Betuel Himawan - Tularkan Kegembiraan
- mdcsbysystem
- 3 hari yang lalu
- 10 menit membaca
Diperbarui: 6 jam yang lalu
Catatan Khotbah: “Tularkan Kebahagiaan.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Betuel Himawan, di Ibadah Minggu di MDC Ciputra World pada Tgl. 20 Juli 2025.
Ayat Bacaan: Amsal 15.
Setiap dari kita sudah diselamatkan dan dipanggil untuk dapat menularkan sesuatu. Hal apakah yang harus kita tularkan di dalam hidup ini?
“Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian. Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.” (Amsal 15:17-18).
Dari ayat di atas, kitab Amsal mengajarkan bagaimana caranya agar hidup kita dapat menjadi berkat yakni dengan menjadi seorang yang sabar dan menularkan kesabaran pada orang-orang yang berada di sekitar kita. Ketika menjadi seorang yang sabar, di ayat di atas dikatakan bahwa kita dapat memadamkan setiap perbantahan.
Di ayat yang sama kita juga dapat belajar bahwa semua perbantahan dimulai dari,
Kebencian, lalu berlanjut pada Kemarahan, menuju Pertengkaran, dan pada akhirnya terjadi banyak Perbantahan.
Karena itu kunci di dalam hidup agar kita dapat menularkan kesabaran adalah, hindarilah setiap pertengkaran dan perbantahan / perdebatan yang ada. Ketika kita menghindari kedua hal ini, maka hidup kita dapat dipenuhi dengan kebahagiaan karena tidak dikuasai oleh kemarahan, yang bersumber dari kebencian.
Rasul Paulus juga menasihatkan,
“Hindarilah soal-soal (perbantahan, perdebatan) yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,” (2 Timotius 2:23).
Selain menghindari soal-soal perbantahan dan perdebatan, Amsal juga mengajar kita..
“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” (Amsal 15:1).
“Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.” (ayat 4).
Latihlah diri kita untuk memiliki jawaban yang lemah lembut, dan memiliki lidah lembut. Bukan lidah yang pedas, karena sama seperti ayat di atas dapat membangkitkan amarah dan juga melukai hati / membuat sakit perasaan orang lain.
Marilah kita belajar untuk melatih dan memilih dengan bijaksana kata-kata apa yang akan diperkatakan, termasuk juga bagaimana nada bicaranya. Bisa jadi perkataan kita singkat, tetapi nadanya terdengar pedas dan menyengat, sehingga dapat melukai perasaan sesama. Kita perlu belajar untuk memilih kata dan nada, agar tidak membuat orang-orang di sekitar menjadi naik darah 🙂.
Marilah kita menjadi seorang yang sabar dan juga yang mau menularkan kesabaran.
Selain itu Rasul Paulus juga menasihati Timotius,
“dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran,” (2 Timotius 2:25).
Sebagai seorang gembala yang masih berusia muda, Timotius kerap kali bertemu dengan orang-orang yang suka melawan kebenaran firman Tuhan yang sudah disampaikannya. Untuk menghadapinya, Paulus memberi nasihat agar Timotius tetap bersikap lemah lembut karena mereka yang suka melawan itu sudah memiliki “kebenarannya sendiri” sehingga sangat sulit untuk menerima nasihat. Selain itu setiap perdebatan juga tidak perlu ditanggapi terlalu jauh, tetapi tuntunlah dengan perkataan lemah lembut.
Ada kisah di daerah tertentu, terkadang landak bisa masuk ke dalam lahan pertanian untuk mencari makan seperti umbi-umbian atau batang tanaman yang masih muda, sehingga petani di beberapa daerah menganggapnya sebagai hama / hewan yang dianggap mengganggu produksi pertanian.
Pada mulanya para petani memakai anjing peliharaan untuk menangkap landak, tetapi justru anjing tersebut kembali dengan banyak duri yang menancap di tubuhnya. Tidak bisa dilawan dengan kekerasan, para petani lalu mencoba untuk memakai batang pohon pisang yang lunak, untuk dipukulkan di atas tubuh landak yang penuh duri. Setelah duri landak menancap di batang pisang, para petani dengan mudah memindahkan mereka.
Demikian pula dengan diri kita yang sering kali menjumpai “landak berduri.” Kalau menghadapi mereka, carilah “batang pisang” dan hadapilah dengan perkataan lemah lembut. Dengan bersikap seperti ini, maka akan menolong diri kita untuk dapat menjadi seorang yang lebih sabar sehingga dapat menyelesaikan banyak hal di hidup ini.
Karena itu di bagian yang pertama ini kita belajar untuk menjadi seorang yang sabar dan menularkan kesabaran, hindarilah perbantahan dan perdebatan, serta jadilah seorang yang lemah lembut.
Bagian Kedua. Tularkan Kebahagiaan.
“Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” (Amsal 15:13).
“Mata yang bersinar-sinar (wajah yang gembira) menyukakan hati, dan kabar yang baik menyegarkan tulang.” (ayat 30).
Bila di bagian pertama kita diajar untuk menularkan kesabaran.. maka di bagian kedua ini kita diajar untuk dapat menularkan kegembiraan, sukacita, dan hati yang riang pada orang-orang yang ada di sekitar, termasuk pada pasangan kita.
Gembira menjadi tanda kita berserah.
“Hati yang gembira adalah hati yang merasa puas, bisa berserah dan percaya penuh pada kebaikan Allah. Ketika wajah kita memancarkan kegembiraan yang berasal dari dalam hati, kita dapat menghadapi berbagai situasi tak terduga yang kita jumpai, dengan senyum yang tulus. Siapa tahu, orang lain yang melihat senyum kita juga dapat menerima pengharapan dan damai sejahtera yang berasal dari Allah.” (Elisa Morgan, Our Daily Bread).
Seorang yang bergembira adalah seorang yang bisa berserah dan percaya pada Tuhan, tetapi sebaliknya seorang yang hatinya selalu murung menunjukkan bahwa hatinya masih belum bisa berserah total kepada-Nya. Kalau kita bisa berserah dan mau percaya total pada kebaikan Tuhan, maka hati kita tidak akan lagi dipenuhi kekuatiran. Ketika kekuatiran muncul, Tuhan akan dengan segera menggantikannya dengan sukacita.
Sadarilah bahwa apa yang berada di dalam hidup kita ini sangatlah terbatas, dan kita tidak akan mampu untuk memprediksi serta menyelesaikan segala sesuatu. Tetapi jangan pernah lupakan kalau kita juga masih memiliki Tuhan yang Mahakuasa, dan tidak terbatas kuasa-Nya.
Kalau kita mau menyerahkan hidup ini seutuhnya pada Tuhan serta berani mengakui,
“Hidup kita, berbagai pengalaman selama ini, serta keterbatasan sumber daya dan dana yang dimiliki.. dan mau menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Tuhan yang penuh kuasa, maka Dia yang telah berjanji sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan hidup kita. Karena itulah kita bisa aman, dan menyerahkan hidup kita seutuhnya ke dalam tangan Tuhan yang setia dan berkuasa.”
Kalau seseorang bisa melakukan hal di atas, maka dirinya akan dengan mudah tersenyum dan bergembira karena hal ini sebagai tanda kita bisa berserah, merasa aman, dan tenang di dalam hadirat Tuhan dan juga di setiap janji-Nya.
Ketika wajah kita memancarkan kegembiraan yang berasal dari dalam hati, kita dapat menghadapi berbagai situasi yang tak terduga dengan senyuman tulus. Sebab kita tidak akan pernah tahu bisa jadi orang-orang yang berada di sekitar yang telah melihat senyuman kita, mereka juga menerima pengharapan dan kekuatan dari Tuhan.
“Jawab Eli: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.” Sesudah itu berkatalah perempuan itu: “Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu.” Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi. Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: “Aku telah memintanya dari pada TUHAN.”
Tuhan mengingat apa yang dimohonkan Hana di dalam doanya selama ini, ketika Hana mau makan dan mukanya sudah tidak muram lagi.
Ketika menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan, mintalah sukacita dari Tuhan terlebih dahulu karena seseorang yang bisa bersukacita dan bergembira adalah seseorang yang bisa berserah kepada Tuhan di dalam hati dan hidupnya. Tuhan akan memberikan kasih, kekuatan, dan juga hikmat-Nya untuk menuntun, serta hidup kita akan dimampukan Tuhan untuk dapat menanggung segala perkara. Firman-Nya berkata,
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13).
Gembira menjadi tanda kita berpengharapan.
“Ada beberapa orang yang terus-menerus meratapi masa lalu, sehingga mereka tidak pernah maju di dalam hidupnya. Mereka juga mengira dengan selalu mengeluhkan berbagai kelemahan di masa kini, mereka dapat menjadi seseorang yang memiliki kerendahan hati. Padahal kerendahan hati sejati akan membawa sukacita di dalam hidup. Seseorang yang memiliki kerendahan hati mau menyerahkan segala sesuatu pada Tuhan, hidupnya dipenuhi sukacita dan bukan keluh kesah, penuh dengan harapan dan bukan ratapan.” (Teresa Avila, The Way of Prediction).
Seorang yang bisa senyum dan bergembira, merupakan tanda bahwa dirinya adalah seseorang yang memiliki kerendahan hati dan pengharapan. Tetapi seorang yang sombong tidak akan bisa mengalami kegembiraan sejati dalam hidupnya.
Seorang yang rendah hati dapat menyadari bahwa Tuhanlah tempat dirinya berharap. Kegembiraan juga merupakan tanda bahwa kita bisa berserah dan juga mau hidup di dalam pengharapan.
Di tahun 2022, Spotify mengeluarkan ukuran kekuatan dari sebuah lirik lagu, tidak hanya menilai dari popularitas sebuah lagu saja. Ada valensi lagu yang berbicara tentang kesedihan yang merupakan tingkat emosi negatif yang ditunjukkan oleh lirik, melodi, atau suasana lagu yang biasanya menunjukkan perasaan sedih, kehilangan, duka, dan bahkan marah.
Karena lagu yang sering didengar selama ini adalah lagu yang temanya semakin sedih, murung, dan marah dari tahun ke tahun.. maka generasi yang ada sekarang bisa berubah menjadi generasi yang sulit untuk memiliki pengharapan, karena lagu-lagu yang sering mereka dengar itu telah mempengaruhi dan mengubah hidup mereka.
Firman Tuhan mengatakan,
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22).
Sehingga,
“Ayah yang gembira adalah vitamin yang manjur bagi anak-anak dan keluarganya, tetapi ayah yang tidak bersemangat mengeringkan hidup mereka.”
Ketika sosok Ayah mulai disibukkan dengan berbagai pekerjaan, maka anak-anak yang sedang bertumbuh besar mencari dan merindukan sosok Ayah yang dapat membagikan kegembiraan dan penuh sukacita, sama seperti pada saat mereka masih berusia anak-anak dahulu.
Ayah yang bergembira juga membutuhkan sosok Ibu / istrinya yang dapat membagikan kegembiraan. Sebab istri yang bergembira adalah vitamin yang manjur, bagi suaminya. Tetapi istri yang tidak bersemangat, mengeringkan hidup suaminya.
Baik dari pihak suami ataupun istri, sama-sama membutuhkan senyuman dan dukungan satu sama lainnya. Banyak anak juga menemukan tujuan dan cita-cita di hidupnya, bukan karena banyaknya nasihat yang diberikan dari orang tuanya saja.. tetapi mereka hidup di dalam keluarga yang gembira dan penuh dengan sukacita Tuhan.
Gembira ditularkan melalui senyuman.
“Mata yang bersinar-sinar menyukakan hati, dan kabar yang baik menyegarkan tulang.” (Amsal 15:30).
Dan terinspirasi dari ayat di atas,
“Wajah yang bergembira (mata yang bersinar-sinar, tersenyum dengan mata) meriangkan hati, berita yang baik itu menyegarkan jiwa.”
“Pasangan yang bahagia cenderung lebih cepat dan sering membalas senyuman (0,6 detik). Senyum yang muncul bersamaan bisa jadi tanda hubungan yang sehat (Kecocokan Emosi).”
Pernyataan di atas merupakan hasil eksperimen menggunakan teknologi “Face Reader” kepada 61 pasangan yang diberi kesempatan bercakap-cakap, 31 di antara mereka sedang terapi masalah (The Dance of Smiles: Comparing Smile Synchrony in Nondistressed and Therapi Seeking Couples. Journal: Emotion, vol. 25, no. 4).
Amsal mengatakan bahwa wajah yang bergembira itu ditandai dengan “mata yang bersinar-sinar, tersenyum dengan mata”. Mengapa tidak ditandai tersenyum dengan menggunakan mulut?
Senyuman Duchenne.
Senyuman ini dianggap sebagai ekspresi kebahagiaan yang paling jujur, yang ditemukan oleh ahli anatomi Prancis, Guilaume Duchenne (1862). Senyuman ini melibatkan kontraksi otot-otot zygomatic major (berada di atas tulang pipi), yang mengangkat sudut mulut. Senyuman Duchenne ditandai kontraksi tambahan yang meremas kulit di sekitar mata, sehingga menyerupai kerutan.
Karena itu kerutan di wajah adalah hasil dari senyuman tulus dan hati yang meluap dengan kegembiraan, adalah anugerah Tuhan bagi kita dan juga orang-orang di sekitar. Itulah cara Tuhan membangkitkan semangat yang pudar.
Karena itu, kegembiraan dapat ditularkan pada sesama melalui senyuman.

“ waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus..” (Lukas 10:21).
Kata “bergembiralah” di dalam bahasa Yunani memakai kata αγαλλιάω / agalliao yang memiliki arti melimpah (tidak ada kehabisan) sukacita, bersorak gembira, bahkan secara harfiah bisa diartikan sebagai melompat kegirangan.
“Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.” (Markus 10:13-16).
Kalau anak-anak mau datang pada Yesus, berarti mereka dapat melihat bahwa Dia adalah pribadi yang hangat, ramah, dan penuh sukacita.
Bahkan bisa jadi pada saat Dia berjalan di Via Dolorosa sambil memikul salib-Nya, seraya menahan kesakitan di sekujur tubuh-Nya.. di dalam benaknya Dia membayangkan sukacita yang nantinya akan Dia terima, setelah momen salib ini berakhir. Firman Tuhan mengatakan,
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” (Ibrani 12:2).
“fixing our eyes on Jesus, the pioneer and perfecter of faith. For the joy set before Him He endured the cross, scorning its shame, and sat down at the right hand of the throne of God.” (New International Version).
Frasa “ganti sukacita yang disediakan bagi Dia” (bahasa Inggris: “for the joy set before Him”) menunjukkan bahwa Tuhan Yesus rela menderita dan mati di atas kayu salib karena Dia tahu ada sukacita yang telah menanti-Nya—yaitu kemenangan besar atas dosa dan maut, kembali pada kemuliaan bersama Bapa di Surga, serta keselamatan umat-Nya. Sukacita ini adalah bagian dari kemuliaan surgawi yang telah Bapa sediakan bagi-Nya, setelah karya penebusan selesai.
Ketika berada di atas kayu salib, Dia membayangkan hidup anak-anakNya yang selama ini penuh dengan dukacita, kesedihan akibat menanggung dosa dan kutuk keturunan atas apa yang sudah diperbuat Adam dan Hawa.. dan untuk inilah Dia rela mati serta turut merasakan dukacita tersebut. Tetapi saat bangkit dari kematian, Dia tidak hanya menyelamatkan hidup kita saja tetapi juga memberikan sukacita di dalam hidup kita.
“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.” (Roma 8:15-16).
“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20).
Karena Kristus sudah tinggal di dalam diri kita, maka sukacita yang berlimpah dan tidak pernah habis itu juga tinggal di dalam diri kita. Inilah yang menjadi perbedaan antara hidup kita dengan mereka yang masih belum menerima dan mengenal Yesus sebagai Tuhan serta Juruselamat di hidupnya.
Karena itulah pada saat kita berada di dalam pergumulan yang berat, mintalah selalu sukacita dari-Nya untuk dapat menguatkan hidup kita.
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yohanes 15:9-11).
Dari ayat di atas Tuhan ingin agar setiap kita dapat menjadi keluarga yang dituntun firman-Nya, keluarga yang menikmati kasih-Nya, dan juga menjadi keluarga yang berlimpah dengan damai sejahtera dan sukacita dari Tuhan Yesus.
“Tuhan Yesus yang manis, jauhkan kami dari orang kudus yang berwajah masam.” (Teresa Avila, parafrase atribusi).
Demikian pula doa yang sama,
“Tuhan Yesus yang manis, jauhkan kami dari menjadi orang kudus yang berwajah masam.” 🙂
Orang-orang yang ada di sekitar membutuhkan senyuman, kesabaran, dan juga kegembiraan dari diri kita. Karena itulah, tularkanlah pada orang-orang yang membutuhkan pertolongan-Nya.
Biarlah kasih dan sukacita-Nya yang tidak terbatas, tidak pernah habis, dan yang selalu berlimpah.. semuanya itu selalu dianugerahkan Tuhan di dalam hidup kita masing-masing.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments