Gunawan Iskandar - Hidup Hanya Satu Kali
- mdcsbysystem
- 26 Jul
- 14 menit membaca
Catatan Khotbah: āHidup Hanya Satu Kali.ā Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Gunawan Iskandar di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 20 Juli 2025.
Kita hidup hanya satu kali, mati pun kita juga hanya satu kali. Suka ataupun tidak, siap atau tidak, kita memiliki kesempatan hidup hanya satu kali saja. Hal inilah yang tetap akan terjadi, entah kita mau mengisi hidup ini dengan banyak berbuat baik atau menyia-nyiakannya berlalu begitu saja. Kita hanya hidup satu kali saja, dan tidak akan pernah bisa mengulang apa yang terjadi di masa lalu.
āSaudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.ā (Filipi 3:13-14).
Melalui suratnya, Paulus mengajar setiap kita ada tiga hal yang dapat dipelajari tentang bagaimana caranya menyikapi hidup yang hanya berjalan satu kali ini, supaya kita tidak menyia-nyiakannya.
Bagian Pertama. Belajar Melupakan.
āSaudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku..ā (Filipi 3:13).
Kita sering mendengar istilah āJust Forget It!ā / sudah lupakan saja karena sudah lewat, dan mengapa kita harus mengingatnya kembali.
Tetapi melalui ayat di atas kita harus belajar memutuskan untuk melupakan secara aktif. Memang ada beberapa hal penting yang tidak boleh kita lupakan, tetapi sebenarnya tidak sedikit pula hal yang tidak penting, tetapi sangat susah untuk kita lupakan di dalam kehidupan ini.
Kata āmelupakanā merupakan kata kerja aktif, bukan sesuatu yang nanti akan terlewat atau kita akan lupa dengan sendirinya. Kita sendiri yang harus secara aktif mengambil keputusan di setiap harinya untuk mau melupakan, tidak mengulangnya lagi, tidak mengingat, dan tidak memikirkannya kembali.
Hal apakah yang kita harus belajar melupakan?
Pertama. Melupakan dosa dan pelanggaran.
Kita sangat suka kalau memiliki Tuhan yang Mahapengasih, mau mengampuni, dan melupakan setiap dosa dan pelanggaran yang sudah kita perbuatādan memang Tuhan itu sudah melupakannya. Tetapi kita sendiri sulit untuk melupakan setiap dosa dan pelanggaran yang sudah kita perbuat. Lalu kita menjadi sulit berdamai dengan diri sendiri, dan kita juga menjadi sulit untuk berdamai dengan orang lain.
Karena pada mulanya kita tidak bisa berdamai dengan diri sendiri, lalu kita menjadi kesal, mengukur dan terus menyiksa diri atas berbagai kesalahan yang sudah kita perbuat.
Di dalam Yohanes 8:1-11 mencatat pada kita kisah seorang perempuan yang kedapatan berzinah, yang dibawa ahli Taurat dan orang-orang Farisi (ayat 2) kepada Tuhan Yesus, yang di mana kita semua tahu bahwa Dia adalah satu-satunya Pribadi yang layak untuk menghukum perempuan tersebut.
Tetapi kita semua tahu bagaimana kisah akhirnya. Dia membungkuk, lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Ketika mereka terus-menerus bertanya pada-Nya, Iapun bangkit berdiri dan lalu berkata kepada mereka semua,
āBarangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.ā (ayat 7).
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya (ayat 9).
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: āHai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?ā Jawabnya: āTidak ada, Tuhan.ā Lalu kata Yesus: āAkupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.ā (ayat 10-11).
āTidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.ā (Mazmur 103:10-12).
Dia adalah Tuhan yang memilih untuk membuang sejauh timur dari barat, segala dosa dan pelanggaran kita. Kalau Dia adalah Tuhan yang mudah untuk melupakan dosa, apa alasan kita untuk selalu mengingat dosa serta pelanggaran kita sendiri dan juga sesama kita ?
Marilah kita belajar untuk menghargai kasih karunia Tuhan yang sudah menebus hidup kita. Kalau kita mau belajar mengampuni dan berdamai dengan diri kita sendiri, itu artinya kita mau belajar menghargai karya salib-Nya di dalam hidup kita. Semakin kita belajar untuk mau berdamai dan mengampuni kesalahan diri kita sendiri, maka semakin mudah kita bisa mengampuni kesalahan orang lain yang telah bersalah pada kita.
