Mimi Santosa - Semua karena Anugerah-Nya
- mdcsbysystem
- 17 Apr 2023
- 5 menit membaca
Diperbarui: 28 Apr 2023
Catatan Khotbah: āSemua karena Anugerah-Nyaā. Ditulis dari sharing Ibu Pdt. Mimi Santosa di Ibadah Minggu Tgl. 16 April 2023.
Ayat Bacaan: Yohanes 5:1-9.
Ayat di atas adalah peristiwa yang terjadi di kolam Betesda, yang di mana kata tersebut berasal dari bahasa Ibrani āBet hesdaā yang memiliki arti Rumah Kemurahan, atau Rumah Anugerahā. Kata āAnugerahā sendiri merupakan berkat pemberian dari Tuhan, sesuatu yang kita terima dari-Nya, yang sebenarnya kita ini tidak layak untuk menerimanya. Dan anugerah terbesar yang sudah kita terima adalah Keselamatan yang sudah diberikan Tuhan Yesus melalui karya salib-Nya, dan juga Kuasa Kebangkitan, melalui kebangkitan-Nya dari kematian.
Anugerah Tuhan.
Pertama. Belas Kasihan Tuhan.
āKetika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"ā (ayat 6).
Godās Grace is Immeasurable, His Mercy is Inexhaustible, His Peace is Inexpressible.
Sebenarnya hidup kita selama ini sudah penuh dengan belas kasihan Tuhan, dan kita hidup dalam naungan anugerah-Nya. Hanya saja kita tertutup dengan berbagai rutinitas, beratnya masalah yang dialami yang tak kunjung selesai, serta berbagai berkat dari-Nya.. padahal kebaikan Tuhan yang selama ini kita alami sungguhlah banyak. Selain itu, berapa banyak dari kita pascapandemi ini sudah menjauh dari-Nya? Kita sudah tidak dapat lagi melihat belas kasihan Tuhan yang terjadi di dalam hidup kita, dan keadaan kita secara rohani bisa dikatakan seperti āorang yang sedang sakitā.
Kita mulai merasa tawar hati, sudah enggan untuk melayani.. tetapi marilah menerobos semua keengganan itu, agar kita tidak menjadi ālumpuhā dan malas secara rohani.
Kedua. KeMahatahuan Tuhan.
ā..berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"ā (ayat 6).
āKemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."ā (ayat 14).
Tuhan tidak hanya ingin kita mengalami kesembuhan secara fisik saja, namun anugerah Tuhan juga turun dan bekerja untuk kesembuhan jiwa. KeMahatahuan Tuhan itu bekerja melampaui pandangan jarak terdekat kita.
Kita dapat melihat, dan mungkin sudah sering mendengar kisah Yusuf yang mendapat mimpi bahwa dirinya kelak akan menjadi seorang penguasa. Kejadian 37 bercerita,
āKarena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." (ayat 6-7).
āAku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." (ayat 9).
Tetapi apa yang terjadi dalam hidupnya? Alih-alih Yusuf mendapat berbagai promosi dan berbagai kejadian yang mendekatkan dirinya pada takhta penguasa, Yusuf malah mengalami berbagai proses dan penderitaan yang justru menjauhkan dirinya dari takhta. Demikian pula dengan kita. Mungkin apa yang kita rasakan selama ini, kita adalah orang yang salah untuk mengalami berbagai proses dan penderitaan. Ditambah lagi, tak ada seorang pun yang peduli dan mau membantu hidup kita.
Kita hanya bisa melihat dari jarak dekat, namun hanya Tuhan yang bisa melihat gambaran besarnya. Dia Mahatahu, bahkan lebih tahu kehidupan detail kita lebih dari kita sendiri melihatnya. Anugerah-Nya masih ada dan setia dalam memelihara hidup kita. Oleh karena itu, jagalah hidup kita dengan sungguh-sungguh.
Ketiga. Kuasa Tuhan.
āDan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat.ā (Yohanes 5:9).
When God steps in, miracles happen.
Tidak ada satu pun di dalam dunia ini yang jauh lebih besar kuasanya dari kuasa kebangkitan Tuhan Yesus, yakni kuasa yang mengalahkan maut. Tidak ada seorang pun yang dapat menaklukkan kuasa dosa dan kuasa maut. Kuasa-Nya jauh lebih besar dari kuasa para malaikat. Firman-Nya berkata,
ā..Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.ā (Matius 28:18).
Respon Manusia.
Pertama. Merasa Tertinggal.
āJawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."ā (Yohanes 5:7).
Respon kita adalah sering merasa tertinggal. Kita sering mencurigai Tuhan dengan berkata mengapa hidup kita tidak seenak dan tidak seberuntung lainnya, dan kita mulai membandingkan hidup kita dengan sesama. Semuanya terjadi karena hidup kita selama ini di-drive semata-mata hanya oleh materi.
Jangan pernah lupakan bahwa kita hidup karena pemeliharaan anugerah-Nya semata. Berkat Tuhan tidak selalu harus diukur materi.
Kedua. Mental Banyak Alasan.
"Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.āā (ayat 6-7).
Padahal dengan jelas Tuhan Yesus bertanya āMaukah engkau sembuh?ā Tetapi jawabannya lain. Manusia adalah āprofesorā dalam beralasan. Dan mental banyak alasan ini membuat kerohanian kita mandul, dan tidak dapat mempermuliakan nama-Nya.
Ada cerita mengenai Joni dan Budi yang datang terlambat ke sekolah. Dan saat ditanya gurunya, mereka berdua menceritakan ākesibukannyaā.
Dimulai dari Joni yang bercerita bahwa tadi malam dirinya bermimpi mewakili sekolah untuk mengikuti lomba di Singapura. Karena lama dan bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan lombanya, Joni jadi terlambat bangun dan sampai di sekolah. Bagaimana dengan Budi? Ketika ditanya gurunya, Budi beralasan dirinya datang terlambat karena di dalam mimpi, Budi harus menjemput Joni terlebih dahulu di bandara.
Gurunya hanya bisa berkata kalau murid-muridnya begitu pintar mencari banyak alasan.
Tuhan mau kita terus maju, agar kerohanian kita tidak mandul dan nama-Nya dipermuliakan.
Ketiga. Memiliki Mental Korban.
āDi situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.ā (ayat 5).
Mental korban selalu membuat banyak alasan. Tetapi Tuhan Yesus sudah memberi keteladanan pada kita, Dia menjalani momen salib bukan dengan mental korban, tetapi mental seorang pemenang. Dan hal ini terbukti dari ucapan dan tindakan-Nya sehingga,
āAllah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!ā (Filipi 2:9-11).
Sekalipun Yesus sempat ditinggalkan Bapa-Nya,
āKira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?ā (Matius 27:46).
Tetapi Dia berkata,
āLalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.ā (Lukas 23:46).
Ayat di atas bukanlah mental korban. Sekali pun Dia harus mengalami banyak penderitaan, Yesus tetap hidup dalam ketaatan pada Bapa-Nya. Kalau kita terus bertanya pada-Nya,
āKenapa Tuhan?ā
Maka tidak akan pernah ada jawabannya. Jangan memiliki mental korban. Apakah hidup kita mau terus berkutat pada keputusasaan? Atau kita mau untuk terus maju? Seseorang yang sakit lumpuh tetap mengalami kesembuhan, karena ada anugerah Tuhan di dalam hidupnya. Demikian hal yang sama, teruslah maju, anugerah-Nya pasti akan memberkati dan menyertai kita.
Implementasi.
āJadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!ā (Roma 6:15).
āTetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.ā (1 Korintus 15:10).
Anugerah Tuhan di dalam hidup kita masih ada, marilah terus berjalan di dalam jalan anugerah-Nya. Jangan pernah menyerah, karena kuasa kebangkitan-Nya masih tersedia untuk memampukan setiap kita untuk menyelesaikan kehendak-Nya. Kita yang sudah menerima anugerah-Nya, jangan sekali-kali bermain dengan api dosa. Biarlah anugerah dari Tuhan terus bertambah besar di dalam hidup kita.
Selain itu, Paulus ingin agar kita dapat melayani-Nya dengan lebih sungguh. Berguna bagi Dia lebih lagi. Menjadi alat dan tangan perpanjangan Tuhan untuk membawa kesembuhan dan pemulihan bagi orang-orang yang sakit secara fisik dan juga secara mental.
āDalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.ā (2 Korintus 4:8-9).
Jangan menyerah dalam menjalani hidup ini.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..




Komentar