita.
Selama ini Tuhan telah mengasihi setiap kita, tetapi bukan berarti Dia sudah tidak bisa murka lagi. Selama ini kita merasa bahwa murka-Nya sudah ādijinakkanā dengan adanya salib Kristus, sehingga Dia tidak bisa marah dan pekerjaan-Nya sekarang hanyalah memberkati, menyembuhkan, dan menolong kita saja. Pendapat seperti ini sama saja dengan kita menyembah tuhan yang lain.
Ada sebuah video yang mempertunjukkan tentang percakapan yang dilakukan oleh beberapa orang. Di dalam video tersebut menunjukkan ada seseorang yang dengan jelas melakukan tindakan amoral, tetapi dirinya tetap bersikukuh bahwa apa yang dilakukan itu tidaklah salah dan dirinya selama ini telah menyukakan hati Tuhan.
Bahkan dirinya lebih lanjut mengaku sudah dibaptis, selama ini hubungannya karib dengan Tuhan, bahkan ironisnya, berbagai tindakan amoral yang sudah dilakukannya itu malah dianggap sebagai berkat Tuhan yang melimpah bagi dirinya. Dia merasa Tuhan itu bisa menerima dan memahami apa yang sudah dilakukannya.
Pertanyaannya di sini, apa yang salah?
Bisa jadi gereja Tuhan itu besar / megachurch, banyak orang sudah dibaptis dan di setiap ibadahnya banyak yang mengalami jamahan dari Tuhan. Tetapi yang kita tidak tahu, bisa jadi mereka hanya melakukannya di hari Minggu, di hari lainnya mereka bertindak semaunya sendiri.
Takut akan Tuhan hanya dianggap sebatas pilihan yang bisa diambil sesuka hatinya, padahal sikap ini adalah dasar dari kehidupan Kekristenan dan bukan sebuah pilihan. Tanpa takut akan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanyalah sekadar ritual kosong dan hampa, Kekristenan justru dengan mudahnya dapat terseret di dalam,
āSebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.ā (1 Yohanes 2:16-17).
āMaka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.ā (Ulangan 10:12-13).
Tanpa adanya sikap takut akan Tuhan, kita hanya menyembah diri kita sendiri. Kalau kita sudah berbuat salah, seharusnya kita ini mengalami struggle / pergumulan di dalam hati.
Tetapi alih-alih merasa kita sudah berbuat dosa, harus berbalik kepada-Nya dengan segenap hati, dan meninggalkan semua perbuatan dosa tersebut.. kita justru merasa nyaman dengan semua dosa yang sedang kita lakukan karena kita masih rajin berdoa, sudah dibaptis, dan masih mengalami anugerah Tuhan di dalam hidup. Kita merasa tidak ada yang salah dengan dosa yang selama ini kita lakukan.
Advertisement
Bisa saja kita masih merasakan kasih dan anugerah Tuhan, tetapi di waktu yang sama, kita tidak mau meninggalkan perbuatan dosa yang menyakitkan hati Tuhan. Ada sesuatu yang hilang dalam hidup anak Tuhan, hari-hari ini..
Hal yang Terutama.
āAkhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.ā (Pengkhotbah 12:13-14).
Kitab Pengkhotbah ditulis oleh Raja Salomo, seseorang yang dianggap paling berhasil di dalam dunia ini. Aset tak bergeraknya bila dikurskan dengan mata uang zaman sekarang kira-kira mencapai 60 Triliun Dollar. Raja ini dianggap paling kaya dan berhikmat, serta bisa meraih segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini.
Tetapi sekalipun hartanya sangat banyak, di dalam hatinya Salomo mengalami kekosongan dan kehampaan. Di dalam hikmatnya, Salomo menemukan bahwa yang terpenting di dalam hidup ini haruslah ada takut akan Tuhan dan tetap berpegang pada setiap perintah-Nya.
Kalau kita memiliki kekayaan, tetapi kehilangan sikap takut akan Tuhan maka lama-kelamaan kita akan merasa capai dan akhirnya jatuh bangun di dalam apa yang namanya keinginan daging, keinginan mata, serta keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16-17). Kita tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena merasa kita sudah bisa mendapatkan segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini.
Semua terasa hampa, sehingga yang dapat kita lakukan sekarang hanyalah mengisi lubang tak berdasar di dalam hati kita dengan berbagai kemewahan yang ada di dalam dunia.