Bukankah firman Tuhan mengatakan,
āDan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.ā (Matius 22:39).
Kalau kita tidak mau belajar untuk mengasihi dan mengampuni diri sendiri terlebih dahulu, maka kita akan mengalami kesulitan untuk mengasihi dan mengampuni kesalahan yang sudah diperbuat orang lain di dalam hidup kita.
Kedua. Melupakan kegagalan dan keberhasilan yang sudah kita perbuat di masa lalu.
Kegagalan di masa lalu bukan untuk dikoleksi, demikian pula hal yang sama dengan keberhasilan bukan hak kita untuk menjadikannya sebagai monumen, dan lalu kita diam saja di tempat, mengagumi, puas dengan keberhasilan kita di masa lalu, dan kita tidak berbuat apa-apa lagi.
Rasul Paulus melupakan apa yang terjadi di belakangnya (Filipi 3:13). Demikian pula dengan diri kita yang juga harus belajar untuk melupakan, baik itu keberhasilan maupun kegagalan di masa lalu.. karena masih ada masa depan yang jauh lebih penting dan berharga dari sekadar masa lalu kita. Karena Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang masih memegang hari esok.
Dia masih memegang kendali atas hidup kita, dan Dia dapat mengubah masa depan kita. Bukan mengubah apa yang terjadi di masa lalu kita.
Karena itu kita harus belajar untuk melupakan kegagalan dan keberhasilan di masa lalu. Kita tidak boleh berpuas diri di titik yang sekarang.
Mungkin di masa lalu kita pernah berhasil dan sukses, puji Tuhan. Tetapi Dia ingin agar kita tetap keep going / terus melangkah dan moving forward / bergerak ke arah masa depan. Untuk melihat bahwa Tuhan itu masih mempunyai banyak hal besar di dalam hidup kita. Hidup kita masih belum selesai sampai di sini saja. Kalau kita banyak mengalami kegagalan di masa lalu, Tuhan mau agar kita dapat melupakannya. Karena Dia masih memiliki rencana yang jauh lebih besar dari segala kegagalan dan keberhasilan, yang pernah diraih di masa lalu.

Kegagalan jangan dikoleksi, tetapi keberhasilan juga jangan dijadikan monumen. Jangan biarkan hidup kita berpuas diri dan membangun monumen, dan lalu kita hanya memandangnya sebagai akhir perjalanan dari hidup kita. Tuhan masih memiliki rencana yang jauh lebih besar dari semua yang pernah terjadi di masa lalu kita.
Ketika pengadilan di Singapura memutuskan Ps. Kong Hee bersalah dan dijebloskan masuk ke dalam penjara.. dirinya pada saat itu banyak menerima cercaan dan makian dari seluruh warga Singapura, dan perkataan mereka sangatlah mengerikan. Di MRT, bus, tempat keramaian.. 8 dari 10 orang membicarakan dirinya, dan banyak dari antara mereka yang berkata kasar terhadapnya.
Tetapi saat Ps. Kong datang dan berkhotbah di Gereja MDC Surabaya, dirinya menjadi pribadi yang berubah. Dirinya tidak lagi mengingat dan hidup dengan tuduhan masa lalu, tidak mau lagi menghukum dirinya sendiri, dan just forget it. Dirinya mau meninggalkan masa lalunya yang kelam, dan melihat bahwa Tuhan masih memiliki rencana besar di dalam hidupnya. Sekalipun hal ini memang tidaklah mudah, tetapi dirinya mau untuk terus belajar dari semua hal sulit yang pernah dilalui, di sepanjang hidupnya.
āSekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,ā (Filipi 3:4-8).
Kita bisa mendengar kesaksian perubahan hidup dari Ps. Kong. Bagaimana dulunya dia adalah seorang yang angkuh dan sombong karena memiliki gereja besar serta jemaatnya banyak, bahkan pada saat dirinya masuk ke dalam kantor, semua karyawannya merasa ketakutan. Dan dia sangat menikmati keadaan ini. Tetapi setelah Tuhan mengizinkan dia diproses dan masuk ke dalam penjara.. dirinya belajar dan hidup di dalam zero anger / kemarahan yang kosong. Dirinya belajar untuk melepas segala amarah dan keangkuhan.
