top of page

Hedwin Kadrianto - Man & Woman of Influence

  • mdcsbysystem
  • 8 Jun
  • 10 menit membaca

Catatan Khotbah: “Man & Woman of Influence.” Ditulis ulang dari sharing Pdm. drg. Hedwin Kadrianto, Sp.PM., di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 25 Mei 2025.


Pada dasarnya setiap dari kita ini mudah terpengaruh oleh keadaan sekitar, sekalipun bisa jadi kita tidak tahu apa alasan yang sebenarnya di balik kita terpengaruh dan melakukan semua kegiatan tersebut.


Peer Pressure.


Ada sebuah video yang menunjukkan tentang apa yang namanya peer pressure / tekanan sosial yang dirasakan seseorang untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan norma, nilai, atau harapan dari kelompok teman sebaya mereka. Hal ini bisa berwujud tekanan untuk melakukan hal yang sama dengan orang lain, atau untuk tidak melakukan hal yang tidak disukai oleh teman sebaya, dengan tujuan agar dirinya dapat diterima dan disukai oleh kelompok tersebut.


Di dalam video tersebut diperlihatkan ada seorang pasien yang baru datang di ruang tunggu praktik dokter, di mana sebelumnya beberapa pasien yang sudah menunggu di sana terlebih dahulu sudah di-briefing / diarahkan ketika ada bunyi beep, mereka harus berdiri bersama-sama.


Pada mulanya pasien baru itu kebingungan melihatnya dan hanya duduk saja. Tetapi setelah beberapa kali bunyi beep, pasien baru itu ikut-ikutan berdiri, tanpa tahu apa alasan sebenarnya mengapa dia harus berdiri.


Setelah semua pasien yang di-briefing itu sudah pulang semua, datanglah pasien baru kedua. Hal yang sama pun berulang, ketika ditanya pada pasien baru pertama mengapa harus berdiri saat ada bunyi beep? Pasien pertama tidak tahu apa alasannya, yang penting dia berdiri saja saat ada bunyi beep. Pada akhirnya, pasien kedua pun ikut-ikutan berdiri, tanpa tahu apa alasannya.


Di video yang ditayangkan, hal ini dilakukan sampai ada pasien baru ketiga yang datang. Hal yang sama pula, dirinya juga ikut berdiri saat ada bunyi beep setelah melihat dan diberitahu pasien baru kedua. Dan alasannya tetap sama yakni, karena semua orang sebelumnya telah melakukannya.


Kita hidup di dalam dunia yang penuh dengan pertarungan pengaruh / influence, dan memiliki kecenderungan untuk takut menjadi berbeda sendirian, dan sangat mudah terbawa arus yang ada di sekitar kita. Itulah sebabnya kita perlu mengisi pikiran dengan kebenaran firman Tuhan dan bertumbuh di dalam komunitas rohani yang benar dan membangun iman, agar kita memiliki dasar kehidupan kerohanian yang kuat dan tidak mudah tergoncangkan oleh angin pengajaran yang menyesatkan, yang membuat kita jauh dari Dia.


Barulah setelah itu kita bisa memberi pengaruh yang baik dan benar, dalam kehidupan sesama kita.


Bila kita melihat di media sosial, maka kita akan menemukan adanya peran buzzer / seseorang / kelompok yang bertugas menyebarkan informasi atau opini tertentu, sering kali dengan motif tertentu di media sosial. yang berusaha menggiring opini untuk mem-framing / membentuk pola pikir kita, terhadap sebuah peristiwa. Bisa jadi bila sebelumnya kita memiliki pendapat A, dapat terpengaruh dan berubah menjadi B ketika membaca banyak jawaban dari buzzer tersebut.


Bagaimana caranya untuk menjadi seseorang yang dapat membawa pengaruh yang baik?


Yang pertama dan pastinya adalah, jangan mudah terpengaruh dengan keadaan sekitar karena pasti banyak yang berusaha untuk mempengaruhi dan membuat kita jauh dari persekutuan yang karib bersama dengan Tuhan di dalam doa dan membaca firman-Nya di dalam Alkitab.


Otak Manusia seperti Spons.


Otak manusia diibaratkan bekerjanya seperti spons. Kalau kita tidak mau memenuhinya dengan kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab, maka otak kita akan menyerap dan menyimpan banyak nilai yang kurang baik, yang ada dalam dunia ini..


Kekuatiran.


Kita bisa mendapatkan banyak berita yang membuat kita kuatir dari komunitas, acara keluarga, reuni teman-teman, dan banyak hal lainnya. Dari yang sebelumnya memiliki damai dan sukacita Tuhan, karena tidak berhati-hati menjaga hati kita, maka kedua hal tersebut dapat dicuri musuh dan kita menjadi kuatir.


