Lydia CSES - Ketika Hati Berbalik pada Tuhan
- mdcsbysystem
- 5 Agu
- 4 menit membaca
Catatan Khotbah: “Ketika Hati Berbalik pada Tuhan.” Ditulis ulang dari sharing Ibu Pdt. Lydia CSES di Doa & Puasa Bersama Awal Bulan, melalui Zoom Meeting pada Tgl. 1 Agustus 2025.
“Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.” (Daniel 9:3).
Ayat di atas adalah rahasia kekuatan yang dapat dipelajari bersama dari kehidupan Daniel.
Konteks dari ayat firman Tuhan di atas adalah Daniel pada saat itu sedang membaca nubuatan yang telah ditulis oleh nabi Yeremia tentang pembuangan bangsa Israel selama 70 tahun di Babel, di mana setelah itu Tuhan berjanji bahwa mereka akan mendapat kelepasan.
Daniel menyadari bahwa waktu-Nya hampir genap, tetapi kita dapat belajar alih-alih Daniel hanya berdiam diri dan menunggu pasif, dirinya mengambil langkah untuk mengarahkan wajahnya dan terus mencari Tuhan, berdoa dan berpuasa, serta melakukan pertobatan dengan sungguh (mengenakan kain kabung serta abu).
Tiga hal yang dapat kita pelajari bersama dari ayat firman Tuhan di atas adalah,
Bagian Pertama. Doa puasa dilakukan bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi sebuah respon iman.
Memang kata-kata di atas klise adanya, tetapi mengandung kekuatan dan kebenaran di dalamnya. Doa puasa dilakukan bukan hanya sekadar kebiasaan di awal bulan saja, ataupun program rutinitas gereja. Sekalipun hal ini dilakukan dengan rutinitas, tetapi sangat bagus untuk melatih disiplin rohani dalam berpuasa, di dalam hidup kita.
Daniel tahu bahwa janji Tuhan itu pasti, tetapi dirinya juga tahu kalau janji Tuhan itu menuntut respon dari manusia. Karena itu dirinya tidak menunggu dengan pasif dan hanya diam berharap saja, tetapi secara aktif mengambil langkah rohani untuk merendahkan hati dan mencari Tuhan.
Aplikasi: Sering kali kita hanya pasif dan berdiam diri saja untuk menunggu Tuhan bergerak di dalam hidup kita. Tetapi Dia menunggu kapan kita ini mau bangkit berdoa dan berseru kepada-Nya?
Apakah selama ini kita hanya sekadar berdiam diri saja dan menunggu mukjizat dari Tuhan? Atau kita terus aktif mencari Tuhan, dan melakukan dengan setia apa yang menjadi bagian di hidup kita?
Tindakan Nyata:
Pertama. Jadwalkan waktu doa dan berpuasa bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi karena kesadaran diri dan kebutuhan kita yang selalu memerlukan pertolongan Tuhan, di dalam hidup ini.
Kedua. Saat kita merasa menunggu jawaban dari Tuhan terlalu lama, tanyakan ini di dalam hati..
“Apakah kita sudah dan terus bersungguh hati dalam mencari wajah Tuhan?”
Bagian Kedua. Mencari Tuhan dengan sikap hati yang penuh dengan pertobatan.
Di dalam Daniel 9:3 dikatakan bahwa Daniel,
“mengenakan kain kabung serta abu.”
Kata-kata di atas adalah simbol dari kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Melaluinya kita dapat belajar bahwa Daniel tidak hanya sekadar berdoa dan menyatakan dosa serta pelanggaran dari bangsanya kepada Tuhan saja, tetapi dirinya juga menyatukan diri dalam doa dan syafaat. Hal ini mengajar kita bahwa doa yang menggerakkan Surga adalah doa yang lahir dari hati yang hancur dan bersungguh hati untuk terus mengejar-Nya.
Aplikasi: Tuhan tidak mencari seseorang yang dapat berdoa dengan kata-kata indah, tetapi memiliki hati yang tulus. Doa yang didengar Tuhan bukanlah doa yang disertai kata-kata panjang, tetapi doa yang lahir dari sikap kerendahan hati.
Tindakan Nyata:
Pertama. Mulailah setiap doa dengan sikap pertobatan. Bukalah hati dan izinkan Roh Kudus untuk bekerja dan menunjukkan pada kita, area hati mana yang masih perlu dibersihkan.
Kedua. Tuliskan secara pribadi,
“Adakah hal yang perlu kita ampuni dan serahkan di hadapan Tuhan, selama ini?”
Bagian Ketiga. Doa yang berorientasi pada Tuhan, bukan hanya pada masalah.
Perhatikan frasa yang ditulis Daniel,
“Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah..” (Daniel 9:3).
Daniel berfokus pada siapa Pribadi Tuhan itu, bukan pada masalahnya, karena apa yang berada di dalam kepala kita isinya bisa penuh dengan bermacam-macam hal. Karena itulah kita perlu untuk terus mendisiplin dan mengarahkan pikiran kita hanya kepada-Nya. Sehingga yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah,

“Apakah selama ini kita hanya berfokus pada masalah saja? Atau tetap berfokus pada Tuhan?”
Di ayat di atas kita mendapati bahwa Daniel berfokus pada siapa Pribadi Tuhan, bukan pada masalah yang dihadapi dirinya dan juga bangsanya. Kita memang sudah memahami hal ini, tetapi kenyataannya pada saat kita berdoa, kita berfokus pada banyak hal. Karena itu Daniel memulai doanya tidak dengan berkeluh kesah tetapi pada pengakuan atas kebaikan dan kemuliaan Tuhan,
“Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: “Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu!”” (Daniel 9:4).
Aplikasi: Terkadang kita memang diizinkan untuk menghadapi masalah yang begitu besar dan tidak mudah, tetapi selama ini kita hanya berfokus kepada masalah, tidak pada Pribadi Tuhan. Kita harus belajar untuk menertibkan apa yang ada di dalam pikiran kita, dan tetap mengarahkan pandangan kita hanya kepada Tuhan.
Sadarilah bahwa Dia masih jauh lebih besar dari segala apa pun yang sedang kita hadapi.
Tindakan Nyata:
Pertama. Ubahlah fokus doa kita. Mulailah dengan memuji dan menyembah Tuhan, bukan dengan keluhan. Semuanya bergantung pada apa yang ada di dalam pikiran kita. Sekalipun kita memiliki waktu yang cukup lama untuk menyembah Tuhan, tetapi bila pikiran kita tidak didisiplin dan terus berlari ke mana-mana, maka kita tidak akan dapat menujukan pandangan kita hanya pada Tuhan, dan berfokus hanya kepada-Nya. Selain itu, kita juga akan mengalami kesulitan untuk dapat mendengar suara dan kehendak-Nya bagi hidup kita.
Kedua. Latihlah diri untuk selalu berdoa,
“Tuhan, aku rindu untuk dapat mengenal Engkau lebih dari sekadar hanya ingin mendapat jawaban dari semua permohonan doaku.”
Bagian Penutup.
Tuhan bergerak ketika kita mau berbalik kembali kepada Dia, dengan penuh kesungguhan hati.
Daniel 9:3 ditulis bukan hanya sekadar untuk catatan sejarah saja, tetapi Dia rindu untuk menggenapi semua janji-Nya di dalam hidup kita. Dia rindu agar kita dapat mendatangi Dia dengan penuh kerinduan dan membangun hubungan karib dengan-Nya di dalam doa dan pembacaan firman-Nya di Alkitab, di setiap hari.. lebih dari sekadar kita hanya mencari jawaban doa dari-Nya.
Tuhan tidak pernah jauh dari kita. Dia selalu menanti kapan saatnya kita bersungguh hati mencari-Nya. Ketika hati kita bersungguh-sungguh berbalik kepada-Nya, maka hal itu akan menjadi rahasia kekuatan di dalam hidup kita.
Bagian Pertanyaan Reflektif.
Pertama. Apakah kita selama ini hanya berdiam diri menunggu Tuhan bertindak? Atau kita terus aktif untuk mencari wajah dan kehendak-Nya?
Kedua. Apakah kita selama ini sudah mengarahkan fokus dan perhatian kita hanya kepada Tuhan? Atau kita masih berfokus pada besarnya masalah?
Ketiga. Adakah bentuk pertobatan nyata yang bisa kita lakukan, dimulai pada hari ini?
Amin. Tuhan Yesus memberkati..




Komentar