Dulunya Ps. Kong merasa bangga dan sukses. Tetapi sama seperti yang dikatakan rasul Paulus, apa yang dulunya dianggap keuntungan, sekarang dia mau kembali dan bersungguh hati pada Kristus.
Gereja tanpa berita Salib dan Kristus, hanyalah klub sosial. Kekristenan tanpa Kristus, hidup kita tidak memiliki arti apa-apa. Pertanyaannya adalah,
āApakah hidup kita masih memandang pada Kristus, dan juga pada kasih karunia-Nya?ā
Jangan berhenti hanya karena kita pernah berhasil di masa lalu, atau hanya karena kita sering mengalami kegagalan. Tetaplah menatap masa depan, karena di dalam Kristus kita masih memiliki harapan dan masa depan, serta masih ada rencana Allah yang harus digenapi di dalam hidup kita.
Ketiga. Belajar untuk melupakan segala kepahitan yang pernah terjadi di dalam kehidupan ini.
Di dalam hidup ini kita hanya boleh mengingat dan menikmati rasa pahitnya kopi hitam, selain itu tidak boleh. Mengapa? Karena menyimpan kepahitan di dalam hidup ini sama sekali tidak ada gunanya.
āBitterness leads to brokenness in spirit. Ketika kita menyimpan kepahitan terlalu lama di dalam kehidupan, maka semangat kita akan menjadi patah.ā (Lailah Gifty Akita).
Ketika menyimpan kepahitan di dalam hidup, maka lama-kelamaan kita akan kehilangan motivasi karena kita menjadi seseorang yang selalu curiga terhadap semua orang. Kita akan merasa kesulitan untuk bergaul dengan sesama, karena kita merasa takut disakiti perasaan kita. Kalau selama hidup terus diisi dengan kepahitan saja, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk melihat Tuhan masih bisa bekerja dan memberkati hidup kita.
Karena itu jangan sering mengungkit dan hidup di dalam masa lalu. Hidup ini bukanlah sebuah drama, jangan membuat sinetron berjilid-jilid dan tidak pernah tamat. Buatlah story / cerita yang indah di dalam hidup kita, dan pastikan tidak ada unsur kepahitan di dalamnya.
Lebih baik membicarakan hal yang positif dan indah di meja makan, daripada membicarakan hal yang pahit di tempat tersebut. Lebih baik menutup setiap jamuan makan bersama keluarga dengan segelas kopi pahit, daripada ditutup dengan pembicaraan yang pahit di momen tersebut.
Belajarlah untuk melupakan segala kepahitan terhadap siapa pun. Belajarlah untuk hidup berdamai dengan semua orang.
Firman Tuhan mengatakan,
āBerbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.ā (Matius 5:9).
Pada suatu hari Pdt. Gunawan menemani teman dari jemaat, dari Jakarta balik ke Singapura. Di sepanjang perjalanan dirinya selalu mengomel, dan dari topik pembicaraannya tersimpan ada luka dan kepahitan. Ketika makanan dari pihak penerbangan datang, semua omelan tersebut rasanya seperti menghilangkan appetite / nafsu ingin makan.
Karena itu jangan meracuni keluarga kita dengan bumbu pahit, tetapi berikan bumbu manis bagi mereka. Kalau kita bisa mem-posting hal-hal yang positif dan manis di akun Instagram kita, maka āpostinglahā hal-hal yang positif dan manis juga, yang keluar dari mulut kita bagi keluarga kita.. sebelum kita berangkat tidur pada malam itu.
Belajarlah melupakan masa lalu, belajarlah melupakan segala bentuk kepahitan.
Bagian Kedua. Mengarahkan.
ā..dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,ā (Filipi 3:13).
Dalam hidup yang hanya satu kali ini, melalui ayat di atas Paulus mengajar setiap kita agar hidup kita memiliki arah, tidak sembarangan di dalam hidup, dan menjalani hidup yang memiliki tujuan. Sebab seseorang yang paling kasihan di dalam hidup ini adalah seorang yang selalu berputar-putar, tetapi tidak memiliki tujuan sama sekali.
Pada suatu hari, putra dari Pdt. Gunawan ingin bermain basket dan diajak di sebuah lapangan di lingkungan dekat apartemennya. Namun lapangan tersebut sama sekali tidak memiliki ring basket, padahal permainan basket sendiri lebih menarik karena ada ring / keranjang basketnya.
Demikian pula dengan permainan golf.