Kebiasaan buruk.


Sebelumnya kita tidak berbuat hal yang aneh-aneh, tetapi karena terpengaruh komunitas kita, karena banyak orang yang melakukannya.. kita jadi ikut melakukannya. Jangan lupakan firman Tuhan yang mengatakan,


“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33).

Emosi, negatif, kepercayaan lain.


Kita jadi ikut-ikutan mempercayai hal-hal yang sebenarnya sangat tidak diperlukan. Kepercayaan untuk membeli rumah baru dengan melihat posisi tertentu, memulai usaha ada tanggal tertentu, dan banyak kepercayaan lainnya.


Different moral values.


Banyak nilai berbeda yang kita jumpai di dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita. Ada yang terbiasa tidak berdoa sebelum makan, pada hari Minggu banyak yang terbiasa tidak ke gereja dan melakukan aktivitas lainnya, dan banyak nilai-nilai yang dapat mempengaruhi kebiasaan baik kita. Semua kembali pada kita, apakah kita masih mau memegang prinsip dan nilai-nilai yang baik dan benar? Atau kita akan dengan mudahnya terseret arus dunia?


Adanya film, lagu, banyak berita di sosial media.. ada nilai-nilai seperti kiss & sex before married yang dianggap normal, padahal ini hanya boleh dapat dilakukan setelah kita diberkati di dalam pernikahan yang kudus di hadapan Tuhan dan juga gereja-Nya. Banyak lagu dunia yang liriknya tidak benar, dan membuat kita jauh dari Tuhan.


Selain itu masih ada nilai godaan dosa, peer pressure, dan berbagai tuntutan sosial lainnya.


Seharusnya otak kita diisi dengan kebenaran firman Tuhan, sama seperti spons yang direndam dan dipenuhi dengan air. Semuanya bertujuan agar kita memiliki dasar kerohanian yang kuat dan tidak mudah terombang-ambing pengaruh kanan dan kiri. Sekalipun sekitar kita berbuat dosa, kita tetap memiliki dasar teguh dan tidak mau melakukan perbuatan yang mendukakan hati-Nya.


Behavior / tingkah laku, how do i live / bagaimana caranya kita menjalani kehidupan dibentuk oleh values / nilai-nilai what is good and right / apa yang kita yakini baik dan benar. Setiap values dibentuk dari Beliefs / keyakinan what is true / apa yang kita yakini benar. Dan beliefs kita dibentuk dari worldview / sudut pandang dunia tentang what is real / apa yang kita yakini nyata adanya.


Karena itu ketika kita memutuskan bahwa hidup ini harus dipenuhi dengan firman Tuhan di setiap harinya, maka kita akan diberi kerinduan untuk semakin lebih karib lagi dengan Tuhan Yesus dan menjangkau jiwa yang belum pernah mendengar Injil Kristus. Kita akan lebih mempercayai bahwa Tuhan Yesus yang kita sembah itu masih jauh lebih besar dari segala permasalahan hidup yang sedang kita pergumulkan, dan kita percaya bahwa Surga dan Neraka itu nyata adanya. Kalau kita dapat mempercayai semuanya ini nyata adanya, maka perilaku kita seharusnya juga ikut berubah.


Firman Tuhan mengatakan,


“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:16-17).


Di dalam Tuhan dan komunitas, putuskan untuk tetap hidup sesuai dengan kehendak-Nya.


“sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” (Efesus 4:13-15).


Garam dan Terang dunia.


“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:13-16).


Identitas dan panggilan di dalam hidup kita adalah menjadi garam dan terang dunia. Kita tidak dipanggil untuk menjadi garam di tengah lautan ataupun menjadi lampu penerang di tengah terangnya toko lampu, tetapi di tempat yang membutuhkan rasa dan kehangatan terang Kristus, yang telah tinggal di dalam hidup kita.


“Let your conversation be always full of grace, seasoned with salt, so that you may know how to answer everyone.” (Colossians 4:6, NIV).

Tambahkan “sedikit garam” di dalam percakapan kita, karena hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk dapat menggarami dan mempengaruhi keadaan sekitar dengan warna Tuhan.


Bagaimana caranya?


Misal, di dalam komunitas karyawan mungkin banyak yang tidak setuju dan menjelek-jelekkan keputusan pimpinannya. Tetapi kita masih bisa memandang, masih ada yang bisa diambil dari sisi positifnya. Seperti, meskipun begini kita bersyukur masih bisa mendapat pekerjaan karena di luar sana banyak orang yang mengalami PHK, dan banyak hal lainnya yang masih bisa disyukuri. Selain itu, kita juga masih bisa menjadi “garam” di grup whatsapp kita dengan berbagi renungan firman Tuhan, ataupun kata-kata yang menguatkan iman.


“The true measure of leadership is influence—nothing more, nothing less.” John C. Maxwell.

Seseorang yang bisa mempengaruhi lingkungannya, adalah seorang pemimpin.


Di dalam kisah “Naaman Disembuhkan” yang kisahnya ditulis di dalam 2 Raja-Raja 5, kita dapat belajar akan siapa yang menjadi leader / pemimpin dan yang membawa influence / pengaruh?


Biasanya orang-orang akan menunjuk nama besar seperti Naaman, Benhadad raja Aram, Yoram raja Israel, dan nabi Elisa sendiri. Tetapi di dalam kisah Naaman yang disembuhkan ini, justru yang menjadi pemimpin dan yang membawa pengaruh adalah hamba / anak perempuan.


Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” (ayat 2-4).


Anak perempuan ini sekalipun masuk dalam golongan yang disebut triple minority yakni, seorang perempuan yang kurang dianggap suaranya, orang asing, masih berusia muda / anak-anak yang pikirannya belum dewasa, beragama lain, budak yang diperjualbelikan dan tawanan perang, serta tidak disebutkan namanya / tidak dianggap penting.. tetapi kita dapat memanggilnya dengan a leader / seorang pemimpin. Mengapa?


A Leader is someone who has something to offer, to change / influence the context.

Seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan, untuk mengubah / mempengaruhi lingkungannya.


Positional Vs. Functional Leader.


Siapa pun dan apa pun jabatan kita, Tuhan ingin memakai setiap kita untuk dapat menjadi garam dan terang, yang dapat mengubah lingkungan di manapun kita ditempatkan.


Bila kita dipercaya menjadi seorang pemimpin dan berpengaruh secara positional yakni Direktur, Ketua Umum, dan berbagai jabatan strategis lainnya.. maka puji Tuhan. Gunakan dan manfaatkan sebaik-baiknya, buatlah pengaruh serta kebijakan yang bermanfaat bagi banyak orang dan yang dapat memuliakan nama-Nya.


Tetapi bila posisi kepemimpinan dan pengaruh kita hanyalah sekadar functional, tetaplah menjadi berkat dan berusaha untuk mempengaruhi keadaan di sekitar menjadi jauh lebih baik lagi.


“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” (1 Korintus 1:27-29).


Prinsip apa saja yang dapat kita pelajari dari hamba / anak perempuan istri Naaman?


Pertama. Foundation.


Sekalipun hamba / anak perempuan ini menjadi budak dan tawanan yang terbuang di Damaskus, Syria, dirinya tetap mengenal Allahnya dengan benar dan nyata adanya. Statusnya sebagai tawanan dan dibuang di negara asing, tidak mempengaruhi pengenalannya akan Allah.


Anak perempuan ini percaya bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah yang masih sanggup untuk melakukan mukjizat terbaik-Nya, dan imannya pada Allah tidak didasarkan pada perasaan atau situasi tetapi pada Pribadi Allah sendiri dan fakta, bahwa Dia tidak pernah berubah.


Anak perempuan ini percaya bila di masa lalu Allah sanggup membelah Laut Merah, memelihara nenek moyangnya di padang gurun, dll. Maka di masa sekarang dan sampai kapan pun, Allah masih sanggup untuk menyatakan kuasa-Nya. Bagi anak ini, tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk dapat menyembuhkan penyakit kusta tuannya.


Kedua. Character.


Tidak mudah bagi seorang panglima perang mau mendengar nasihat dari seorang hamba, apalagi ini masih berusia anak-anak. Tetapi kita dapat belajar bahwa anak perempuan ini membuktikan dirinya bisa dipercaya melalui: Etos kerjanya (skillful & excellent), kejujuran / integritas, dan memiliki karakter yang baik serta dapat dipercaya.


Ketiga. Purposeful.


Anak perempuan ini mau untuk mengutamakan kehendak Allah, jauh di atas kepentingan pribadinya. Sekalipun yang sakit kusta adalah seseorang yang menawan dan memperbudaknya, serta kerajaan Aram juga berperang terus melawan Israel.. tetapi anak perempuan ini tetap memiliki belas kasihan pada tuannya yang sedang sakit kusta, dan dengan tulus hati mau mengusahakan kesejahteraan tuannya.


Bukankah firman Tuhan juga mengingatkan setiap kita untuk mencari dan mengutamakan terlebih dahulu kerajaan-Nya, jauh di atas kepentingan pribadi kita sendiri?


“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).

Mungkin saja keadaan kita sekarang sedang diizinkan Tuhan untuk bekerja di tempat toxic / yang memberikan pengaruh buruk dan dampak negatif pada kesehatan mental serta emosional seseorang. Hal ini bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan pertemanan, keluarga, atau pun pekerjaan. Lingkungan toxic biasanya ditandai dengan perilaku seperti kritik yang merusak, gosip, manipulasi, dan kurangnya dukungan atau empati.


