top of page

Betuel Himawan - Ukuran Alkitab tentang Kesehatan Keuangan

  • mdcsbysystem
  • 19 Okt
  • 10 menit membaca

Catatan Khotbah ā€œUkuran Alkitab tentang Kesehatan Keuangan.ā€ Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Betuel Himawan di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 28 September 2025.


ree


Segala sesuatu itu memiliki standar ukurannya, dan apa yang Alkitab katakan tentang kesehatan keuangan? Marilah kita belajar bersama pada hari ini, mempelajarinya dari standar ukuran C.C.Li.Ter. Melaluinya kita dapat belajar, apakah kondisi kesehatan keuangan kita sedang sehat atau tidak?


Ukuran Pertama. C = Cakap dalam Pekerjaan.


Ukuran pertama seseorang apakah dirinya sedang sehat atau tidak keadaan finansialnya selama ini adalah, apakah dirinya sudah menjadi Cakap di dalam pekerjaan dan tanggung jawab, serta sudah menyelesaikan panggilan Tuhan di dalam hidupnya / belum? Sering kali di dalam hidup ini kita juga banyak mengeluh karena tidak memiliki ini dan itu, mungkin bisa jadi karena kita tidak memiliki kecakapan yang cukup, sehingga kita tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal.


ā€œPernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.ā€ (Amsal 22:29).

Seseorang bisa berhasil ketika dapat mengelola setiap sumber daya yang dimilikinya, dan mampu mengubah menjadi kecakapan di dalam hidupnya. Karena itulah jangan hanya sekadar mencari hoki / keberuntungan semata tetapi kuasailah kecakapan dan kemampuan yang dapat membuat diri kita menjadi jauh lebih baik lagi.


Bp. Benjamin Rahardjo mengatakan,


ā€œKalau kamu bekerja, bekerjalah untuk menjadikan dirimu emas. Karena kalau kamu sudah menjadi emas, kamu tidak perlu lagi mencari emas, orang lain akan mencari kamu.ā€

Kalau kehadiran kita membawa dampak yang nyata dalam kehidupan di sekitar, maka kita pasti akan dicari orang. Karena itu pikirkanlah berapa banyak budget / biaya yang selama ini sudah kita alokasikan untuk dapat memperlengkapi diri menjadi semakin ahli di dalam segala sesuatu. Pikirkan juga bagaimana caranya agar anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang jauh lebih cakap.


Ketika Bp. Pdt. Betuel dan Ibu Siuling Himawan memberi handphone / HP untuk pertama kalinya pada putrinya, mereka berdua sebagai orang tua menitipkan pesan pada anaknya,


ā€œHP adalah berkat Tuhan, yang merupakan sebuah fasilitas untuk kita dapat mengembangkan diri.ā€


Karena itu kalau anak-anak kita memiliki HP, pastikan prinsipnya adalah, HP tersebut memang adalah HP pintar / smartphone, tetapi HP tersebut juga harus dapat memintarkan penggunanya.


Dengan keberadaan smartphone di tangan anak-anak, seharusnya dapat melatih mereka untuk dapat belajar mengatur budget / biaya pengeluaran serta membantu mereka untuk mengelola dengan bijaksana, apa yang bisa mereka dapatkan.


Jangan hanya mengandalkan keberuntungan, karena di balik keberuntungan pasti ada kerja keras yang selama ini tidak pernah kita lihat.


Karena itulah ukuran pertama dari keuangan yang sehat, dapat diarahkan pada kecakapan. Jadikan diri kita sebagai emas, yang dapat memberi manfaat yang baik bagi sekitar dan memuliakan-Nya.


Ukuran Kedua. C = Cukup dengan bagian kita.


ā€œJauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku (CUKUP). Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.ā€ (Amsal 30:8-9).


Penulis kitab Amsal di pasal 30 ini adalah perkataan dari Agur bin Yake, yang kemungkinan adalah nama samaran dari seseorang yang kata-katanya sedang viral pada masa itu. Atas seizin Roh Kudus, semua perkataan tersebut dapat dikompilasi dengan baik dan dimasukkan ke dalam kitab Amsal.