Walau hole / lubang bola golfnya kecil, bukan sebesar wajan, justru di sinilah tantangannya. Hal yang sama pula dengan sepakbola, yang harus ada gawangnya. Kita dapat menendang bola ke arah gawang lawan, tetapi jangan sampai kita menendang bola ke arah gawang kita sendiri.
Hidup ini harus memiliki arah dan tujuan yang jelas, jangan hanya asal dengan sembarangan kita hidup agar kita ini tahu, mau dibawa ke mana arah hidup kita. Karena mengarahkan sama dengan kita memiliki gol / tujuan di dalam hidup.
Karena itu arahkan diri kita pada panggilan Surgawi. Setiap dari kita diselamatkan tidak hanya untuk memenuhi Surga saja, tetapi juga untuk menggenapi rencana Allah di dalam hidup kita.
āTo give life a meaning, one must have a purpose larger than self. Untuk memberi arti di dalam hidup, kita harus memiliki tujuan yang jauh lebih besar daripada hidup itu sendiri.ā (Will Durant).
Mengapa kita tidak memiliki arti di dalam hidup ini, salah satunya karena kita tidak memiliki tujuan.
Kalau kita ingin agar anak-anak kita dapat bersekolah di luar negeri, maka kita akan berpikir keras dan mengubah mental kita supaya mereka dapat bersekolah dengan baik, mendapat beasiswa, dan segala cita-citanya dapat tercapai.
Lebih baik hidup ini memiliki tujuan, daripada tidak memilikinya sama sekali.
āYang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,ā (Filipi 3:10).
Di ayat di atas, Paulus menulis dengan sangat jelas dan dirinya tahu apa yang dia inginkan. Cita-cita di dalam hidupnya adalah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya, serta agar dapat menjadi serupa dengan Dia di dalam kematian-Nya.
Mengapa banyak orang Kristen hidupnya asal-asalan dan tidak bertumbuh? Karena mereka tidak memiliki target / tujuan di dalam hidupnya. Setiap dari kita harus memiliki tujuan. Hari esok harus menjadi lebih baik dari hari ini, dan karakter kita dapat bertumbuh semakin serupa Kristus.
Selama satu bulan ini kita belajar banyak tentang Joy / Sukacita dari kitab Filipi, dan karakter kita harus berubah menjadi lebih baik lagi yakni, memiliki karakter Kristus. Tidak hanya di dalam kehidupan bergereja saja, tetapi di manapun kita berada. Di dalam kehidupan berkeluarga kita juga harus berubah menjadi lebih baik. Anak-anak kita harus dapat memandang bahwa Ayah / Ibu mereka kini memiliki karakter yang seperti Kristus.
Kalau kita memiliki tujuan untuk memiliki karakter seperti Kristus, maka hidup ini akan jadi memiliki arti. Mengapa? Karena kita memiliki tujuan untuk menjadi lebih baik, dari hari kemarin.
Untuk memiliki karakter Kristus, Rasul Paulus memberikan formulanya yakni memiliki persekutuan dengan-Nyaābukan persekutuan biasa-biasa saja tetapi justru persekutuan di dalam kematian-Nya. Apa maksudnya?
āSetiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.ā (Matius 16:24).
Kalau kita tidak pernah menyangkal diri dan mengubur segala ego serta keinginan pribadi, maka kita tidak akan pernah bisa untuk memiliki karakter Kristus di dalam kehidupan ini.
āIa (Yesus) harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.ā (Yohanes 3:30).
Kalau ego kita yang semakin besar dan Kristus yang semakin kecil, berarti ada sesuatu yang salah dengan diri kita. Dan kita harus bertobat..
Bagian Ketiga. Berlari pada Tujuan.
ādan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.ā (Filipi 3:14).
Berlari itu memerlukan daya juang, semangat, komitmen, dan juga perseverance / ketekunan, kesabaran, tetap bertahan, dan tidak menyerah sampai tujuan di dalam hidup kita tercapai. Memang untuk terus berlari itu membuat capai dan melelahkan, tetapi kita perlu apa yang namanya komitmen untuk keep going & keep fighting / terus melangkah dan berjuang, di hidup kita.