Mengasihi Tuhan adalah bagian tak terpisahkan dari sikap takut akan Tuhan.
āMaka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.ā (Ulangan 10:12-13).
Tanpa adanya sikap takut akan Tuhan, Kekristenan menjadi agama yang mati dan memuakkan di hadapan-Nya.
āUntuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?ā firman TUHAN; āAku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Marilah, baiklah kita berperkara! firman TUHAN Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.ā Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.ā (Yesaya 1:10-20).
Kalau kita mengasihi seseorang, maka kita akan berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan agar jangan sampai kita melukai perasaannya.
Demikian pula dengan apa yang kita lakukan kepada Tuhan. Hormatilah Dia. Kita ke gereja bukan hanya sekadar kita adalah orang Kristen. Kita tidak mungkin mengasihi pribadi yang tidak kita kenal, maka demikian hal yang sama, kalau kita mengatakan bahwa kita ini mengasihi Tuhan maka kita berusaha untuk mengenal-Nya lebih dalam. Kita tidak akan mau menyakiti perasaan dan berbuat seenaknya sendiri terhadap Dia.
Ibadah yang kita lakukan juga bukan hanya sekadar datang ke tempat ibadah, bernyanyi dan berdoa, mendengar firman Tuhan, memberi persembahan, lalu pulang. Tanpa takut akan Tuhan, Kekristenan sama sekali tidak ada artinya, bahkan kita akan mengalami apa yang namanya kematian rohani. Tanpa adanya sikap takut akan Tuhan, maka Kekristenan akan menjadi agama yang mati dan memuakkan di hadapan-Nya.
Tetapi bila sikap takut akan Tuhan ini ada di dalam hidup kita, maka kita tidak akan takut dalam menghadapi tantangan kehidupan apa pun, yang diizinkan terjadi di musim kehidupan kita.
Takut akan Tuhan menempatkan kita pada posisi yang pas di hadapan Dia, dan kita mendapat apa yang Tuhan sudah janjikan karena kita mengenal siapa Diri-Nya, dan juga membaca janji-janjiNya di dalam kebenaran firman Tuhan / Alkitab.
Allah yang Menakutkan.
āGunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya. Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.ā (Nahum 1:5-6).
Jangan pernah memiliki pikiran bahwa Tuhan itu sudah tidak bisa murka lagi. Sebelum adanya momen Salib Kristus, di dalam Perjanjian Lama (PL) ada cerita Uza yang tersambar murka Tuhan (2 Samuel 6:4-8). Di dalam Perjanjian Baru (PB) ada kisah Ananias dan Safira yang berdusta karena menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Mereka pada akhirnya meninggal dunia, karena dikatakan mereka telah mencobai dan mendustai Allah (Kisah Rasul 5:1-11).
Kalau di dalam PL kita menganggap bahwa sosok Bapa itu benar-benar menakutkan, tetapi di dalam PL Dia masih belum mengorbankan Putra tunggal-Nya. Di dalam PB dan di masa sekarang, kita mendapati bahwa Dia sudah,
āKarena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.ā (Yohanes 3:16).
Pertanyaannya sekarang,
āKalau kita masih hidup dengan sembarangan, jatuh bangun di dalam dosa dan tidak mau berbalik kepada-Nya dengan bersungguh hati, padahal kita sudah tahu bahwa Yesus telah mati menebus dosa-dosa kita dan bangkit dari kematian mengalahkan kuasa maut.. maka lebih murka yang mana? Tuhan di dalam PL? Atau di PB dan sekarang?
Pastinya Tuhan lebih murka di masa PB dan sekarang, karena Dia sudah menyerahkan Yesus untuk penebusan dosa-dosa kita, tetapi kita malah tidak menghargai-Nya, terus menolak-Nya, dan terus menyakiti Dia dengan perkataan dan perbuatan kita yang terus melawan-Nya.ā
Allah yang tak terbandingkan.
āSiapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?
Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran. Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja.
Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia? Patungkah? Tukang besi menuangnya, dan pandai emas melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya. Orang yang mendirikan arca, memilih kayu yang tidak lekas busuk, mencari tukang yang ahli untuk menegakkan patung yang tidak lekas goyang.
Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan? Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman! Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja! Baru saja mereka ditanam, baru saja mereka ditaburkan, baru saja cangkok mereka berakar di dalam tanah, sudah juga Ia meniup kepada mereka, sehingga mereka kering dan diterbangkan oleh badai seperti jerami.
Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus. Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.ā (Yesaya 40:12-26).
Kita telah membaca kedahsyatan Tuhan yang kita sembah selama ini di ayat di atas. Tetapi menarik di ayat 27 Tuhan mengatakan,
Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: āHidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?ā
Salah satu hal yang bisa jadi selama ini membuat kita kehilangan sikap takut akan Tuhan adalah kalau kita tidak bisa melihat Tuhan, maka kita merasa bahwa Dia juga tidak bisa melihat diri kita. Karena kita merasa diri kita tersembunyi di hadapan Tuhan dan Dia tidak dapat melihat kita, maka kita merasa tidak perlu lagi untuk memiliki sikap takut akan Tuhan š¢
Pribadi yang harus ditakuti.
āTetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar.ā (Yesaya 8:13).
āDan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.ā (Matius 10:28).
Semua manusia yang berjumpa dengan-Nya sangat ketakutan.
Bahkan Rasul Yohanes yang dekat dan bisa jadi terbiasa bersandar dekat pada-Nya (Yohanes 13:23) tersungkur ketakutan saat melihat rupa-Nya yang sesungguhnya di dalam kemuliaan-Nya.
āKetika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: āJangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.ā (Wahyu 1:17-18).
Inilah yang harus kita sadari. Takut akan Tuhan seharusnya lahir dari kesadaran kita akan kekudusan-Nya, dan hal ini adalah awal mula dari relasi yang benar dan utuh terhadap-Nya. Alkitab juga dengan jelas menunjukkan pada kita bahwa Dia adalah Allah yang tidak dapat dipermainkan dengan seenak kita sendiri.
Mungkin tidak sedikit dari antara kita yang berpikir bila Tuhan itu masih bisa murka, lalu mengapa kita tidak pernah melihat murka-Nya saat banyak ketidakadilan terjadi di dalam dunia ini? Seolah sepertinya Tuhan itu hanya berdiam diri dan tidak bisa melakukan apa-apa, saat semua ketidakadilan itu terjadi di dalam hidup kita.
Tetapi murka Allah justru disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.
Mungkin kita merasa gereja Tuhan berkembang dengan luar biasa diberkati, dan tidak terjadi apa-apa terhadap umat yang selama ini berlaku fasik terhadap-Nya. Tetapi firman Tuhan berkata,
āTuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.ā (2 Petrus 3:9).
Tuhan menantikan agar semua orang itu mau bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya.
Tetapi kita semua sama-sama tahu kalau seseorang marah itu tidak langsung marah, semua ada tahap kesabarannya. Dan kalau murka Tuhan sudah mendidih maka dikatakan,
āSebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan..ā (Roma 1:25-26).
Banyak remaja di Barat yang menyatakan dirinya sebagai transgender, dan belum lagi jenis LGBT lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa murka Tuhan sedang mendidih. Sepertinya, Tuhan ini sudah menarik Roh-Nya dari umat manusia karena kejahatan yang sudah mereka perbuat. Murka-Nya mendidih dan ditumpuk untuk hari penghakiman. Bisa jadi mungkin selama ini kita merasa bahwa Tuhan itu tidak tahu apa yang kita lakukan, bahkan kita merasa Dia berdiam diri saja melihat dosa tersembunyi yang sedang kita lakukan, saat tak ada seorangpun yang melihatnya.
Tetapi firman Tuhan berkata,
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!ā (Matius 7:21-23).
Mungkin diri kita selama ini merasa baik-baik saja dengan berbagai dosa yang sudah dilakukan, dan tak ada seorangpun yang mengetahuinya. Tetapi berhati-hatilah. Pada hari terakhir Tuhan akan berterus terang, Dia tidak pernah mengenal kita.
Dasar Relasi dengan Tuhan.
āSesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya,ā (Mazmur 33:18).
āBerusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.ā (Ibrani 12:14).
Seseorang yang hidupnya tidak kudus, tidak akan bisa hidup takut akan Tuhan. Sehingga hal ini akan menuntun mereka untuk mulai berkompromi dengan banyak hal yang menyakitkan hati-Nya.