Ketika Agur mengumpulkan berbagai hikmat dan kebijaksanaan, bisa jadi setiap ayatnya merupakan hasil perenungan dari pengalaman hidup yang sudah dijalaninya, seseorang yang diberkati Tuhan berlebih cenderung menjadi lupa dengan siapa Pribadi Tuhan, dan yang sedang mengalami kemiskinan, kecenderungannya bahkan bisa mencuri dan mencemarkan nama Allah.


Melalui prinsip yang diajarkan Agur, alih-alih menjadi kaya ataupun miskin, dirinya mengajak setiap kita untuk dapat merasa cukup.


Masalahnya secara alami kita cenderung mengonsumsi lebih banyak, bukan lebih sedikit.


Efek Diderot.


Denis Diderot (1713–1784) adalah seorang filsuf, penulis, dan tokoh Pencerahan dari Prancis. Diderot dikenal sebagai salah satu penyunting utama EncyclopĆ©die, proyek besar ensiklopedia pertama yang bertujuan menghimpun seluruh pengetahuan manusia pada masanya. Ia juga menulis karya-karya filsafat, novel, dan kritik seni.


Rumah dari Denis Diderot pada mulanya sangatlah sederhana, dan dirinya merasa cukup dengan semua yang ada. Tetapi pada suatu hari dirinya menghadapi permasalahan, anak perempuannya ingin menikah dan dirinya tidak memiliki uang. Sampai seorang Kaisar Rusia yang bernama Katarina Agung, yang sering membaca ensiklopedia, mendengar kesulitan Diderot tersebut. Maka sang Kaisar membeli ensiklopedia senilai 1000 dolar di era itu, atau saat ini senilai 150.000 dolar.


Dengan uang tersebut Diderot tidak hanya bisa menikahkan anak perempuannya saja tetapi juga memunculkan keinginan belanja yang lain, seperti mengganti jubah atau bajunya. Tidak hanya itu, dirinya kemudian mengganti seluruh isi rumahnya dengan karpet baru, cermin baru, mengganti kursi rotan menjadi sofa, dan banyak barang lainnya.


Efek Diderot menyatakan bahwa mendapat barang baru sering kali menciptakan spiral konsumsi yang membuat kita bisa membeli lebih banyak barang baru. Akibatnya kita membeli berbagai barang yang sebelumnya tidak pernah kita butuhkan, agar kita dapat merasa bahagia dan puas.


Sering kali kita berkata ada perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Tetapi dari teori ini, ditemukan pada kenyataannya sangatlah sulit karena di awal terlihat butuh tetapi dengan berjalannya waktu, sudah menjadi sangat sulit dipilah mana yang benar-benar membutuhkan / tidak. Satu barang yang baru bisa memicu rangkaian konsumsi lain, agar semuanya dapat terasa serasi atau sesuai dengan standar baru.


Ada seorang teman dari Pdt. Betuel yang pada suatu hari memutuskan membeli televisi yang ukurannya jauh lebih besar dari sebelumnya. Setelah membeli, dirinya melihat kursi sofa perlu diganti agar dapat disesuaikan dengan televisi tersebut. Lalu perlu ditambah pengeras suara / soundbar yang baru. Keadaan ruangan dirasa perlu banyak yang diganti agar dapat serasi dengan televisi baru tersebut, padahal perabot yang lama masih bagus dan bisa dipakai. Sangat sulit memang untuk dapat berkata cukup. Ini adalah efek Diderot.


Dalam satu tahun terakhir ini, barang apa saja yang kita beli tetapi hanya dipakai 1-2 kali saja?

Berkat Tuhan ada Porsi-Nya.


ā€œDan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.ā€ (2 Korintus 9:8).


Berkat Tuhan memang berlimpah tak terbatas, karena itu jangan pernah mengecilkan kuasa dan berkat dari Dia. Kita dapat membaca bagaimana kisah dari penciptaan langit, bumi, beserta dengan segala isinya di dalam kitab Kejadian.. semua Dia lakukan hanya dengan berfirman. Dia adalah Sumber berkat yang berlimpah, terlalu kecil apa yang kita butuhkan di hadapan-Nya.