Tetapi apa yang dilakukan hamba / anak perempuan tersebut mengingatkan kita pada ayat di bawah ini, yang merupakan panggilan setiap kita untuk tetap menjadi berkat di manapun Tuhan menempatkan hidup kita,


“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7).

Keempat. Spirit—Led.


Hamba / anak perempuan ini peka terhadap kesempatan untuk bersaksi, serta dirinya memiliki kerinduan agar nama Tuhan nantinya dapat dikenal dan dipermuliakan melalui kehidupannya. Sebab di dalam situasi krisis / needy / membutuhkan, seseorang lebih terbuka terhadap pertolongan.


Kita dapat melihat hasilnya di mana Naaman disembuhkan dari penyakit kustanya, percaya pada Allah Israel, dan memutuskan hanya beribadah kepada-Nya (2 Raja 5:14-17). Tidak cukup di sini, Tuhan Yesus juga menyebut Naaman ketika Dia menyampaikan dan mengajar tentang kasih Allah kepada bangsa-bangsa lain, sambil menegur kebebalan bangsa Israel (Lukas 4:27).


Pada suatu hari ada penelitian terhadap sekian ratus orang mengenai faktor sosiodemografis / studi tentang karakteristik sosial dan demografis sekelompok individu, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Studi ini digunakan untuk memahami perbedaan di antara individu di dalam populasi, dan bagaimana karakteristik tersebut dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan, perilaku, dan interaksi sosial.


“Hal apakah yang membuat seseorang itu memutuskan untuk percaya pada Kristus?”


Dari sisi gender dan tingkat pendidikan, jawabnya bukan. Dari keadaan sosial dan ekonomi yang menurun, jawabnya bukan. Ternyata jawabnya berasal dari Life Crisis / saat mereka mengalami krisis kehidupan / istilah umum yang mengacu pada periode kesulitan emosional, mental, atau fisik yang dialami seseorang, seringkali terkait dengan perubahan besar dalam hidup, seperti kehilangan, transisi karier, atau masalah kesehatan.


Tetapi kata krisis sendiri di dalam bahasa Mandarin terdiri dari 2 karakter (危机 - wei ji)..

Karena itu, siapa pun diri kita yang mungkin merasa kecil dan tidak signifikan, firman Tuhan mengatakan supaya kita bangkit dan menjadi garam dan terang bagi sekitar kita..


“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” (Yesaya 60:1-2).


Karena itu usahakan kesejahteraan / carilah kerajaan Allah, carilah tahu apa yang Tuhan mau kita kerjakan di dalam keluarga, tempat kerja, gereja tempat kita tertanam, komunitas, bidang apa pun, Surabaya, Jawa Timur, dan bangsa Indonesia.


Kerjakanlah mulai dari hal kecil, tetaplah setia berdoa dan melakukan firman Tuhan, serta mengajak orang lain untuk terlibat melalui keteladanan hidup kita yang dimampukan Roh Kudus untuk terus menjadi Garam dan Terang dunia bagi sesama yang membutuhkan.


Sesungguhnya ada banyak hal yang masih dapat kita lakukan di dalam kehidupan ini, untuk kita menjadi berkat dan terang Kristus, mempengaruhi banyak orang dan memuliakan nama Tuhan, serta membawa sebanyak orang untuk dapat mengenal Kristus, melalui kehidupan kita yang selalu dimampukan Roh Kudus untuk dapat menjadi teladan hidup bagi orang-orang di sekitar.


Karena itu, di manapun kita ditempatkan bukanlah sebuah kebetulan. Sesungguhnya bukan kita yang memilih tetapi Tuhan sendiri yang memilih agar hidup kita dapat menjadi berkat, menjadi garam dan terang dunia, di manapun Tuhan menempatkan diri kita. Dan pertanyaannya adalah,


“Apakah kita selama ini sudah menjadi berkat dan membawa pengaruh yang baik dan benar bagi orang-orang di sekitar kita? Atau justru kita masih sering dipengaruhi dunia, dan bahkan menjadi batu sandungan bagi sesama kita?”


Teruslah belajar dari kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab, di setiap hari putuskan untuk tetap menjadi garam dan terang dunia, serta pengaruhi orang-orang yang ada di sekitar kita dengan nilai-nilai kerajaan Allah. Semuanya bukan berbicara tentang siapa kita, tetapi agar nama Tuhan sendiri yang ditinggikan di antara bangsa-bangsa. Dan anugerah-Nya yang akan selalu memampukan setiap kita untuk terus dipakai Tuhan dan memuliakan Dia, di manapun kita berada.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page