Landasan Keintiman dengan Tuhan.
āTUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.ā (Mazmur 25:14).
Tanpa adanya takut akan Tuhan, maka semua hanyalah mimpi dan sama saja seperti kita menipu diri kita sendiri. Bila kita mau hidup di dalam berkat Tuhan, maka kita harus hidup di dalam covenant / ikat janji bersama dengan-Nya. Tanpa adanya hubungan ikat janji, maka hal ini sama saja seperti kita berharap mendapatkan warisan dari orang tua teman kita.
Satu-satunya sikap yang berkenan saat kita datang pada Allah.
āJadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.ā (Ibrani 12:28-29).
Pada waktu kita menyadari betapa mudahnya masuk ke dalam hadirat Tuhan, seharusnya kita menyadari hal ini dikarenakan Dia itu memiliki kerinduan untuk dapat tinggal bersama dengan setiap kita umat-Nya. Visi Tuhan hanya satu ketika Dia menciptakan manusia dan semua sudah selesai diciptakan-Nya, maka Dia dan kerajaan-Nya dapat tinggal bersama dengan umat manusia.
Takut akan Tuhan menyempurnakan kekudusan kita.
āSaudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.ā (2 Korintus 7:1).
Dorongan Hidup Benar.
āTakut akan TUHAN ialah membenci kejahatan;ā (Amsal 8:13).
Perasaan āCinta Tuhanā tidak mendorong kita pada kekudusan, karena hari ini cinta, besok bisa jadi lupa akan perasaan ini. Tetapi ketika kita memilih untuk memiliki sikap takut akan Tuhan di setiap harinya, maka hal ini dapat mendorong kita untuk tetap hidup benar dan menyukakan hati-Nya.
āTakut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya;ā (Mazmur 19:10).
Kalau mau hidup Kekristenan kita tidak naik dan turun, maka milikilah sikap takut akan Tuhan. Kita tidak akan mengalami burnout / kejenuhan, hubungan kita dengan Tuhan akan tetap stabil dan permanen. Kalau kita mau membangun sikap takut akan Tuhan, maka dasarnya bukanlah emosi / perasaan sesaat. Sebab hari ini bisa jadi kita menangis dijamah di dalam hadirat Tuhan, besoknya kita bisa hambar dan melakukan perbuatan yang menyakiti hati-Nya. Hari ini bisa jadi kita memiliki semangat untuk melayani, besoknya kita mengalami suam-suam kuku.
Masih adakah sikap takut akan Tuhan di dalam hati kita? Kalau kita memiliki cinta saja tidak cukup untuk mengarahkan hidup kita pada kekudusan.
āsebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.ā (1 Petrus 1:16-17).
Kalau kita sering menyanyikan lagu āBapa Kau setiaā dan memanggil-Nya Bapa, maka milikilah sikap takut akan Dia. Dari ayat di atas dikatakan bahwa Dia adalah Bapa yang tidak memandang muka, Dia sama sekali tidak dapat dirayu dan disuap, dan Dia akan menghakimi semua orang menurut perbuatannya masing-masing.
Judul Lagu: Seperti yang Kau ingini.
Ciptaan: Jonathan Prawira.
āBukan dengan barang fana Kau membayar dosaku, dengan darah yang mahal tiada noda dan cela. Bukan dengan emas perak Kau menebus diriku, oleh segenap kasih dan pengorbanan-Mu.
Ku telah mati dan tinggalkan cara hidupku yang lama. Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi. Hidup ini kuletakkan pada mezbah-Mu ya Tuhan. Jadilah padaku seperti yang Kau ingini.ā
Kalau kita berani menyanyikan lagu di atas ini, maka takutlah akan Dia dan nyanyikan lagu tersebut dengan segenap hati.
Ada sebuah pertanyaan,
āMenurut kita apakah Tuhan itu lebih mengasihi manusia, atau lebih memilih hukum-hukumNya?ā
Kalau Dia lebih memilih mengasihi manusia, maka Dia tidak perlu sampai mengorbankan Yesus di atas kayu salib. Kalau Dia memilih mengasihi manusia, maka Dia akan langsung mengampuni semua dosa manusia dan mengatakan pada mereka untuk tidak berbuat dosa lagi di dalam hidup mereka.
Tetapi dengan adanya Yesus yang mengorbankan Diri-Nya di atas kayu salib, Tuhan menghargai aturan dan hukum-hukumNya. Setiap dosa yang sudah dilakukan, di dalam PL kita mendapati selalu membutuhkan korban penghapus dosa (Keluaran 29:14, Imamat 4:3, dan Imamat 6:24-30).
Dan Dia tahu, tidak cukup hewan di seluruh dunia ini yang sanggup untuk dapat memperdamaikan hubungan Bapa di Surga dengan manusia.
Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: āAku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.ā (Kejadian 6:5-7).
Alkitab mencatat di dalam PL, Allah pernah menyesal menjadikan manusia karena besarnya kejahatan mereka di atas muka bumi ini, dan Dia memutuskan untuk menghapus mereka semua. Dia lebih memilih menegakkan kekudusan-Nya.
Di PB dan masa sekarang.. kalau Dia tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri (Roma 8:32), jangan harap Dia mau menyayangkan kita bila selama ini kita terus jatuh bangun dalam dosa, tidak mau meninggalkan dosa yang mendukakan hati-Nya, dan terus mempermainkan Diri-Nya. Dia adalah Allah, dan kita harus memiliki sikap takut akan Dia sesuai dengan yang seharusnya!
Menjauhkan kita dari dosa.
Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: āJanganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.ā (Keluaran 20:20).
Begitu kita memutuskan untuk hidup takut akan Tuhan, maka Dia akan mendekat dan kita dapat merasakan kasih-Nya.
Membuat kita memegang firman-Nya.
āTUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.ā (Ulangan 13:4).
Membuat kita bertanggung jawab atas keselamatan yang kita terima.
āHai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,ā (Filipi 2:12).
Berhati-hatilah dalam keseharian di hidup kita. Kalau selama ini kita terus hidup di dalam dosa dan tidak mau bertobat dengan bersungguh hati, jangan pernah lupakan bahwa Dia adalah Allah yang tidak bisa dipermainkan. Dia adalah Allah yang tanpa memandang muka, akan menghakimi semua orang menurut perbuatannya masing-masing.
Panggilan untuk Mendekat.
Rasul Paulus mengatakan,
āTidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.ā (1 Korintus 9:24-27).
Kalau selama ini kita terus berkompromi dengan kehidupan dosa, maka pada akhirnya hidup kita akan menyimpang dan merasa tidak ada yang salah dengan apa yang terjadi di dalam hidup kita.
āSiapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.ā (Mazmur 19:13).
Kita bisa saja menjalani kehidupan yang penuh dosa dan mendukakan hati-Nya, tetapi kita sama sekali tidak memiliki perasaan bersalah.
Hal ini sudah banyak terjadi di sekitar kita, dan banyak yang menganggapnya hal biasa. Bila hal ini terus diabaikan dan dibiarkan dalam jangka waktu yang cukup panjang, maka kita akan menjadi apatis / memiliki sikap acuh tak acuh dan lambat laun kita juga akan kehilangan sikap takut akan Tuhan. Kita memutuskan cukup, untuk menjadi seorang Kristen yang biasa-biasa saja.
āMengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?ā (Lukas 6:46).
Apa jawaban kita kepada-Nya?
āAku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: āIni Aku, ini Aku!ā kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku. Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri;ā (Yesaya 65:1-2).
Sepanjang hari, bahkan bisa jadi di sepanjang usia kita, Dia itu terus mengulurkan tangan-Nya dan berkenan untuk ditemui. Tetapi yang kita lakukan malah semakin menjauh dari-Nya. Bapa tidak menyerah, Dia memberikan Anak-Nya..
āKarena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.ā (Yohanes 3:16).
āInilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.ā (1 Yohanes 4:10).
Apa yang Tuhan sebenarnya rindukan? Yakni adanya sikap hormat dan takut akan Tuhan, dari pihak kita. Dan untuk mendapatkan semuanya ini, Dia sudah memberikan segalanya, bahkan termasuk Anak-Nya yang tunggal. Tetapi sekalipun Dia sudah memberikan semuanya, kita umat manusia tetap saja bertindak semaunya sendiri. Sehingga yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah,
āApa lagi yang Tuhan harus lakukan, untuk membuat kita ini memiliki sikap hormat dan takut akan Dia?ā
Amin. Tuhan Yesus memberkati..




Komentar