Tetapi Paulus juga mengingatkan,


ā€œSering kali di pihak kita, kita selalu merasa kekurangan sekalipun berkat Tuhan sebenarnya sangat berlimpah di dalam hidup. Tetapi bila memberi orang lain, kita selalu berkata cukup, bahkan tak sedikit dari antara kita yang malah merasa terlalu banyak untuk memberi pada sesama. Tetapi Paulus sebaliknya. Bagi kebutuhan dirinya, dia selalu berkata cukup, tetapi apa yang dia berikan pada orang lain, masih terasa kurang.ā€


Berkat Tuhan memang berlimpah tak terbatas tetapi kita hanya bisa menampung semua berkat-Nya hanya dengan dua tangan kita yang terbatas.


Hal ini memiliki arti,


Kita hanya bisa menampung berkat-Nya yang tak terbatas itu hanya secukupnya. Berkat Tuhan itu ada porsi-Nya, tidak kurang dan tidak lebih. Kita hanya bisa menikmati apa yang telah menjadi bagian dari diri kita, kita tidak dapat mengambil semuanya dengan serakah. Segala sesuatu yang bukan menjadi bagian kita, sisanya menjadi pahit adanya. Bukankah firman Tuhan berkata,


ā€œJauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.ā€ (Amsal 30:8-9).


Keuangan yang sehat, standar di ukuran kedua ini adalah pada saat kita bisa / mau berkata cukup, termasuk pada saat sedang membuat budget / perencanaan apakah kita bisa mendapat cuan / keuntungan yang lebih banyak dan menghitung berbagai pengeluaran yang dapat terjadi.


Pernahkah kita selama ini membuatnya cukup? Berkat itu ada porsinya, lebih dari apa yang bukan menjadi bagian kita, rasanya menjadi pahit.


ā€œDan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.ā€ (2 Korintus 9:8).


Rindukan juga agar orang-orang yang melihat kita dapat menaikkan ucapan syukur pada Tuhan, karena hidup kita selama ini terus dimampukan untuk dapat menjadi berkat, berkelebihan dalam kebajikan serta nilai-nilai yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab, dan mereka bersyukur dapat mengenal kita.


Ukuran Ketiga. Li = Limpahkan Berkat pada yang membutuhkannya.


Berkat Tuhan memang berlimpah, sama seperti yang ditulis di dalam 2 Korintus 9:8. Tetapi Rasul Paulus melanjutkan ayat tersebut dengan,


ā€œIa yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.ā€ (2 Korintus 9:10-11).


Berkat Tuhan itu datang dalam dua bentuk: Benih untuk Ditabur dan Roti untuk Dimakan.


Apa artinya?


Saat kita bekerja dengan cakap dan kita mau mencukupkan diri, maka kita diberi Tuhan anugerah untuk dapat menikmati berkat dalam bentuk pertama yakni roti untuk dapat kita makan. Tetapi ada orang-orang yang terus menyimpan roti hanya untuk dirinya sendiri, istilah lainnya, pelit. Kalau roti tersebut terus disimpan dan tidak pernah dimakan, maka lama-kelamaan roti tersebut dapat berubah bentuk dan membusuk.


Berkat Tuhan tidak hanya berwujud roti, ada juga benih yang untuk ditabur. Sayangnya, ada yang memakan roti bahkan benihnya juga ikut dimakan. Seharusnya sudah lebih dari cukup dengan roti / berkat yang sudah Tuhan berikan, tetapi kita selalu merasa kurang. Alih-alih benih tersebut ditabur dan bisa menjadi berkat bagi sesama, banyak dari kita yang justru menghabiskannya dengan serakah, apa yang sebenarnya bukanlah milik kita.


Kita memang dapat menikmati setiap berkat yang sudah Tuhan anugerahkan di dalam hidup, tetapi bila benih / berkat tersebut harus ditabur, jangan dimakan untuk kepentingan diri kita saja.


Bahkan sering kali kita bisa jatuh sakit, bisa jadi karena kita salah dalam memperlakukan berkat dari Tuhan. Seharusnya benih tersebut untuk ditabur, bukan dimakan hanya untuk diri kita sendiri. Prinsip ini sangatlah penting,


Kita diberkati agar kita dapat meneruskan kembali berkat Tuhan yang sudah kita terima, bagi sesama yang membutuhkan pertolongan-Nya. Kalau kita mendapat kenaikan gaji, maka seharusnya kita dapat merasa cukup dengan besaran jumlah gaji yang sudah diterima sebelumnya. Kalau ada selisih lebihnya, seharusnya kita berpikir, siapa yang bisa kita berkati?


Roti untuk dimakan, jangan pelit. Benih untuk ditabur, jadilah berkat bagi sesama yang membutuhkan pertolongan Tuhan.


Ukuran Keempat. Ter = Terlibat dalam Misi Tuhan.


Ukuran keempat untuk mengetahui apakah keuangan kita sehat / tidak, keuangan kita dapat diarahkan sebagai perpanjangan tangan misi Tuhan atas gereja-Nya, dalam bentuk finansial.


Dua ribu tahun yang lalu setelah momen Pentakosta, gereja lahir sebagai perpanjangan tangan misi Tuhan di dunia (Kisah Rasul 2).


Gereja Tuhan sendiri terdiri dari unsur koinonia / persekutuan, diakonia / pelayanan misi, dan juga marturia / pemberitaan Injil Kristus. Gereja Tuhan bukan berbicara tentang bentuk bangunan gedungnya tetapi kita umat percaya,


ā€œTetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.ā€ (1 Petrus 2:9-10).


Hal ini memiliki arti, misi yang dimiliki Tuhan atas gereja-Nya adalah misi kita bersama—semua jemaat dipanggil untuk dapat terlibat bersama di dalam misi-Nya. Bahkan termasuk dalam area keuangan, persembahan bermakna sebagai keterlibatan jemaat secara finansial, dalam misi dari Tuhan.


Pastinya semua dana finansial dikelola dengan baik di dalam gereja, agar misi Tuhan dapat terlaksana. Pada saat kita mau terlibat di dalam misi dari Tuhan, hal ini memiliki arti kita mengalami kesehatan di dalam area keuangan.


Rahasia Hidup Paulus.


ā€œJauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.ā€ (Amsal 30:8-9).


Dari ayat di atas kita mendapat sebuah kesan bahwa Agur ini merasa takut miskin, tetapi juga takut untuk mendapat kekayaan. Tetapi Paulus memberi sudut pandang yang berbeda,


ā€œSaya sudah mengalami hidup serba kekurangan, dan juga hidup dengan berkelebihan. Saya sudah mengenal rahasianya untuk menghadapi keadaan yang bagaimanapun juga; baik keadaan makmur maupun keadaan miskin, baik keadaan mewah maupun keadaan berkekurangan.ā€ (Filipi‬ ‭4‬:‭12‬, Bahasa Indonesia Masa Kini / BIMK).


Latar belakang Rasul Paulus adalah sebagai berikut: Dirinya adalah seorang Yahudi dari suku Benyamin, lahir di Tarsus, Kilikia, dan memiliki kewarganegaraan Romawi. Berasal dari keluarga kaya, menempuh pendidikan agama yang ketat di Yerusalem di bawah bimbingan Rabi Gamaliel, dan termasuk dalam kelompok Farisi yang fanatik. Sebelum pertobatannya, dia dikenal sebagai Saulus dan merupakan penganiaya jemaat Kristen awal, namun setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus, Paulus menjadi rasul penting yang mewartakan Injil Kristus pada bangsa-bangsa lain yang bukan dari golongan Yahudi.


Paulus memiliki banyak harta dan pastinya berpengaruh. Tetapi Paulus siap sedia, apa pun musim dan keadaan yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidupnya. Apa rahasianya?


ā€œSegala perkara (baik dalam keadaan makmur ataupun berkekurangan) dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.ā€ (Filipi 4:13).

Apa pun keadaan yang dialami Paulus, baik pada saat menjalani hidup serba berkekurangan ataupun bisa jadi pada saat berkelebihan dirinya,


ā€œDapat bersikap benar di dalam semua keadaan, tidak menjadi sombong ketika diberkati dengan kekayaan berlebih, juga tidak mudah berputus asa pada saat diizinkan berada dalam keadaan serba berkekurangan / saat keadaan miskin.


Dapat berkata cukup atas segala sesuatu, serta dirinya tidak dikuasai ketamakan.


Dapat menggunakan setiap harta benda yang dipercayakan Tuhan di dalam hidup, untuk dilimpahkan bagi sesama yang membutuhkan pertolongan-Nya, serta terlibat aktif di dalam misi Tuhan atas gereja-Nya.ā€


Karena itulah Gereja MDC tidak mengajarkan teologi kekayaan ataupun kemiskinan pada jemaat-Nya, tetapi mengajar apa pun musim kehidupan yang sedang kita lalui, pasti ada hikmat dan pertolongan Tuhan terbaik bagi setiap kita. Kekuatan kita untuk melalui setiap musim yang ada, semuanya disediakan di dalam nama Yesus!


ā€œKarena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu (Ia) menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.ā€ (2 Korintus 8:9).


Semua hanyalah kasih karunia dari Tuhan Yesus saja: Dia rela menjadi miskin, agar kita dapat menjadi kaya. Kekuatan inilah yang Dia sediakan.


Karena itu keuangan yang sehat adalah pada saat Tuhan Yesus yang rela menjadi miskin agar ketika kita memiliki kelebihan berkat, kita dapat menaburnya untuk pekerjaan misi. Kalau kita sedang diiizinkan berada di dalam pergumulan, bahkan kita sudah tidak dapat lagi berpikir tentang masa depan.. maka Tuhan Yesus yang sama, yang akan menemani dan memberi kekuatan di dalam hidup setiap kita anak-anakNya.


Dia masih sanggup untuk membuka jalan terbaik bagi hidup kita, dan Dia bertanggung jawab penuh dalam memelihara kita. Amin.


Karena itu selalu datanglah pada Tuhan Yesus, milikilah hubungan yang karib dengan-Nya dalam doa dan pembacaan firman-Nya di dalam Alkitab. Dia tidak pernah berjanji bahwa jalan yang akan dilalui selalu mulus dan bertabur bunga, tetapi Dia berjanji untuk selalu menyertai dan memberi kekuatan di dalam hidup kita untuk melalui musim kehidupan yang sedang dijalani.


Bukankah firman Tuhan mengingatkan,


ā€œSegala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.ā€ (Filipi 4:13).

Karena itulah Tuhan Yesus yang harus menjadi Pusat dari pengelolaan keuangan kita yang sehat, dan Dia harus ditinggikan melalui perjalanan di dalam hidup kita. Permuliakan Dia, yang adalah Tuhan yang berdaulat dan berkuasa atas bahtera kehidupan. Dia adalah Sumber kehidupan kita.


Christ is enough for us. Kristus itu sesungguhnya lebih dari cukup bagi setiap kita.

Berkat Tuhan memang berlimpah, dan kita tidak akan pernah kekurangan. Tetapi marilah kita terus belajar untuk mencukupkan diri serta menyadari ada dua jenis berkat yang Tuhan sudah sediakan,


ā€œRoti untuk dimakan, bersyukur dan nikmatilah. Benih untuk ditabur, bagikan pada mereka yang membutuhkan pertolongan Tuhan.ā€

Mintalah kasih dan hikmat dari Tuhan untuk mengelola setiap berkat-Nya dengan bijaksana.


Mungkin selama ini kita sudah berusaha dengan segala macam cara tetapi masih belum tersedia jalan keluar yang terbaik. Biarlah Tuhan Yesus tetap berada di dalam bahtera kehidupan kita. Jangan pernah usir Dia keluar, tetapi teruslah berdoa supaya Dia segera bangun, menghardik, serta menenangkan badai kehidupan yang sedang kita hadapi.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page