top of page

Agus Lianto - New Hope (Harapan Baru)

  • mdcsbysystem
  • 22 Des 2024
  • 8 menit membaca

Catatan Khotbah: New Hope. Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Perayaan Natal Bersama “New Hope”, di Hari Pertama, pada Tgl. 12 Desember 2024.


Semakin bertambahnya usia kita, semakin banyak yang kita harapkan dan kita juga menjumpai bahwa tidak sedikit dari antara kita yang mengalami kekecewaan karena tidak semua dari harapan kita itu dapat terpenuhi. Demikian pula dengan anak-anak muda di mana mereka memiliki harapan setinggi langit, tetapi ketika mencapai usia dewasa, harapan mereka sudah tidak lagi setinggi pada saat mereka masih berusia muda dahulu.


Hari-hari ini kita juga tidak tahu seberapa banyak pengharapan yang selama ini dimiliki, apakah sudah pupus dan luntur atau masih tetap menyala? Tetapi di dalam Kristus, kita tidak boleh kehilangan apa yang namanya harapan.


Memang, tidak selalu Tuhan menjawab semua doa dan harapan yang kita panjatkan, tetapi kalau kita sudah tidak lagi memiliki harapan.. maka hal ini sama saja seperti mengondisikan bahwa kita bisa hidup tanpa Tuhan. Kita berpikir bahwa Tuhan melakukan apa yang Dia mau, terserah Dia mau-Nya, dan kita tidak lagi memiliki harapan apa-apa.. sehingga hal ini pada akhirnya akan membawa kita menjauh dari Tuhan, kita sudah tidak mau lagi mendekat, dan juga mendengar suara-Nya.


Doa dan Harapan Zakharia.


Dikisahkan di dalam Lukas 1:5, pada zaman Herodes, raja Yudea, ada seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Zakharia ini memiliki seorang istri yang juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Diceritakan pada kita bahwa keduanya memiliki hidup,


“..benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.” (ayat 6).

Tetapi lebih lanjut di ayat selanjutnya, kita dapat membaca apa doa dan harapan yang dimiliki Zakharia dan istrinya selama ini,


“Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.” (ayat 7).

Zakharia hanya ingin seorang anak, tetapi hal ini belum diwujudkan Tuhan. Bahkan di ayat di atas dikatakan keduanya telah lanjut umurnya.


Hal ini mengingatkan kita tentang kisah Abraham yang di mana di usia lanjut, dirinya juga masih belum memiliki seorang anak,


“Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?”” (Kejadian 17:17).


Tetapi yang menjadi perbedaannya adalah Abraham mendapatkan janji dan petunjuk dari Allah yakni,


“Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: “Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.”” (ayat 15-16).


Sedangkan Zakharia tidak menerima petunjuk dan janji apa-apa dari Allah. Zakharia dan istrinya bisa jadi selama ini telah berdoa dan mencoba berbagai macam cara, tetapi tetap saja mereka masih belum dikaruniai seorang anak.


Padahal di dalam Lukas 1:6-7 dikatakan pada kita bahwa selama ini mereka berdua telah hidup benar, tetapi Tuhan masih belum menjawab doa dan harapan mereka yakni, memiliki seorang anak.


Kalau selama ini kita memiliki pola pikir bahwa kita sudah berjuang dan menjalani hidup yang benar, dan kita merasa bahwa setelah itu Tuhan berhutang sama kita, segala doa dan permohonan kita sama Tuhan pasti akan diwujudkan semua.. maka bersiap-siaplah untuk menjadi kecewa.


Mengapa?


Karena ketika memutuskan untuk menjalani hidup benar, maka hal ini akan membuat kita merasa puas serta mudah untuk dapat melakukan apa yang Tuhan kehendaki di dalam firman-Nya, dan kasih-Nya dapat memenuhi hidup kita lebih lagi. Bagaimanapun juga, teruslah hidup di dalam kebenaran, walau kita tidak selalu menerima apa yang kita doa dan harapkan selama ini.


Melebihi Doa dan Harapan.


“Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ. Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan.” (Lukas 1:8-10).


Diceritakan di ayat di atas, Zakharia mendapat undian untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di dalamnya. Zakharia telah siap untuk mempraktikkan berbagai “ritual” yang selama ini telah dilatih sebelumnya.


“Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.” (ayat 11-13).


Dari ayat di atas kita mendapati bahwa seorang malaikat Tuhan telah datang, dan Zakharia tahu bahwa di hadapannya bukanlah seorang biasa. Zakharia berpikir bahwa doa yang selama ini sudah lama dipanjatkan bersama istrinya, akhirnya dikabulkan, yakni memiliki seorang anak.


Melaluinya kita dapat belajar bahwa Tuhan itu tidak pernah melupakan permintaan Zakharia, sekalipun Zakharia dan kita merasa bahwa Tuhan sudah melupakan. Mungkin selama ini kita sudah lama berharap, tetapi jawaban doa tersebut tidak kunjung datang sehingga kita pada akhirnya move on dan mulai melupakannya. Kita merasa sudah cukup lama berharap, dan kita tidak mau perasaan kita disakiti terus-menerus karena menunggu jawaban doa yang tak kunjung datang.


“Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.” Jawab malaikat itu kepadanya: “Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu.” (ayat 18-19).


Ketika malaikat Tuhan menyampaikan pesan dan janji dari-Nya, bisa jadi Zakharia berpikir di dalam hatinya dan menyimpan berbagai kemarahan serta kekecewaan, mengapa jawaban doanya baru diberikan sekarang? Zakharia bahkan bertanya kepada malaikat tersebut sebuah pertanyaan yang sepertinya mengungkapkan bagaimana perasaannya selama ini, agar dirinya tidak diberi janji dan harapan kosong, karena dirinya sudah sangat lelah menanti jawaban doanya.


Padahal kalau kita lihat, seharusnya Zakharia tidak boleh ragu pada saat menerima janji Tuhan yang diberikan malaikat tersebut. Karena yang menyampaikan janji tersebut adalah seorang malaikat, yang di mana munculnya adalah di dalam ruang maha kudus, di dalam Bait Suci. Lain cerita kalau misal bertemu di jalan, bisa jadi Zakharia akan menganggap itu adalah seorang biasa.


Di ayat 12 juga dikatakan pada kita bahwa Zakharia terkejut dan menjadi takut, tetapi bila yang namanya harapan itu sudah mati, sekalipun janji Tuhan disampaikan oleh seorang malaikat, bisa jadi kita tidak akan mudah percaya ketika mendengarnya. Hati kita bisa menjadi tawar.


Bahkan di ayat 19, malaikat tersebut sampai memperkenalkan jati dirinya yang sepertinya malaikat tersebut merasa “tersinggung”, karena Zakharia meragukan janji Tuhan yang baru saja disampaikannya.


“Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” (ayat 14-17).


Kalau selama ini kita sudah berdoa dan berharap kepada Tuhan, dan masih belum dijawab.. maka besarkanlah harapan kita melampaui hidup kita.


Di ayat 14-17 di atas, Gabriel menyampaikan janji Tuhan pada Zakharia tentang bagaimana masa depan dari anaknya kelak. Padahal selama ini Zakharia tidak berharap sampai sejauh itu, dirinya hanya meminta seorang anak saja.


Kalau doa kita masih belum dijawab Tuhan, maka besarkanlah harapan kita. Kalaupun doa kita hanya sekadar untuk kepentingan diri sendiri dan Tuhan tidak menjawabnya, berarti apa yang kita doa dan harapkan harus direntangkan lebih luas lagi, yakni agar nama-Nya semakin dipermuliakan.


“Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya.” (ayat 20).


“Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.” (ayat 62-64).


Ketika Zakharia tidak mempercayai janji Tuhan yang diberikan Gabriel, Zakharia dibuat menjadi bisu, dan bisa jadi juga mengalami tuli, karena orang-orang di sekitar harus memberi isyarat untuk bertanya padanya, mengenai nama apa yang hendak diberikan kepada anaknya.


Melaluinya kita mendapat pelajaran penting agar kita jangan sampai memadamkan harapan. Sebab bila harapan tersebut telah menjadi padam, maka yang terjadi selanjutnya adalah,


Kita tidak akan bisa mendengar dan mengetahui suara dan kehendak Tuhan lagi, lalu kita move on dan tidak berharap apa-apa lagi kepada-Nya.


Selain itu, dari Zakharia yang dibuat bisu kita juga bisa belajar bahwa ketika harapan tersebut sudah padam.. maka kita menjadi enggan untuk bersaksi pada sesama bahwa Tuhan itu baik di dalam hidup kita, dan Dia masih bisa diharapkan.


Banyak orang Kristen hari-hari ini sudah tidak berharap apa-apa lagi, yang mereka inginkan hanyalah sebatas menjadi sukses, kaya, mapan, dan hanya itu saja. Kita tidak berharap lebih. Kita juga mulai menghindari bersaksi memberitakan Injil Kristus, berbagi kebaikan Tuhan pada sesama.. karena kita merasa bahwa apa yang kita doakan dan harapkan selama ini tidak dijawab Tuhan.


Inilah yang dialami Zakharia, selama Elisabet istrinya mengandung kurang lebih selama 9 bulan lamanya. Zakharia hanya bisa berdiam diri di dalam kebisuan (tidak bisa berbicara) dan juga keheningan (tidak dapat mendengar suara apa-apa).


Bagaimana Kita Tetap Berharap dan Tidak Menjadi Kecewa?


“Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” (Roma 5:2).


Inilah pengharapan yang tetap kita kejar, yakni melalui iman dan kepada kasih karunia-Nya agar kita dapat tetap berdiri dan bermegah untuk menerima kemuliaan-Nya. Rentangkan dan perlebar pengharapan kita lebih lagi pada kemuliaan-Nya, karena Allah pasti akan memuliakan nama-Nya.


Memang tidaklah salah bila kita memiliki doa dan harapan pribadi, tetapi kita dapat belajar bahwa tidak semuanya Tuhan dapat berikan, sebab kita nantinya malah bisa masuk ke dalam kekacauan yang luar biasa bila Tuhan menjawab semua doa dan permohonan kita.


Karena itu, marilah belajar untuk menaikkan permohonan doa dan harapan yang nantinya dapat memuliakan nama Tuhan. Ketika Zakharia lama berdoa meminta seorang anak, Tuhan menjawabnya melampaui apa yang Zakharia doakan dan harapkan, dan jawaban ini pada akhirnya dapat memuliakan nama-Nya.


Saat doa dan harapan kita tidak diwujudkan Tuhan sesuai dengan waktu dan keinginan kita, alih-alih menjadi kecewa, marilah kita bermegah di dalam kesengsaraan kita (ayat 3). Bukan untuk menjadi kecewa tetapi karena kita tahu,


“bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (ayat 3-5).


Sehingga kita tidak lagi berfokus mengasihani diri sendiri dan dimampukan untuk melihat,


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).


Hari-hari ini mungkin banyak dari antara kita yang masih bergumul dalam beberapa hal, misalnya dalam hal ekonomi, Tuhan masih belum mengaruniakan buah hati, dan masih banyak pergumulan lainnya. Tetapi teruslah bertekun dan tetap setia mengiring-Nya. Berdoalah dan bertanya kepada Tuhan,


Bagaimana agar melalui doa dan permintaan kita itu bisa memuliakan nama-Nya.


Rentangkan dan perlebar harapan kita. Pada saat kita berharap pada Tuhan dan kemuliaan-Nya, maka kasih-Nya pasti akan dilimpahkan lebih lagi di dalam hidup kita. Saat permohonan doa kita tidak dijawab Dia, maka setiap kita akan dimampukan untuk dapat melihat dan menyadari bahwa Tuhan itu masih mengasihi hidup kita. Dia memiliki rencana yang jauh lebih baik, dari segala rencana terbaik kita. Tuhan itu cukup bagi kita.


Sama seperti permintaan anak kita yang tidak selalu kita kabulkan, maka kita akan menggantinya dengan kasih kita, kepada anak kita. Di dalam kasih Tuhan yang begitu berlimpah, kita dapat belajar bahwa Tuhan itu terlalu baik untuk mengabaikan kita, dan Dia terlalu berkuasa untuk meluputkan setiap permohonan doa kita.


Tuhan tidak pernah lupa terhadap kita. Teruslah menantikan Tuhan, tambahkan dan rentangkan pengharapan kita, sebab saatnya nanti kita akan melihat bagaimana Tuhan yang akan menjawab semua doa dan harapan kita, jauh melebihi apa yang selama ini kita doa dan harapkan.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

コメント


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page