Mungkin kita bisa terjatuh, tetapi jangan pernah berhenti dan teruslah kembali berlari. Milikilah selalu komitmen di dalam hidup ini š„
āSaya sudah sering kali memberitahukan kepadamu, dan sekarang saya mengulanginya lagi dengan menangis, bahwa ada banyak orang yang hidupnya merusak arti kematian Kristus disalib. Hidup orang-orang seperti itu akan berakhir dengan kehancuran, sebab ilah mereka adalah keinginan (hawa nafsu / daging) tubuh mereka sendiri. Hal-hal yang memalukan, justru itulah yang mereka banggakan; sebab mereka memikirkan hanya hal-hal yang berkenaan dengan dunia ini saja.ā (Filipi 3:18-19, BIMK).
Apa yang membuat kita berhenti dan gagal melanjutkan komitmen kita? Keinginan Daging.
Apa yang enak setelah kita selesai berlari? Minum minuman dingin, makan sesuatu, lalu tidur / beristirahat. Kalau kita sudah menikmatinya, maka kita akan berhenti. Tetapi kalau kita mau terus berlanjut, besok kita mengambil sepatu yang sama dan mulai berlari lagi. Kita memiliki komitmen.
Demikian juga dengan setiap aspek di dalam hidup. Apa yang kita lakukan selama ini tujuan sesungguhnya bukan hanya untuk manusia, tetapi hidup kita yang dipersembahkan bagi Kristus, yang telah memberikan diri-Nya terlebih dahulu untuk penebusan dosa-dosa kita. Kalau Dia sudah memberikan yang terbaik dari hidup-Nya, mengapa kita tidak memberikan yang terbaik?
Filosofi Gereja MDC.
Filosofi dari Gereja MDC adalah,
āKeTuhanan Yesus Kristus, Hubungan Ikat Janji, Melakukan yang Terbaik, Mentalitas Kerajaan Allah, dan Pengabdian.ā
Sebagian besar gereja memiliki volunter / sukarelawan dari jemaatnya. Dan karena sifatnya hanyalah sukarela, mereka melakukannya hanya pada saat suka dan memiliki kerelaan saja.
Tetapi salah satu filosofi di Gereja MDC adalah adanya pengabdian / servanthood / keadaan atau sifat / karakter seorang hamba / pelayan atau jiwa melayani. Karakter ini meneladani Yesus,
āKarena Anak Manusia (Yesus) juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.ā (Markus 10:45).
Karena itu servanthood adalah pengabdian kita, dan yang terutama adalah untuk mencari apa yang menyukakan hati Tuhan, karena Dia sudah terlebih dahulu memberikan nyawa-Nya untuk penebusan dosa-dosa kita. Kita tidak mencari kesenangan kita sendiri, tetapi mencari kesenangan-Nya Tuhan.
Sukarela tidak memiliki komitmen, kalau masih suka dan rela, kita akan melakukannya. Kalau sudah tidak suka dan rela lagi, kita bisa berhenti. Tetapi seseorang yang hidupnya melayani Tuhan, tahu bahwa pengabdiannya hanya ditujukan pada Tuhan.. hal ini bukanlah karena sukarela, tetapi karena dia tahu apa yang dilakukannya itu dapat menyukakan hati Tuhan. Karena dia tahu, Tuhan sudah memberikan nyawa-Nya bagi hidupnya.. sehingga kita mau untuk mengabdikan hidup hanya untuk melayani-Nya.
Karena itu acara āVolunteerās Nightā seharusnya dikemas dengan format bukan hanya untuk berterima kasih pada sukarelawan yang sudah mau melayani Tuhan saja, tetapi lebih kepada memberi penghormatan kepada Dia yang sudah memberi kesempatan bagi kita untuk bisa melayani dan mengabdi kepada-Nya.
Karena tidak semua orang yang diselamatkan itu mendapat kesempatan untuk bisa melayani-Nya.
Jadi kalau kita memiliki kerinduan untuk dapat melayani Tuhan, hal itu adalah sebuah kehormatan di dalam hidup kita. Ada seseorang yang ingin melayani Tuhan, tetapi tidak sanggup untuk terus bertahan dan pada akhirnya menyelesaikan pelayanan tersebut.
Oleh sebab itu, Servanthood / Pengabdian pada Tuhan itu membutuhkan komitmen sepenuh hati, sedangkan volunter tidak memiliki komitmen, melakukan hanya selagi dia suka dan rela saja. Kalau sudah tidak memilikinya lagi, bisa jadi pada suatu hari kelak dia akan berhenti.
Tetapi orang yang tahu mengabdikan hidupnya kepada Tuhan, dirinya memiliki komitmen seumur hidup untuk mengiring dan melayani Tuhan. 
AI = Angels Intelligence.
āKarena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.ā (Ibrani 12:1-4).
Karena kita memiliki banyak saksi bagaikan awan yang mengelilingi diri kita.. marilah menanggalkan setiap beban, kepahitan, dan dosa di dalam hidup kita yang begitu merintangi. Tanggalkan masa lalu kita yang begitu kelam, karena kita memiliki banyak saksi yang mengelilingi hidup kita.
Pada waktu Pdt. Gunawan dijemput oleh Pdt. Andreas Rahardjo dan Bp. Arief Tjendera di bandara Juanda, Bp. Arief memperkenalkan pada Pdt. Gunawan mengenai aplikasi ChatGPT untuk mencari info tentang seseorang dan bagaimana perjalanan hidup mereka selama ini..
Hari-hari ini semua data dan privasi kita tersimpan di Cloud / penyimpanan online yang dapat diakses lewat internet.. yang di mana ada beberapa hal, orang-orang bisa membacanya dengan bebas. Karena itu, jangan hidup dengan sembarangan. Suka ataupun tidak, hidup kita hari-hari ini dengan mudah dibaca baik oleh orang yang kita sukai, maupun orang yang tidak kita sukai.
Hidup jangan sembarangan hidup.
Karena Hidup Hanya Satu Kali saja, pakailah untuk memenuhi rencana dan kehendak Tuhan di dalam hidup kita. Ketika orang lain mencari nama kita, biarlah ditemukan banyak hal baik yang sudah kita kerjakan di dalam hidup ini. Banyaklah melakukan hal baik, tinggalkan legacy / warisan yang baik dan benar bagi anak cucu kita. Wariskan nama baik bagi penerus kita. Berikan kemuliaan hanya bagi nama-Nya, bukan bagi siapa pun. Hidup yang hanya satu kali ini ditujukan hanya bagi Kristus.
Karena itu, singkatan AI yang sebenarnya jangan-jangan bukan Artificial Intelligence, melainkan adalah Angels Intelligence.
Bila perjalanan hidup kita selama ini dicatat baik oleh manusia, hal itu adalah baik adanya. Tetapi jangan pernah lupakan bahwa pada suatu hari kelak kita harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat selama ini, di hadapan-Nya. Suka atau tidak, Tuhan itu mencatat apa saja yang sudah kita perbuat selama di dunia ini.
Karena itu pertanyaannya adalah,
āMaukah kita meresponi firman Tuhan, dan memberikan hidup yang tersisa ini untuk ditulis dengan ātinta emasā untuk menggenapi rencana Tuhan? Supaya nama-Nya yang nanti akan dipermuliakan, dan anak cucu kita juga tidak menjadi malu karena membawa nama kita, di belakang nama mereka. Nama Tuhan yang akan dipermuliakan, dan semua rencana-Nya dapat digenapi seutuhnya di dalam hidup kita.ā
Suka atau tidak, kita hanya memiliki kesempatan untuk hidup hanya satu kali saja.
Karena itu, jangan sembarangan hidup. Tetapi manfaatkanlah selalu waktu yang ada, lupakan yang telah lalu, dan arahkan pandangan kita hanya pada Salib Kristus. Hargai setiap pengorbanan-Nya. Jangan asal dalam hidup, dan jangan bertekun di dalam dosa. Tanggalkan setiap beban dosa dan kepahitan yang begitu merintangi, pakailah hidup kita untuk memuliakan nama-Nya.
Marilah memperbarui komitmen.
Jangan lagi dengan sembarangan hidup, tetapi hidup yang hanya sekali ini kita pakai untuk menggenapi setiap rencana Tuhan. Tanggalkan segala kegagalan dan keberhasilan di masa lalu, segala yang menyakiti hidup kita selama ini, dan arahkan pandangan kita hanya pada Salib Kristus yang berharga, dan telah menebus dosa-dosa kita.
Sejauh timur dari barat, Tuhan itu sudah membuang dosa kita dan Dia tidak mengingatnya lagi. Karena itulah milikilah kerinduan agar hidup kita yang hanya satu kali ini saja, dapat dipakai untuk membawa kemuliaan bagi nama-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Komentar