top of page

Lydia CSES - Spiritual Warfare

  • mdcsbysystem
  • 4 Nov 2023
  • 13 menit membaca

Diperbarui: 6 Des 2023

Catatan Khotbah: “Spiritual Warfare”. Ditulis dari sharing Ibu Pdt. Lydia CSES di Ibadah Minggu di MDC Putat Surabaya, Tgl. 29 Oktober 2023..



Kisah Rasul mencatat pada kita tentang,


“..Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” (10:38).


Dan seharusnya, pelayanan “mengusir roh jahat” bukanlah sesuatu hal luar biasa yang terjadi di dalam hidup anak-anakNya, karena Tuhan Yesus sendiri pada saat melayani di atas muka bumi ini sudah memberikan keteladanan-Nya untuk dapat kita ikuti jejak-Nya. Sebab ketika kita mengusir roh jahat maka kerajaan Allah dapat dihadirkan, dan ruang gerak dan kuasa dari si jahat dibatasi.


Rasul Paulus di dalam Efesus 6:12 juga mengatakan bahwa,


“..perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah (di alam spiritual), melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”


Oleh karena itu kita berperang melawan kuasa roh jahat tidak hanya untuk meraih kemenangan saja, tetapi kita melakukannya dengan berangkat dari kemenangan yang pasti, yakni Yesus Kristus yang telah menang dan mengalahkan Iblis.


Jangan Membuka Celah.


Pada suatu hari, Ibu Pdt. Lydia ditelepon salah satu jemaatnya yang sedang berada di Jerman karena tante jemaat ini sedang mengalami ketakutan yang teramat sangat, dan saat itu dengan suara bergetar mengatakan bahwa dirinya sering mendapat berbagai mimpi buruk di setiap malam, di mana mimpi tersebut sebagian besar sering menjadi kenyataan. Dan kali ini, dirinya bermimpi bahwa ibunya akan meninggal dunia. Tante dari jemaat ini sangat ketakutan, dan tidak ingin agar mimpinya ini menjadi kenyataan.


Kita percaya bahwa nama Yesus itu melintasi berbagai bangsa, dan kuasa-Nya tidak dapat dibatasi oleh ruang, gerak, dan waktu. Saat itu Ibu Pdt. Lydia bertanya dengan cepat di telepon apakah dari pohon keluarganya, ada yang suka bermain okultisme / segala sesuatu yang berhubungan dengan roh jahat?


Sebelumnya kita telah belajar bahwa sebuah mimpi itu bisa merupakan petunjuk dari Tuhan, atau bisa jadi hasil dari “kedagingan” kita yang mungkin mengalami berbagai peristiwa yang bergejolak sebelum kita tidur, dan juga yang terakhir bisa karena adanya gangguan dari roh jahat yang berusaha menggagalkan untuk kita dapat memenuhi rencana Allah yang terbaik.


Dan jemaat tersebut bercerita bahwa ayahnya dahulu pernah menyimpan benda okultisme. Dan untuk hal ini, Alkitab mencatat pada kita,


“…yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,” (Keluaran 20:5).

“…tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” (34:7).

Allah tahu akibat dari perbuatan dosa yang tidak dengan segera dibereskan itu dampaknya dapat diwariskan dari satu generasi (orang tua) ke generasi berikutnya (anak cucu). Oleh karena itu kita perlu berhati-hati dan dengan segera untuk membereskan setiap perbuatan dosa.. agar jangan sampai kita memberi kesempatan, legal ground / dasar hukum yang jelas sebagai pijakan, dan celah pada si jahat untuk dapat menghancurkan hidup kita dan anak cucu kita.


Alkitab mencatat,


“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”” (Galatia 3:13).

Dari kisah yang dialami jemaat di atas, kita mendapati bahwa hidupnya memang sudah berada di bawah kutuk karena orang tuanya yang membuka celah sehingga roh ramal bisa masuk dan menguasai jemaat tersebut. Karena itu Ibu Pdt. Lydia mengajak tante dari jemaat tersebut untuk bersama dengan dirinya mengakui dan memperkatakan,


“Aku percaya bahwa Tuhan Yesus sudah menebus dosa-dosaku. Keselamatan sudah Dia berikan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, dan kami semua menjadi ciptaan baru, diangkat menjadi anak-anakNya yang terkasih.”


Lalu diajak doa bersama dan menyatakan bahwa di dalam hidup kita, termasuk orang tua, itu hidupnya berada di dalam genggaman tangan Tuhan, bukan berdasarkan mimpi. Lebih lanjut Ibu Pdt. Lydia membacakan ayat firman Tuhan agar,


“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7).

Dalam keseharian, memang tidak semua hal itu selalu berkaitan dengan roh jahat. Bisa jadi karena faktor psikologi, dan banyak akar lainnya. Tetapi bila kita tidak berhati-hati, roh jahat dapat membuatnya menjadi lebih parah dan merusak hidup kita.


Landasan Hukum dalam Kristus.


“Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.” (Kolose 2:15).

Bila Iblis dapat memakai legal ground / landasan hukum untuk dirinya berpijak atss setiap perbuatan dosa yang tidak kita bereskan.. maka ayat di atas adalah landasan hukum bagi kita semua yang mempercayai dan menerima penebusan Yesus Kristus dari atas kayu salib. Dia sudah menang. Di dalam lagu “I Speak Jesus” karangan Charity Gayle juga dapat menguatkan iman kita semua. Dalam situasi dan kondisi apa pun yang sedang dihadapi, perkatakan selalu nama Yesus.


Ketika prajurit Roma menang perang, maka musuh yang berhasil dikalahkan akan diarak di jalan-jalan di kota mereka dan dipertontonkan bahwa musuh mereka sudah kalah. Dan sama seperti itu, musuh kita pun, si jahat, sudah dijadikan tontonan karena kekalahan mereka. Semuanya bukan karena kita sakti, tetapi karena kemenangan Kristus di atas kayu salib yang sudah menjadi fondasi dalam hidup kita. Peganglah kebenaran ini dan katakan,


“Iblis sudah dikalahkan. Yesus sudah menang dan memberikan kemenangan tersebut bagi setiap orang yang percaya pada-Nya.”

Benang Merah.


Sasaran yang Iblis tuju adalah dengan melihat rekam jejak dalam hidup kita, yang sudah disimpannya selama ini. Dia mencari celah di sini untuk dijadikan pijakan, ketika kita lemah terhadap peristiwa tertentu yang bisa membuat kita jatuh ke dalam dosa.. dan mengubahnya menjadi senjata untuk menipu, dengan membuat kita marah atas berbagai peristiwa yang terjadi, kecewa, dan pada ahirnya hidup kita dapat semakin jauh dari Tuhan. Usianya jauh lebih tua dari usia kita. Seharusnya kita mencapai kemaksimalan dalam hidup, bahkan Dia memanggil kita..


“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Matius 5:13-14).


Dan dengan segala macam cara, Iblis akan berusaha menggagalkan panggilan dan rencana Allah dalam hidup kita. Sesungguhnya, setiap orang Kristen tidak diajar untuk defensive / bertahan, tetapi offensive / menyerang.


Kalau hari-hari ini kita diizinkan mengalami situasi dan kondisi yang tidak mengenakkan, anggaplah itu untuk melatih kerohanian kita. Melatih seluruh panca indera iman kita agar dapat bertumbuh secara rohani, mendeteksi setiap serangan yang dilontarkan musuh, mulai bangkit dengan memakai pedang firman Allah, memerangi dan mengalahkan kuasa roh jahat di manapun kita berada.


Oleh karena itu, cintailah firman Allah. Baca dan kariblah dengan-Nya. Pakailah firman tersebut untuk menggagalkan setiap panah berapi yang dilontarkan dari si jahat. Bila kita tidak pernah membaca Alkitab, bagaimana caranya kita mendapat “senjata” untuk mengalahkan si jahat?


Fungsi dan Pekerjaan Iblis.


Iblis tidak hanya merujuk tentang pribadi Lucifer saja, tetapi juga pada fungsinya sebagai penipu, perusak, dan pendakwa. Dan kita akan belajar satu per satu mengenai fungsinya, sebab Tuhan Yesus di dalam firman-Nya berkata,


“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32).

Pertama. Iblis sebagai Penipu.


“Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44).


Fungsi Iblis yang pertama adalah sebagai penipu, dan sering kali kita terjebak di dalam dustanya. Adam dan Hawa pun dijebak dengan perkataan Iblis yang pada saat itu mengambil rupa seekor ular yang menyampaikan setengah kebenaran, setengahnya dusta, dan tetap saja keseluruhannya merupakan perkataan dusta (Kejadian 3). Iblis pekerjaannya sejak manusia pertama sampai sekarang adalah kita dibuat ragu akan kebaikan Allah. Kita juga dibuat ragu akan siapa identitas jati diri kita yang sesungguhnya yakni, orang-orang yang sudah ditebus melalui pengorbanan karya salib-Nya.


Tuhan Yesus sendiri pada saat berada di atas muka bumi ini, dicobai Iblis setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam (Matius 4). Dan pencobaannya selalu dimulai dengan,


“Jika Engkau Anak Allah..”

Apa artinya? Bahkan Tuhan Yesus sendiri diserang mengenai siapa identitas Diri-Nya. Hal yang sama pun, Iblis dapat mencobai kita, berusaha menipu kita, agar kita ragu akan Allah, dan ragu akan siapa jati diri identitas kita. Dan pada akhirnya kita menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan. Bisa jadi Iblis berkata,


“Kalau kamu anak-anak Allah, mengapa hidupmu tidak diberkati? Mengapa kamu selalu ‘babak belur’ dan dihantam oleh berbagai masalah yang tak kunjung henti?”

Oleh karena itu berhati-hatilah akan setiap informasi yang masuk di dalam hidup kita. Saringan / filter kita, yakni membaca firman Tuhan / Alkitab harus kuat agar kita tidak mudah diombang-ambingkan keadaan sekitar.


Selain itu, kita juga tidak perlu membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kita memang anak-anakNya, bukan karena apa yang kita hasilkan atau apa yang telah terjadi di dalam hidup selama ini. Kita memang adalah anak-anakNya karena penebusan darah Yesus yang telah mengangkat kita sebagai anak-anakNya.


Sasaran Penipu: Pikiran Kita.


“Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (2 Korintus 11:3).


Senjata Penipu: Dusta.


“…di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44).

Tujuan Penipu: Menjadikan kita “buta” dan tidak dapat memahami kehendak Allah.


Iblis telah berhasil membuat Adam dan Hawa ragu, dan mereka berdua pada akhirnya memilih untuk tidak mempercayai dan memahami kehendak Allah yang terbaik. Dan pertanyaannya sekarang kembali pada setiap kita,


“Apakah kita mau percaya pada dusta si penipu yang membuat hidup kita hancur nantinya? Atau kita mau mempercayai kebenaran firman Allah / Alkitab yang selalu kita baca di setiap harinya, yang membuat kita dapat menggenapi setiap rencana-Nya yang terbaik bagi hidup kita?”


Ada kisah seorang anak yang pada saat papanya meninggal, mamanya memutuskan untuk menitipkan anak laki-lakinya ke omnya dan membawa anak perempuannya saja untuk mencari pekerjaan di Amerika. Di Indonesia omnya selalu berkata pada anak laki-laki ini,


“Dasar kamu anak bodoh dan pembawa sial. Sudah tidak bisa kerja. Tidak bisa berbuat apa-apa. Itulah sebabnya Ibumu meninggalkanmu, karena kamu tidak bisa berbuat apa-apa..”


Dan sedihnya, anak ini mempercayai tipuan Iblis melalui perkataan omnya. Ditambah lagi anak laki-laki tersebut tidak bertumbuh di dalam lingkungan firman Tuhan, sehingga anak ini bertumbuh menjadi seorang pria dewasa yang percaya dusta Iblis bahwa dirinya adalah pembawa sial. Di manapun dirinya berada seperti mendengar halusinasi suara untuk memukul orang lain.


Dirinya mulai memasang susuk dengan tujuan agar dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Dan suatu hari Ibunya pulang dari Amerika. Anak laki-laki yang bertumbuh dewasa dan dipenuhi kepahitan tersebut berkata pada Ibunya,


“Kenapa tidak membawa serta koko ke Amerika? Apakah karena koko bodoh, dan meme pinter, sehingga Mama hanya membawa meme saja?”


Dengan berlinangan air mata, mamanya menjelaskan pada anak sulungnya bahwa dirinya sama sekali tidak ada maksud menganggap dirinya bodoh, dengan tidak membawa serta ke Amerika. Tetapi semua karena benar-benar alasan keterbatasan dana, mamanya tidak sanggup untuk membawa serta kedua anaknya. Dan putra sulungnya kembali bertanya,


“Kenapa adiknya yang dipilih? Kenapa bukan dirinya yang dipilih?”


Proses pemulihan memang tidaklah mudah. Selama kurun waktu empat puluh tahun telah membentuk siapa jati dirinya. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Kita juga bisa ditipu oleh Iblis dengan berbagai pikiran yang tidak benar, yang ditawarkan masuk ke dalam hidup kita di setiap harinya. Apa yang kita dengar, kita terima, dan kita percaya.. hal itulah yang nantinya akan membentuk siapa jati diri kita.


Pertahanan terhadap Penipu: Firman Allah yang diilhamkan / diwahyukan.


Banyak dusta dari Iblis sering ditawarkan pada kita hari-hari ini. Karena itu, rajinlah dalam membaca Alkitab dan mencintainya. Perkatakanlah firman Tuhan di dalam hidup kita. Banyak orang Kristen pada hari-hari ini terpuruk pada tipuan si jahat. Kita harus memperdalam pijakan kita di dalam pembacaan firman Tuhan / Alkitab. Tidak ada cara lain.


“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2).


Hidup kita perlu untuk “dilahirkan kembali” dan terus diperbarui agar kita dapat berelasi dengan-Nya dan mengerti apa yang menjadi kehendak-Nya. Tubuh fisik kita memang tidak berubah, hanya dapat diubah pada saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya menjadi tubuh kemuliaan.


Dan selama ini kita hanya berfokus pada roh dan tubuh, tetapi bagaimana dengan jiwa kita?


Seseorang yang memiliki kebiasaan suka marah, masih membutuhkan proses untuk berubah menjadi tidak marah. Kalau kita berkata bahwa dirinya sudah dibaptis kenapa kok tidak berubah? Karena baptisan hanyalah meterai diri kita di hadapan Tuhan dan jemaat. Baptisan bukanlah magic / ilmu sulap yang dapat merubah kebiasaan buruk dalam waktu sekejap.


Oleh karena itu anak-anak muda, penuhi hidup kita bukan dengan “sampah dari dunia” tetapi dengan sikap konsisten untuk membaca, mendengar, dan juga melakukan kebenaran firman Tuhan. Pembaruan budi membutuhkan hal yang konsisten untuk terus dibangun di setiap harinya, tidak dalam waktu semalam.


Kita perlu membedakan antara jaminan keselamatan karena karya Kristus dari salib-Nya, dengan proses pembentukan karakter yang harus kita lalui dari hari ke sehari. Pelayanan pelepasan memang berbicara di satu sisi, tetapi di sisi lainnya kita tetap membutuhkan pertumbuhan rohani dan juga memiliki komitmen pribadi. Karena semakin kita bertumbuh dewasa di dalam Tuhan, maka semakin hidup kita dituntun untuk dapat mengenal dan membedakan,


“..manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2).

Kubu Apa yang Dibangun?


“Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,” (2 Korintus 10:5).


Kubu apa yang dibangun di dalam hidup kita? Kalau yang dibangun hanyalah perkataan Iblis yang selalu menipu,


“Kamu tidak disayang Tuhan. Kamu patut dihukum atas semua kesalahanmu..”


Dan semakin lama kita mempercayai perkataannya, maka kubu dusta yang dibangun di dalam hidup kita juga akan semakin kuat. Kita benar-benar akan merasa dan hidup dengan tipu daya Iblis, kita merasa diri kita tidak disayang Tuhan. Tetapi bila kita terus membangun hidup kita dengan kebenaran firman Tuhan, maka kubu firman yang dibangun di dalam hidup kita juga akan bertumbuh semakin kuat dan tidak mudah terpengaruh dusta yang dilontarkan Iblis.


Seseorang yang minder / kurang percaya diri bisa jadi karena pengaruh dari luar atau bisa juga karena adanya pengaruh dari si jahat yang terus memperkatakan bahwa dirinya tidak bisa, tidak pernah layak, dan pada akhirnya selalu hidup di dalam ketakutan. Jangan pernah lupakan bahwa firman Tuhan berkata,


“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7).

Dan juga firman-Nya berkata,


“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,” (Yesaya 43:4).

Dia memanggil kita berharga bukan karena kita berhasil meraih sesuatu di dalam hidup ini, tetapi memang karena hidup kita benar-benar berharga di mata-Nya dan Dia mengasihi kita. Selain itu, kita dapat belajar untuk melihat masih ada rancangan Tuhan yang terbaik dan keindahan rencana-Nya, yang diizinkan-Nya terjadi tidak sesuai waktu kita, tetapi sesuai waktu-Nya. Masih ada anugerah-Nya yang jauh lebih besar dari setiap permasalahan yang sedang kita hadapi, dan anugerah-Nya itulah yang nantinya akan terus memampukan setiap kita untuk melalui berbagai musim kehidupan, bersama dengan-Nya.


Kedua. Iblis sebagai Perusak.


“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8).

Gambaran Iblis di sini seperti singa, yang terus berjalan keliling dan tidak pernah lelah mencari orang yang dapat ditelan dan dirusaknya. Memang Iblis sudah dikalahkan, tetapi dirinya memakai trik. Bila yang pertama kita belajar bahwa dirinya adalah si penipu, sekarang kita belajar dirinya adalah perusak.


Sasaran Perusak: Tubuh Kita.


Contohnya adalah Ayub.


Senjata Perusak: Penderitaan.


Sering kali kita merasa mengapa sudah bertekun dalam berdoa dan membaca firman Tuhan, setia dalam melayani Tuhan.. tetapi hidup kita masih diizinkan mengalami penderitaan?


Tujuan Perusak: Membuat kita tidak lagi mau bertekun terhadap kehendak Allah.


Sekalipun Tuhan mengizinkan terjadi berbagai penderitaan yang tak kita inginkan dan harapkan, tetapi masih tersedia kasih karunia-Nya yang akan memampukan hidup kita untuk melaluinya. Selain itu, di balik setiap penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi juga masih ada rencana dan kehendak Allah terbaik, yang dapat mengajar sesuatu di dalam hidup kita.


Kalau dahulu Tuhan sanggup untuk menolong hidup kita, maka percayalah di setiap musim kehidupan yang sedang kita lalui.. Dia juga masih sanggup untuk menolong setiap kita.


Kita bisa saja capai dengan berbagai hal yang terjadi di dalam hidup kita ini. Kita bisa saja marah dan terus mengeluh mengapa berbagai penderitaan datangnya tak kunjung henti? Kita merasa selama ini sudah banyak berdoa, membaca firman, melayani Tuhan.. tetapi jangan sampai hal tersebut pada akhirnya memenuhi tujuan dari si perusak, yakni kita tidak lagi mau bertekun terhadap kehendak Allah.


“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45).


Tuhan memberikan hujan di bawah langit pada orang yang baik dan jahat, tetapi tetap arahkan fokus pandangan kita di atas langit, pada kekekalan Surga. Seberat apa pun penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi, tetap ada batasnya. Penderitaan ini tidak bersifat kekal.


Pertahanan terhadap Perusak: Anugerah Allah yang diberikan bagi setiap kita.


“Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.” (1 Petrus 5:10).


Ketiga. Iblis sebagai Pendakwa.


“Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”” (Wahyu 12:10).


Untuk mendakwa maka harus ada legal ground / pijakan dasarnya. Roh Kudus dapat berbicara pada kita melalui kebenaran firman Allah yang selama ini kita baca, untuk dapat membuat kita kembali bersungguh hati kepada-Nya. Tetapi dakwaan Iblis yang dilontarkannya siang dan malam, dapat membuat kita semakin jauh dari Allah. Olah karena itu sangatlah penting untuk kita bergaul karib di dalam pembacaan firman Tuhan / Alkitab.


Sasaran Pendakwa: Hati Nurani.


Semua ada landasan berpijaknya. Misalnya, sepasang suami-istri sebelum ke gereja bertengkar hebat dan ada salah satu di antaranya yang menampar pasangannya. Maka ketika ibadah tersebut dimulai, maka seseorang yang menampar pasangannya ini akan berjumpa dengan apa yang namanya,


Senjata Pendakwa: Dakwaan.


Iblis akan merekam apa yang sudah dilakukan si penampar tersebut dan mendakwanya,


“Kamu baru saja menampar pasanganmu. Tetapi kamu masih bisa mengangkat tanganmu dan memuji Tuhan? Bagaimana bisa kamu melakukan hal tersebut?”


Tujuan Pendakwa: Mengajukan Dakwaan berdasar kehendak Allah.


Ketika Iblis mendakwa kita, maka kita harus berdamai dengan hati nurani terlebih dahulu. Tidak menolak dan mau mengakui, tetapi tidak berhenti hanya sampai di tahap ini saja. Kita melanjutkan dengan meminta maaf dan meminta ampun pada pasangan, serta kita mau bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali.


Pertahanan terhadap Pendakwa: Pembelaan Anak Allah yang sudah menebus kita melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib.


“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17).

Tuhan Yesus adalah Pembela bagi hidup kita. Darah-Nya sudah tercurah menebus setiap dosa, dan juga menguduskan hidup kita. Kita tidak mungkin bisa menghampiri-Nya dengan hati nurani yang tertuduh. Oleh sebab itu, selesaikan dan bereskan terlebih dahulu setiap permasalahan kita dengan sesama.


“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” (Matius 5:23-24).


Senjata si pendakwa adalah dakwaannya. Dan ketika dirinya mendakwa bahwa kita tidak pantas untuk menerima semua berkat dan kasih karunia-Nya.. kita bisa menjawabnya memang kita tidak pernah pantas, tetapi ada anugerah Allah yang selalu melayakkan. Melawan si pendakwa bukan dengan hikmat dan kekuatan kita, tetapi dengan kebenaran firman Allah.


Tujuan Iblis sebagai penipu, perusak, dan pendakwa adalah agar hidup kita semakin terpuruk, tidak bisa berbuat apa-apa, dan pada akhirnya tidak dapat menggenapi rencana Allah di dalam hidup. Tetapi baca dan percayalah selalu firman-Nya. Pembelaan dari Anak Allah, yakni Tuhan Yesus, dan harganya sudah lunas dibayar.


“Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (1 Yohanes 2:1).


Kita bisa saja berbuat dosa dan kesalahan, tetapi segera datang pada Tuhan Yesus dan meminta ampun.. dan setelah itu menerima pembelaan dari Anak Allah. Tetapi juga jangan kita meremehkan dengan sikap jatuh bangun ke dalam dosa.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Comments


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page