Ery Prasadja - Journey to the Top
- mdcsbysystem
- 22 Okt 2023
- 9 menit membaca
Catatan Khotbah: āJourney to the Top.ā Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Ery Prasadja di Ibadah Minggu MDC Putat, pada Tgl. 1 Oktober 2023..
Introduction 1. Pemberitahuan Ketiga tentang Penderitaan Yesus.
āKetika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: āSekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.āā (Matius 20:17-19).
Ayat di atas adalah sebuah kisah di mana Tuhan Yesus menceritakan pada murid-muridNya bagaimana Dia harus menderita. Dan Dia memberitakan kematian-Nya di kitab Injil ini ditulis sampai empat kali, dan tidak ada mukjizat sama yang sampai diulang sebanyak empat kali dalam peristiwa yang berbeda, yang ditulis di dalam Alkitab. Dia pernah memberi makan lima ribu dan empat ribu orang, menyembuhkan yang tuli / tidak bisa mendengar sebanyak dua kali, menyembuhkan yang buta / tidak dapat melihat sebanyak dua kali. Dan bila Dia memberitahu penderitaan yang harus dialami-Nya sebanyak empat kali, pasti ada maksud dan tujuan yang Dia ingin ajarkan pada setiap kita.
Pdt. Ery mengajar ketiga anaknya untuk membantu pekerjaan rumah berupa,
Mencuci piring, walau memakai mesin tetapi setelah mesin tersebut selesai mencuci, setiap piring yang sudah dicuci harus diletakkan di tempatnya masing-masing. Mencuci pakaian, walau juga memakai mesin pencuci tetapi setelah pakaian tersebut kering harus dirapikan dan ditaruh di kamar masing-masing sesuai dengan pemilik dari pakaian tersebut. Dan ketiga, membuang sampah di tempat sampah khusus di depan rumah.
Dan di rumahnya, Pdt. Ery harus selalu mengingatkan ketiga anaknya di setiap minggu akan apa yang sudah menjadi tanggung jawab dari anak-anaknya, sesuai dengan gilirannya masing-masing. Mengingatkan waktunya untuk mencuci piring, pakaian kotor yang sudah waktunya dimasukkan ke dalam mesin pencuci, dan sampah yang sudah waktunya dibuang karena tempatnya sudah penuh.
Mengapa harus selalu diingatkan? Karena ketiga anaknya masih belum memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah, atau bisa jadi karena mereka tidak suka melakukan kegiatan tersebut. Ketiga anak dari Pdt. Ery lebih suka menonton film, bermain game, dan menikmati berbagai entertainment / hiburan yang menyukakan hati mereka.
Dan sama seperti Tuhan Yesus di pembacaan ayat firman Tuhan di atas yang terus mengingatkan penderitaan yang harus dialami-Nya sampai empat kali, karena murid-muridNya tidak suka mendengar kisah tentang penderitaan dan mengalaminya. Bahkan Alkitab pernah mencatat pada kita kisah tentang Petrus yang tidak menyukai akan apa yang nantinya harus dilalui Tuhan Yesus sampai Dia menegurnya keras,
āSejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: āTuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.ā Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: āEnyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.āā (Matius 16:21-23).
Pemberitahuan sebanyak empat kali yang disampaikan-Nya karena hal ini adalah suatu hal yang sangat penting, merupakan kebenaran, dan murid-muridNya, termasuk kita, tidak suka dengan berita yang memiliki topik āpenderitaanā. Kita lebih menyukai berita dan hal-hal yang mengatakan bahwa kita diberkati.
Tidak salah memang. Tetapi kita dapat belajar dari pemberitahuan ketiga-Nya,
āSekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.ā (Matius 20:18-19).
Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa sebelum mencapai ending / hasil akhir yang berupa kebangkitan-Nya dari kematian, Dia harus mengalami ādiolok-olokkan, disesah dan disalibkanā sampai Dia mati, ādan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.ā
Dan di introduction 1 mengajar kita tentang natur manusia yang mengatakan,
Manusia tidak mau dan tidak suka menderita.
Introduction 2. Permintaan Ibu Yakobus dan Yohanes.
āMaka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: āApa yang kaukehendaki?ā Jawabnya: āBerilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.ā (Matius 20:20-21).
Ayat di atas menceritakan pada kita kisah tentang ibu Yakobus dan Yohanes yang datang pada Tuhan Yesus dan mengatakan kalau kerajaan-Nya sudah berdiri nanti, maka anak-anaknya dapat ditaruh di sebelah kanan dan kiri-Nya, yang di mana ibunya ingin agar anak-anaknya, kalau di zaman sekarang, dapat menjadi perdana menteri, menteri koordinator, atau menempati posisi-posisi strategis.
Tuhan Yesus sering mengajar tentang kerajaan Allah, dan di dalam pikiran ibu Yakobus dan Yohanes setelah selesai mendengarnya hanyalah berfokus pada pikiran duniawi yang di mana Yesus nantinya akan menjadi raja atas bangsa Israel, memiliki istana lengkap dengan perdana menteri dan segenap pasukannya, dan Dia diharapkan dapat mengalahkan dan mengusir keluar penjajah Romawi dari tanah Israel.
Dilihat dari sisi hati seorang ibu, hal ini tidaklah salah karena pasti setiap orang tua berharap agar anak-anaknya dapat sukses, berhasil, dapat mencapai posisi puncak yang terbaik, sekolah bisa juara dengan nilai maksimal, dan hidupnya dapat membanggakan kedua orang tuanya. Kalaupun bekerja, setiap orang tua pasti berharap agar anak-anak yang memulai pekerjaannya dari menjadi karyawan, bisa meningkat menjadi manajer, dan bahkan suatu hari nanti bisa diberkati menjadi owner dan diberi posisi terbaik.
Dan di introduction 2 mengajar kita tentang natur manusia yang mengatakan,
Keinginan manusia untuk menjadi yang terbaik, bahkan jauh lebih baik lagi.
Kalau manusia tidak ada semangat untuk menjadi lebih baik lagi, maka tidak ada yang namanya mobil, dan kita hanya naik dokar. Bahkan kendaraan mobil pun sekarang dibuat ada yang memakai listrik, bahkan nantinya sedang dirancang dibuat otonom / tanpa driver. Kita diciptakan untuk dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya, di setiap aspek di dalam hidup kita.
Tetapi yang menjadi permasalahan di sini adalah ketika dua natur dan dua fondasi ini dicampuradukkan. Natur manusia yang tidak mau dan tidak suka menderita tidak dapat digabung dengan keinginan manusia untuk menjadi yang terbaik, bahkan jauh lebih baik lagi. Dan Tuhan Yesus sendiri mengajar kita sebelum ada momen kebangkitan-Nya, Dia harus melalui momen ādiolok-olokkan, disesah dan disalibkanā dan bahkan sampai kematian-Nya.
Kadang kita merasa capai dan mau menyerah ketika menghadapi berbagai penderitaan yang tak kunjung henti di dalam hidup ini. Tetapi sama seperti yang dialami Tuhan Yesus, masih ada momen kebangkitan dan juga kemuliaan setelah momen penderitaan. Dari momen penderitaan, kita dapat belajar untuk terus berjuang dan menguatkan diri agar dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Journey 1. Membayar Harga.
āTetapi Yesus menjawab, kata-Nya: āKamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?ā Kata mereka kepada-Nya: āKami dapat.āā (Matius 20:22).
Ketika di Getsemani Tuhan Yesus berdoa,
āYa Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.ā (Matius 26:39).
Tetapi dua orang murid-Nya dengan begitu mudahnya tanpa berpikir terlebih dahulu mengatakan ākami dapat meminum cawanā tersebut. Padahal di perikop sebelumnya (20:17-19), Dia sudah memberitahu murid-muridNya tentang berbagai penderitaan yang harus dilalui-Nya, sebelum kebangkitan-Nya.
Anak laki-laki dari Pdt. Ery sangat menyukai mobil, dan dirinya melihat banyak orang pada saat musim panas keluar mengendarai mobilnya, sambil menikmati segarnya udara. Dan ketika putra dari Pdt. Ery melihat mobil Lamboghini, dirinya berkata: āOne day, that will be my first car.ā Tetapi yang tidak disadarinya, harga dari merek kendaraan tersebut sangatlah mahal. Dirinya harus menabung dengan ekstra keras, dan bisa jadi menghemat tidak makan di luar dan memilih makan di rumah. Di dalam hatinya Pdt. Ery berkata,
āKamu tidak tahu dan tidak menyadari apa yang sedang kamu impikan, dan betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk mewujudkan mimpimu tersebut di dunia nyata.ā
Dan sama seperti permintaan ibu dan kedua putranya, mereka tidak tahu seberapa besar harga yang harus mereka bayar ketika āmeminum cawanā tersebut. Tuhan Yesus yang āmeminum cawanā tersebut harus mengalami penderitaan sampai berujung pada kematian-Nya, baru Dia mengalami momen kebangkitan. Dan sama seperti putra dari Pdt. Ery yang juga harus membayar harga dan menabung uang.. demi dapat membeli mobil tersebut.
Semakin tinggi impian yang ingin dicapai, maka semakin mahal pula harga yang harus dibayar. Ada yang tidak tahu, tetapi ada banyak lagi orang yang tidak mau tahu menahu akan hal ini.
Definisi dari keuntungan / profit adalah sesuatu yang kita ingin peroleh sesuai dengan besarnya risiko yang dapat kita tanggung. Kalau kita ingin mencapai impian yang tinggi, maka bisa jadi harga yang harus kita bayar juga tinggi.
Contoh. Bagi seseorang yang gemar berolahraga naik ke puncak gunung, maka pemandangan yang paling bagus justru terletak di puncak, karena tidak ada halangan apa pun untuk menikmatinya. Tetapi untuk menuju ke puncak, dibutuhkan orang-orang yang berani untuk terus bertahan, terus mendaki naik ke atas puncak, dan berani membayar harganya. Karena pemandangan di bawah tidak seindah pemandangan yang di atas. Kalau ingin mendapat pemandangan yang lebih bagus, maka kita harus berani untuk membayar harganya lebih.
Kita ingin berhasil dan mencapai yang terbaik, maka kita perlu membayar harganya. Jangan memiliki mental gratisan dan gampangan. Sama seperti Tuhan Yesus yang berkata kalau ending / hasil akhirnya adalah momen kebangkitan, Dia harus melalui berbagai momen penderitaan.
Journey 2. Mencari, Mengejar, dan Taat pada Kehendak Tuhan bukan Ambisi Pribadi.
āYesus berkata kepada mereka: āCawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.āā (ayat 23).
Dari ayat di atas, Tuhan Yesus mengatakan untuk duduk di sebelah kanan atau kiri, Dia tidak berhak memberikannya. Hanya Bapa di sorga yang sudah menyediakan dan menentukannya. Bisa jadi kita memiliki cita-cita yang tinggi, dan ingin mencapai berbagai keberhasilan. Dan memang hal ini tidaklah salah. Tetapi sebagai orang Kristen, ada penilaian berbeda karena keberhasilan kita dinilai dari kalau kita mau mencari, mengejar, dan taat pada kehendak Tuhan bukan pada ambisi pribadi kita.
Dunia menganggap kita mencapai keberhasilan bila kita banyak mendapat income / pendapatan, memiliki banyak rumah, memiliki banyak gelar, pangkat, dan juga jabatan pekerjaan menyilaukan.
Pada suatu hari ada anak-anak muda yang menjemput Pdt. Damaris untuk melayani di sebuah acara retreat di Ungaran. Dan ketika yang menjemputnya bertanya, malam ini mau makan apa.. Beliau menjawab,
āKok bertanya pada saya? Bertanyalah pada Tuhan Yesus, Dia maunya makan apa?ā
Jawabannya memang sungguh jenaka, tetapi tajam dan berkata langsung di hati setiap pendengarnya. Dan melalui jawaban yang diberikan Beliau, kita kembali diingatkan kalau kita terkadang sering lupa bertanya pada Tuhan Yesus, apa yang sesungguhnya Dia mau dari hidup kita, dan apa yang harus kita kerjakan?
Dua orang mentor / pembimbing rohani dari Pdt. Ery pernah memberikan nasihatnya ketika kita sedang berada di persimpangan jalan, tidak ada petunjuk mengenai jalan mana yang harus kita ambil.
Mentor pertama mengatakan,
āKalau berada di persimpangan jalan dan tidak tahu jalan mana yang menjadi kehendak Tuhan.. saya akan lebih memilih jalan yang terasa lebih sulit. Kalau kita tahu jalannya dan bagaimana kelanjutan ceritanya, tidak menjadi masalah. Tetapi kalau tidak yakin mengenai jalan mana yang harus kita tempuh, pilihlah jalan yang sulit dan tetap berharap pada Tuhan.ā
Mentor kedua mengatakan,
āBiasanya apa yang Tuhan mau, manusia tidak mau. Demikian sebaliknya. Biasanya apa yang manusia mau, Tuhan tidak mau.ā
Dua nasihat ini memang tidaklah populer. Banyak orang berpikir kalau jalannya mulus, dan tidak ada penderitaan.. itu pasti jalannya Tuhan. Padahal belum tentu itu adalah jalan terbaik-Nya. Dan momen di mana Tuhan Yesus harus menderita dan disalib, dan setelah itu bangkit, telah mengajarkan pada kita..
āSebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.ā (Yesaya 55:8-9).
Keberhasilan kita dinilai kalau kita mau mencari, mengejar, dan taat pada kehendak Tuhan bukan pada ambisi pribadi kita.. berapa pun harganya. Tidak perlu menunggu hasilnya, karena ketaatan kita pada kehendak Tuhan, itulah hasilnya.
My will or Godās will? My plan or Godās plan?
āSebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.ā (Yeremia 29:11).
Journey 3. Kerendahan Hati dan Pengendalian Diri.
āTetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: āKamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.ā (Matius 20:25-28).
Di ayat di atas Tuhan Yesus ingin mengajarkan konsep-Nya kalau kita ingin menjadi yang terutama dan terbesar, maka kita harus belajar untuk menjadi seorang pelayan dan mau melayani. Kalau mau menjadi hebat, maka kita harus belajar merendahkan hati dan mengendalikan diri.
Terkadang kita seperti seseorang yang berlatih tinju. Untuk menjadi yang terbaik, kita merasa bahwa kita harus hidup dan memakai cara kekerasan. Tetapi kembali lagi firman Tuhan berkata,
āBerbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.ā (Matius 5:5).
Hal ini adalah cara kerja dan strateginya Tuhan, dan memang tidaklah populer. Selama ini kita ingin dilayani, menjadi tuan, dan kalau bisa hanya kita yang menang terus, lainnya jangan sampai menang. Dan ini adalah natur dari manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Tetapi Tuhan Yesus sudah memberi keteladanan-Nya, memang Dia akan bangkit tetapi semua harus dilalui-Nya dengan penderitaan terlebih dahulu.
Tidak dengan cara dan jalan kekerasan, tetapi dengan cara dan jalan kelemahlembutan. Tidak dengan menjadi tuan, tetapi menjadi seorang hamba. Tidak dilayani, tetapi mau melayani.
Kesimpulan.
āDemikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.ā (Matius 20:16).
Kalau kita sedang antri panjang, maka kita sangat berharap agar antrian di depan kita dapat segera berlalu. Tetapi cara kerja Tuhan berbeda dengan cara kerja dan strategi kita manusia. Sukses adalah ketaatan dan sikap berserah kita pada apa yang menjadi kehendak-Nya Tuhan. Kalau semuanya serba gratis dan begitu mudah didapat.. maka kita tidak akan perlu membayar harga apa-apa.
Tuhan Yesus memberitahukan murid-muridNya, termasuk kita, tentang penderitaan yang harus Dia lalui sebanyak empat kali. Dan di dalam hidup ini pun berlaku sama, penderitaan pasti diizinkan-Nya untuk kita lalui. Tetapi melalui ke semuanya, teruslah mengejar yang terbaik, jangan mudah berpuas diri hanya sampai berada di tengah-tengah / average saja. Jadilah yang terbaik. Beranilah untuk membayar harganya. Banyaklah berdoa dan mencari wajah-Nya, apakah ini yang menjadi kehendak Tuhan atau tidak. Mencari, mengejar, dan taat pada kehendak Tuhan. Bukan pada ambisi pribadi. Belajarlah rendah hati dan juga mengendalikan diri.
Dan cara kerja Tuhan itu berbeda dengan cara kerja dan strategi kita. Sukses adalah ketaatan dan sikap berserah kita pada apa yang menjadi mau dan kehendak Tuhan.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..




Komentar