Doa Bulan Baru
- mdcsbysystem
- 3 hari yang lalu
- 8 menit membaca
Catatan Khotbah: āDoa Bulan Baru.ā Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Yose Ferlianto di Doa & Puasa Bersama Awal Bulan, melalui Zoom Meeting pada Tgl. 1 Mei 2025.
Bukanlah sebuah kebetulan bila di tanggal yang sama, 37 tahun yang lalu, Pdt. Yose memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, bertobat dengan bersungguh hati, serta berbalik dari segala jalannya yang jahat. Hari ini merupakan hari ulang tahun perjalanan hidup kerohaniannya bersama Tuhan. Di hari ini juga yang merupakan awal bulan baru, kita diajak untuk menata kembali apa yang selama ini mungkin sudah terlewatkan. Kita melakukannya dengan berdoa sungguh-sungguh, dan mencari wajah Tuhan dengan segenap hati.
Kalau kita melihat kondisi yang terjadi di dunia pada hari-hari ini, maka banyak hal yang terjadi secara nasional dan global bisa membuat hati kita tidak tenang dan kehilangan damai sejahtera. Semuanya ini bukanlah keadaan yang mudah untuk dilalui, baik yang terjadi di bidang sosial dan politik, bahkan ada yang sampai meramalkan chaos / kerusuhan. Banyak hal yang bisa membuat kita takut dan gentar, karena dunia yang kita hidupi sedang tidak baik-baik saja.
Tetapi teruslah berdoa agar tangan Tuhan yang kuat dan berdaulat itu yang memimpin penuh hidup kita. Tetaplah mempercayai,
āKita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.ā (Roma 8:28).
Awal Bulan sebagai Momen Penyerahan.
Apa yang dapat dilakukan di dalam keadaan yang serba tidak pasti ini? Firman Tuhan mengatakan,
āPada bulan barumu haruslah kamu mempersembahkan sebagai korban bakaran kepada TUHAN: dua ekor lembu jantan muda, seekor domba jantan, tujuh ekor domba berumur setahun yang tidak bercela,ā (Bilangan 28:11).
āPada hari pertama setiap bulan persembahkan kurban bakaran khusus untuk Tuhan..ā (Bilangan 28:11, Versi Mudah Dibaca / VMD).
Ayat di atas adalah sebuah ketetapan yang diberikan Musa bagi bangsa Israel pada saat itu, di mana mereka harus mempersembahkan kurban bakaran khusus bagi Tuhan, di setiap hari pertama di setiap bulannya.
Melaluinya kita dapat belajar pada saat kita menyerahkan awal bulan ini kepada Tuhan, dengan mengambil waktu untuk berdoa dan berpuasa maka kita ini sedang menempatkan Dia untuk kembali di tempat yang terutama, di dalam hidup kita. Ketika kita menempatkan Tuhan di tempat yang terutama di dalam hidup, maka Dia yang nantinya juga akan memberi kita hikmat dan kasih-Nya untuk dapat menata dengan baik segala sesuatu, di tempat yang seharusnya dia berada.
Ada 2 hal yang dapat dilakukan di awal bulan ini, sebagai bentuk penyerahan kita pada Tuhan.
Pertama. Simbol Pembaruan Iman.
Mungkin masih ada banyak hal yang belum diselesaikan di bulan yang lalu, tetapi kita tidak menganggapnya sebagai beban. Kita memulai awal bulan yang baru ini dengan meminta hikmat dan kekuatan dari Tuhan untuk dapat menuntun hidup kita, dan menyelesaikan setiap hal yang sudah dipercayakan-Nya di dalam hidup kita.
Orang Israel mempersembahkan kurban di bulan yang baru tidak hanya sekadar untuk melakukan perintah yang diberikan Musa saja, tetapi mereka melakukannya sebagai bukti ketaatan dan tanda hormat kepada Tuhan. Momen ini mereka pakai untuk selalu mengingat kasih dan kesetiaan Tuhan, dan mempersembahkan ulang / rededikasi hidup mereka bagi kemuliaan nama-Nya.
Tanpa disadari hidup kita selama ini sudah menjadi chaos / kacau dan tidak terkendalikan, karena selama ini mungkin kita tidak pernah menaruh Tuhan di tempat yang terutama. Bisa jadi yang selama ini berada di tempat terutama di hidup kita adalah, ketakutan dan kekuatiran.
Mungkin kita dapat mengelak dan mengatakan bahwa selama ini kita selalu menjalani hidup penuh optimis, tetapi di dalam kenyataannya, kita selalu memikirkan hal yang buruk terlebih dahulu baru kita melanjutkan dengan hal lainnya.
Inilah waktu yang tepat untuk memperbarui komitmen kita kepada Tuhan.
Ketika kita mau menempatkan Dia di tempat yang pertama dan mengizinkan Dia untuk mengambil alih penuh dengan hikmat dan kedaulatan-Nya, maka segala sesuatu dapat tertata dengan baik. Firman Tuhan mengatakan,
Kata Yesus kepada mereka: āBelum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. (Matius 21:42).
āYesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu kamu sendiri, namun ia telah menjadi batu penjuru.ā (Kisah Rasul 4:11).
Batu penjuru adalah batu pertama yang ditempatkan dalam konstruksi fondasi bangunan, dan juga dikenal sebagai batu fondasi atau batu setting. Batu ini menjadi acuan untuk menentukan posisi seluruh struktur bangunan.
Tuhan Yesus adalah batu penjuru yang harus ditempatkan pertama kali untuk menjadi dasar di dalam hidup kita, agar bangunan kehidupan kita ini dapat berdiri dengan teguh, tidak miring, dan dapat dibangun sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu biarlah Dia yang memimpin hidup kita, dan menata sesuai dengan hikmat-Nya.
Memasuki bulan baru, sangatlah penting bagi kita untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan bangsa Israel di dalam Bilangan 28:11. Ada hal-hal yang Tuhan ingatkan di dalam hidup kita untuk ditata kembali, dan ada juga yang perlu dilakukan bukan sebagai ritual tetapi sebagai momen dan waktu khusus bagi kita untuk mengingat kembali kasih dan kesetiaan Tuhan.
Sering kali banyak hal yang terjadi di dalam hidup, yang membuat kita ini lupa atas berbagai kebaikan yang sudah Tuhan kerjakan di dalam hidup kita. Tetapi saat ini adalah waktu yang tepat untuk membawa serta mempersembahkan ulang hidup kita / rededikasi, dan memperbarui kembali iman kita bagi kemuliaan nama-Nya.
Ada upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk menempatkan dan menghormati Tuhan, di mana hal ini akan membawa hidup kita untuk berada di dalam perlindungan Tuhan di tengah kondisi serba tidak menentu dan tidak bisa diprediksi ini.
Karena itu, marilah kita menempatkan diri di bawah berkat dan kemurahan Tuhan, serta tidak keluar dari pattern / pola yang sudah Dia tetapkan.
Kedua. Mengundang Tuhan sebagai yang Pertama di dalam hidup kita.
āInilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu.. Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya.ā (Imamat 16:29,31).
āAkuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.ā (Amsal 3:6).
Sebelum kita sibuk dengan banyak hal di dalam hidup, carilah wajah Tuhan terlebih dahulu.
Perkataan di atas tidak hanya sekadar menjadi ucapan yang diperkatakan sambil berlalu, tetapi kita ini mau merendahkan diri kita untuk benar-benar mencari wajah-Nya terlebih dahulu.
Mengapa?
Karena sering kali kita ini mengambil tempat terutama yang seharusnya diisi oleh Tuhan, dan mengubahnya menjadi berpusat hanya pada diri sendiri saja. Hidup kita menjadi egois serta merasa menjadi pusat dari segala sesuatu, padahal Tuhan yang harusnya menjadi pusat dari segalanya. Bukan pribadi kita. Ketika keadaan diizinkan tidak berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan, kita menjadi marah dan kecewa sama Tuhan.
Saat ini adalah momen yang tepat untuk merendahkan diri kita, salah satu caranya adalah dengan berpuasa. Mengapa harus dengan cara ini? Karena dengan berpuasa, kita āmematikan diriā dan tidak dipuaskan dengan makan dan minuman tertentu. Kita memutuskan hanya untuk dipuaskan oleh Pribadi Tuhan sendiri.
Sering kali pada saat kita membutuhkan penghiburan, maka kita akan berwisata kuliner dan merasa hal itu dapat memuaskan diri kita. Tetapi dengan berpuasa, kita merendahkan diri di hadapan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan,
āIngatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.ā (Ulangan 8:2).
Bisa jadi saat masalah diizinkan terjadi, hal itu bukan untuk menghancurkan tetapi untuk merendahkan hati serta menguji, apakah kita tetap berpegang pada perintah-Nya atau tidak?
Firman Tuhan mengatakan,
Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: āAllah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.ā (Yakobus 4:6).
Ketika ujian datang, seorang yang congkak dan tinggi hati hanya berfokus pada dirinya sendiri saja. Lalu selanjutnya menyalahkan Tuhan, mengapa semuanya tidak berjalan sesuai dengan harapan dan keinginannya. Tetapi saat kita mau belajar merendahkan hati, maka Tuhan dapat mengerjakan pemulihan di dalam hidup kita.
Biarlah di momen bulan baru ini kita kembali mengatur seluruh sikap dan hormat kita kepada Tuhan. Selama ini kita sudah kehilangan rasa hormat dan takut akan Dia. Sering kali kita menganggap hal rohani hanya sebagai hal sepele.
Tujuan Berpuasa.
Tujuan berpuasa bukan hanya sekadar menahan diri untuk tidak makan dan minum saja, apalagi hanya untuk menurunkan berat badan dan mendapatkan efek kesehatan lainnya.
Pertama. Mempertajam Kepekaan Rohani.
Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: āKhususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.ā Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. (Kisah Rasul 13:2-3).
Pada saat kita dilahirkan di dalam dunia, kita akan berusaha untuk belajar mendengar dan mengenali semua suara yang ada di sekitar kita. Dimulai suara orang tua, anggota keluarga, hewan peliharaan, dan juga berbagai suara lainnya.
Demikian juga halnya dengan kehidupan rohani. Kita belajar untuk mendengar suara Tuhan, tetapi di dalam perjalanannya terdapat banyak āpencemaran suaraā yang berupa suara dan banyak keadaan negatif. Hal ini membuat kita menjadi tuli secara rohani, dan membuat kita kehilangan kepekaan dalam mendengar suara Tuhan.
Seseorang yang hidup di desa, dirinya akan terbiasa mendengar berbagai suara yang tenang sehingga dapat mendengar suara angin dan alam yang ada di sekitarnya. Tetapi ketika orang yang sama ini pindah ke kota, maka dirinya harus terbiasa dengan banyak suara bising sehingga tidak lagi dapat mendengar suara dari alam di sekitarnya.
Dengan berpuasa, kita mempertajam kepekaan manusia rohani kita. Di tengah suara dan kebisingan berita negatif yang bertebaran, kita sangat memerlukan untuk mendengar suara Tuhan. Kekuatan kita secara manusia sangat terbatas dan kita tidak bisa mengandalkan hikmat dan pengalaman di masa lalu. Kita perlu mendengar suara dan tuntunan Tuhan, di hidup kita.
Kedua. Menyatakan ketergantungan kita yang mutlak pada Tuhan.
Kemudian di sana, di tepi sungai Ahawa itu, aku memaklumkan puasa supaya kami merendahkan diri di hadapan Allah kami dan memohon kepada-Nya jalan yang aman bagi kami, bagi anak-anak kami dan segala harta benda kami. Karena aku malu meminta tentara dan orang-orang berkuda kepada raja untuk mengawal kami terhadap musuh di jalan; sebab kami telah berkata kepada raja, demikian: āTangan Allah kami melindungi semua orang yang mencari Dia demi keselamatan mereka, tetapi kuasa murka-Nya menimpa semua orang yang meninggalkan Dia.ā Jadi berpuasalah kami dan memohonkan hal itu kepada Allah dan Allah mengabulkan permohonan kami. (Ezra 8:21-23).
Banyak hal di dalam hidup, yang tidak selalu terjadi sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Oleh karena itu, kita harus sungguh-sungguh bergantung mutlak kepada Tuhan, dan menempatkan Dia di tempat yang terutama di dalam hidup ini.
Apa Korban kita saat ini?
Pertama. Korban Syukur.
āSebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.ā (Ibrani 13:15).
Kedua. Korban Persembahan.
āHendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.ā (2 Korintus 9:7).
Saat memberi, kita tidak hanya memberi pada orang lain saja tetapi justru pada diri kita sendiri. Mengapa? Karena dengan memberi, kita sedang melepaskan kekuatiran kita pada Tuhan. Saat kita tidak berdisiplin dalam memberi persembahan, uang dan kekayaan bisa berubah menjadi tuan di dalam hidup kita. Tetapi saat kita belajar setia dalam memberi, uang itu berubah menjadi hamba di dalam hidup kita. Tidak hanya sampai di sana saja, Tuhan juga dapat memakai uang tersebut untuk memelihara kehidupan kita.
Ketika belajar memberi, kita melepaskan ketergantungan akan uang dan meminta Tuhan untuk menjadi satu-satunya Tuan di dalam hidup kita.
Ketiga. Korban Hidup.
āKarena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.ā (Roma 12:1).
Ayat di atas tidak hanya berbicara tentang mempersembahkan tubuh secara fisik saja, tetapi juga tentang waktu dan perasaan kita. Selama hidup di dalam dunia, tidak mungkin kita tidak pernah menjumpai konflik dan perasaan kita tidak dapat terluka. Tetapi saat perasaan kita dilukai, persembahkanlah semuanya di bawah kaki Tuhan.
Jangan menuntut balas saat disakiti dan dikecewakan sesama, tetapi doakan dan lepaskan pengampunan, mintalah hikmat agar nama-Nya semakin dipermuliakan melalui hidup kita. Saat kita mau melakukan hal ini, maka Dia akan terus bekerja tanpa batas menyatakan kuasa-Nya di dalam dan melalui hidup kita, setiap kita akan dimampukan untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya bagi sesama yang membutuhkan.
Puasa bukanlah tentang melemahkan tubuh, tetapi menguatkan roh. Bukan tentang menahan lapar, tetapi tentang kerinduan akan hadirat Tuhan.
Marilah kita belajar untuk berdoa dan berpuasa. Memulainya terlebih dahulu dengan bersungguh hati mencari wajah Tuhan, dan terus mempercayai bahwa Dia akan selalu menuntun dan membuat banyak hal baru di dalam hidup kita. Amin!
āLihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku; umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.ā (Yesaya 43:19-21).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments