top of page

Anny Pangellah - No Turning Back

  • mdcsbysystem
  • 7 Jun
  • 10 menit membaca

Catatan Khotbah: ā€œNo Turning Back.ā€ Ditulis ulang dari sharing Ibu Anny Pangellah, di Ibadah MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 1 Juni 2025.


Kita pernah menjumpai tak sedikit ada pasangan di mana keduanya sebelumnya berbeda iman dan keyakinan, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti salah satu iman dan keyakinan pasangannya setelah mereka menikah. Melaluinya timbul pertanyaan apakah kita ini mau menjual iman kita pada Yesus, hanya demi seseorang yang kita sayangi? Apakah kita akan melepas Yesus dengan begitu mudahnya, demi kekasih kita?


Ada juga yang mengalami sakit selama puluhan tahun dan tidak kunjung mendapat kesembuhan. Karena merasa sudah tidak ada lagi harapan, akhirnya dengan asal mengiyakan tawaran ke oramg pintar yang lengkap dengan mengikuti berbagai ritual yang ada, yang sepertinya menjamin bahwa dirinya akan mendapat kesembuhan. Tetapi setelah diikuti, ternyata tidak sembuh dari penyakitnya. Malah bertambah parah.


Firman yang menjadi Manusia.


ā€œPada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.ā€ (Yohanes 1:1).

ā€œFirman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.ā€ (Yohanes 1:14).


Kedua ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus, yang memiliki sifat manusia tanpa dosa. Yesus sendiri adalah Anak Allah yang dikandung Roh Kudus, bukan dari hasil hubungan laki-laki dan perempuan. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah berbicara pada manusia melalui Yesus, pada zaman akhir ini.


Sebagai orang percaya yang masih hidup di dalam dunia, kita tidak akan lepas dari berbagai tantangan dan pergumulan yang harus dihadapi dan juga diselesaikan. Dan ironisnya, banyak orang mengaku bahwa dirinya percaya pada Tuhan Yesus, tetapi mereka masih memiliki hati bercabang, dan menggantungkan harapan di tempat lain.


Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia, Dia datang untuk menebus dosa-dosa kita.


Mengapa Sang Firman harus menjadi manusia? Karena Sang Firman adalah Pribadi Yesus sendiri. Sebagai ciptaan Allah, kita diciptakan sesuai dengan firman-Nya, segambar dan serupa dengan-Nya. Tetapi ketika jatuh ke dalam dosa, hal ini seperti kita memiliki utang yang tidak mampu dibayar. Hanya Kristus yang mampu melunasinya dan menyelamatkan hidup kita. Setiap kita dikembalikan pada rencana Allah yang sebenarnya.


Dan seorang lain lagi berkata: ā€œAku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.ā€ Tetapi Yesus berkata: ā€œSetiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.ā€ (Lukas 9:61-62).


Ketika kita sebagai manusia yang sudah ditebus dengan darah-Nya, semua dosa kita sudah diampuni, utang dosa kita sudah dibayar lunas, kita menerima kasih-Nya yang tak bersyarat.. ketika kita percaya kepada-Nya berarti kita ini mau hidup di dalam pengabdian sepenuh hati, tanpa menoleh ke belakang / no turning back.


Kadang kita berkata nanti-nanti saja bertobatnya, kita masih muda, dan masih sibuk dengan banyak hal. Tetapi seseorang yang dipanggil dan hidupnya sudah mengalami Kristus dan menjadi manusia ciptaan baru.. hidupnya pasti ada perubahan. Itulah sebabnya bila mengatakan kita sudah lahir baru, tetapi hidup kita masih belum berubah.. maka pertanyaan sesungguhnya adalah, apakah kita benar-benar sudah lahir baru?


Karena itu marilah belajar untuk selalu memiliki pengabdian sepenuh hati dan pikiran yang rela untuk mau taat dan melakukan firman-Nya.


Murid Sejati.


Kata Yesus kepada mereka: ā€œAkulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.ā€ (Yohanes 6:35).


Setelah Yesus mengajar bahwa Dia adalah Roti Hidup, banyak orang tidak mengerti kata-kataNya karena terlalu berat untuk ditanggung dan tidak sejalan dengan ego mereka. Mereka lalu memilih untuk berhenti mengikuti-Nya. Hal ini sungguh ironis karena saat Tuhan Yesus melakukan mukjizat dan memberi makan banyak orang, banyak dari mereka mengejar dan mengikuti berkatNya. Tetapi ketika Yesus yang sama mengatakan,


ā€œSetiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.ā€ (Matius 16:24).

Tak sedikit dari mereka yang setelah itu berkata bahwa pengajaran-Nya keras. Yang mereka mau hanyalah makan roti dan ikan bakar saja. Dan tak sedikit yang setelah itu meninggalkan-Nya 😢


Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: ā€œPerkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?ā€ (Yohanes 6:60).


ā€œMulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.ā€ (ayat 66).


Menjadi seorang pengikut Kristus bukan hanya sekadar menerima berkat / hanya di masa suka saja, tetapi juga di masa susah dan duka kita tetap setia mengiring-Nya. Kesetiaan kita pada Tuhan tidak diuji pada saat semuanya sedang baik-baik saja, tetapi pada saat ada tantangan dan juga pergumulan hidup, apakah kita akan tetap setia kepada-Nya?


Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: ā€œApakah kamu tidak mau pergi juga?ā€ Jawab Simon Petrus kepada-Nya: ā€œTuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.ā€ (ayat 67-69).


Murid sejati akan tetap tinggal dan setia mengiring Tuhan Yesus, apa pun keadaannya.


Tujuan Duri dalam Daging.


Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ā€œCukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.ā€ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2 Korintus 12:9).


Rasul Paulus mendapatkan duri di dalam dagingnya. Melaluinya kita dapat belajar bahwa tidak selalu semuanya itu langsung dipulihkan dan dibersihkan Tuhan, terkadang masih diizinkan Tuhan tersisa ada ā€œbeberapa duriā€. Mengapa Dia izinkan hal ini terjadi? Agar kita terus mengingat Dia dan tidak menjadi sombong. Agar kita menyadari bahwa semuanya ini bukan karena hebatnya kita, tetapi hanyalah anugerah-Nya semata.


Ada orang-orang tertentu yang dibenci dan dikhianati lalu berusaha membalas perbuatan mereka. Mereka merasa bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan uang. Padahal kenyataannya, tidak semua dapat diselesaikan dengan uang dan hanya Tuhan sumber dari segalanya. Itulah sebabnya Paulus berkata,


ā€œSebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.ā€ (ayat 9b).

Dan,


ā€œSebab jika aku lemah, maka aku kuat.ā€ (ayat 10b).

No Turning Back.


Ketika keadaan diizinkan terjadi tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita, apakah kita akan menyangkal Dia? Apakah kita akan protes kepada Tuhan mengapa Dia mengizinkan semuanya ini terjadi, dan Dia tidak menjawab doa-doa kita?


Kisah nyata misionaris David & Svea Flood di Zaire.


David Flood bersama dengan istrinya Svea, merasa terpanggil untuk memberitakan Injil Kristus di Zaire, Afrika. Pada tahun 1921, dua keluarga David Flood dan Svea serta Joel Erickson dan Bertha, berangkat menuju pedalaman Afrika.


David dan Svea membawa serta David Jr., bayi pertama mereka yang berusia 2 tahun. Di dalam perjalanan, David Jr. terkena penyakit Malaria. Memang, Afrika di masa itu masih dipenuhi nyamuk Malaria. Malangnya tiba di sebuah desa mereka tidak diizinkan masuk ke desa itu,


ā€œTidak boleh ada orang-orang kulit putih yang masuk ke desa, dewa-dewa kami akan marah,ā€ tegas Kepala Suku.


Namun David dan Svea pantang menyerah, mereka mendirikan pondok dari lumpur di hutan yang berada di tepi luar desa, dan tinggal menetap di sana.


Setelah beberapa bulan, mereka menderita kekurangan gizi parah dan jarang berhasil berhubungan dengan penduduk desa.


Maka setelah lewat enam bulan, kedua keluarga misionari ini berpikir untuk pulang. Keluarga Erickson memutuskan untuk kembali ke Swedia, tetapi karena Svea hamil, keluarga Flood tetap tinggal di desa tersebut.


Saat itu Svea pun terserang malaria dan sering mengalami demam, tetapi ia tetap memberikan bimbingan rohani pada seorang anak kecil dari penduduk desa tersebut.


Inilah satu-satunya kontak dengan penduduk lokal, sekaligus satu-satunya hasil pelayanan Injil dari keluarga Flood. Anak itu dibimbing pada Kristus dan menjadi seorang pengikut Kristus.


Sayangnya Malaria membuat kondisi Svea terus memburuk di tengah kehamilannya. Ia berhasil melahirkan bayi seorang perempuan, tetapi kondisinya sendiri amatlah lemah. Setelah melahirkan ia berjuang meregang nyawa, dan sebelum meninggal ia berbisik kepada David,


ā€œBerikan nama Aina pada anak perempuan kita.ā€


David begitu terpukul dengan kematian Svea. Ia membuat peti mati dan menguburkan Svea di tanah yang begitu jauh dari kampung halaman, dalam rundungan duka yang sepi. Saat itulah memuncak kekecewaan yang sangat dalam di hatinya kepada Tuhan. Dengan emosional David berseru,


ā€œTuhan mengapa Kau izinkan ini semua terjadi? Bukankah kami datang untuk memberikan hidup kami dan melayani Engkau? Istriku yang cantik dan pandai sekarang telah tiada. Anak sulungku baru berumur 3 tahun dan nyaris tidak terurus, apalagi si kecil yang baru lahir. Setahun kami ada di hutan dan hanya berhasil memenangkan seorang anak kecil yang tidak cukup memahami berita Injil. Kau mengecewakan aku, Tuhan. Betapa sia-sianya selama ini hidupku.ā€


David pergi ke kantor lembaga misi dan di sana dirinya bertemu dengan keluarga Erickson. Ia berkata dengan penuh kekecewaan,


ā€œSaya mau kembali ke Swedia! Saya tidak mampu mengurus anak ini. Saya titipkan bayi perempuan ini kepadamu.ā€


David memberikan Aina pada keluarga Erickson dan ia sendiri kembali ke Stockholm bersama anak sulungnya dengan menumpang kapal. Tak lama setelah David Flood meninggalkan Afrika, keluarga Erickson yang merawat Aina, meninggal karena diracun salah satu kepala suku setempat.


Ada pasangan lain yang bernama Arthur dan Anna Berg akhirnya mengasuh Aina dan membawanya ke desa Masisi, di utara Kongo, yang kini menjadi Zaire. Aina dipanggil ā€œAggieā€ dan belajar bahasa Swahili.


Di Swedia David Flood menikah lagi dan memiliki lima orang anak, empat putra dan satu putri. Setelah sekian lama melayani desa Masisi, keluarga Berg akhirnya kembali ke Amerika Serikat dan menetap di Minneapolis.


Aggie yang sudah dewasa menikah dengan Dewey Hurst, yang menjadi Presiden Sekolah Alkitab Northwest di kota tersebut.


Hingga suatu hari Aggie mendapat kiriman majalah Kristen yang berbahasa Swedia. Ia melihat foto-fotonya sendiri dengan satu foto kuburan dan salib putih bertuliskan ā€œSvea Floodā€.


Aggie kemudian bertemu dengan penerjemah bahasa Swedia, dan mendapat terjemahannya.


Dikisahkan ada keluarga misionaris yang datang ke Afrika dan memberitakan Yesus pada seorang anak laki-laki di desa setempat. Keluarga ini dikaruniai seorang anak perempuan selama tinggal di desa itu, tetapi ibunya meninggal setelah melahirkannya dan anak perempuan itu kini entah di mana.


Melalui bocah kecil yang dibimbing oleh Svea Flood, Tuhan telah menyelamatkan 600 orang di Zaire. Anak ini bertumbuh besar menjadi pelayan Kristus dan mendirikan sekolah di desa serta memimpin sebuah gereja Pentakosta yang seluruhnya membawahi 110.000 orang Kristen di Zaire.


Aggie terkejut mendengar penggalan kisah kehidupan masa kecil, dan kehidupan orang tua kandungnya selama ini.


Hingga suatu kali sekolah Alkitab memberikan tiket kepada Aggie dan suaminya untuk pergi ke Swedia. Saat singgah di London, Aggie berjalan di dekat Royal Albert Hall dan melihat ada acara pertemuan penginjilan dan pengkhotbah berkulit hitam di acara itu dan bersaksi bahwa Tuhan melakukan perkara besar di Zaire.


Aggie pun bertanya pada sang pengkhotbah,


ā€œPernahkah Anda mengetahui pasangan penginjil yang bernama David dan Svea Flood?ā€


Penginjil tersebut menjawab,


ā€œYa. Svea adalah orang yang membimbing saya kepada Tuhan waktu saya masih anak-anak. Mereka memiliki bayi perempuan, tetapi saya tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.ā€


Aggie menjawab,


ā€œSayalah bayi perempuan itu. Saya adalah Aggie—Aina.ā€


Jawaban tersebut membuat Jean Ruhigita Ndagora, sang pengkhotbah menangis kuat dan memeluk Aggie.


Aggie terheran. Orang inilah anak yang dilayani ibunya dan kini bertumbuh menjadi penginjil yang melayani bangsanya. Pekerjaan Tuhan berkembang pesat di Zaire dengan 110.000 orang Kristen, 32 pos penginjilan, satu pusat sekolah Alkitab, dan rumah sakit dengan kapasitas 120 tempat tidur.


Selepas kunjungan singkat di London, Aggie berangkat ke Stockholm. Setibanya di hotel, ketiga saudara kandung Aggie telah menunggu. Dalam pertemuan keluarga itu Aggie bertanya,


ā€œDi mana David, kakak sulungku?ā€


Mereka menunjuk David Jr., yang duduk saja di sudut lobby. David telah menua dan berambut putih, tetapi ia tampak hidup dalam kepahitan. Ia sedang minum alkohol dan marah ketika Aggie bertanya tentang ayahnya. Ternyata David dan semua saudaranya membenci ayahnya, dan sudah bertahun-tahun tidak membicarakannya.


Karena kedatangan Aggie yang sudah lama dirindukan ini, akhirnya mereka setuju untuk menemui sang ayah yang sudah lanjut usia. Saudara perempuan Aggie memeluknya dan berkata,


ā€œSepanjang hidupku aku merindukanmu. Biasanya aku membuka peta dunia dan menaruh mobil mainan lalu menjalankannya di atas peta, seolah-olah aku sedang mengendarai mobil itu untuk mencarimu ke mana-mana.ā€


Bersama-sama mereka memasuki sebuah gedung tak terawat dan penuh aroma minuman beralkohol. Di sudut ruangan tampak ayahnya yang sudah berumur 73 tahun, dengan penyakit diabetes, stroke dan katarak yang menutupi kedua matanya.


Aggie menangis dan mendekati ayahnya,


ā€œAyah aku adalah si kecil yang kau tinggalkan di Afrika.ā€


Sesaat kemudian orang tua itu menangis tersedu-sedu dan menjawab,


ā€œAku tidak pernah bermaksud membuang kamu. Aku hanya tidak mampu mengasuhmu lagi.ā€


Aggie menenangkan ayahnya,


ā€œTidak apa-apa Ayah. Tuhan memeliharaku.ā€


Wajah ayahnya berubah menjadi gelap,ļæ¼


ā€œTuhan tidak memeliharamu. Tuhan menghancurkan seluruh keluarga kita. Tuhan membawa kita ke Afrika lalu meninggalkan kita di sana. Tidak ada satupun hasil yang kita dapatkan dari sana. Semuanya sia-sia.ā€


Aggie memahami kekecewaan yang dirasakan oleh ayahnya yang pahit itu. Ia lalu menceritakan pertemuannya dengan Ruhigita Ndagora, samg pengkhotbah kulit hitam yang dulunya adalah anak kecil, yang dilayani dan dibimbing pasangan misionaris David dan Svea, di tepi desa kecil di Afrika.


Aggie juga menceritakan perkembangan penginjilan di Zaire yang berbuah lebat,


ā€œSekarang banyak orang di Zaire mengenal Kristus, dan semua orang di Zaire mengenal pemimpin dan pengkhotbah mereka sebagai anak kecil hasil dari pelayanan ayah dan ibu tersebut. Kisahnya telah dimuat di semua surat kabar.ā€


Saat itulah Roh Kudus turun ke atas David Flood dan menjamah hatinya. Ia bertobat dan sembuh dari kekecewaan serta kepahitannya pada Tuhan. Tak lama setelah pertemuan itu, David Flood meninggal dalam damai. Tuhan memulihkan dia dari pandangan pahit akan kegagalan serta penderitaan yang ia lihat oleh mata jasmaninya, dengan memperlihatkan buah-buah rohani yang selama ini telah dikerjakan-Nya.


Keluarga Aggie akhirnya mengunjungi desa N’dolera yang dulu di tepinya terletak pondok tempat tinggal David, Svea, David Jr. dan bayi kecil Aggie sesaat setelah dilahirkan. Mereka juga berziarah ke kubur Svea Flood.


Aggie berlutut dan bersyukur pada Tuhan di depan kubur tersebut. Pada suasana ziarah yang penuh makna tersebut, pendeta setempat membacakan ayat firman Tuhan yang berkata,


ā€œAku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.ā€ (Yohanes 12:24).


Tetap Setia hingga di Garis Akhir.


Adakah hari-hari ini kita sedang kecewa dan marah sama Tuhan? Mengapa yang lain tidak mengalami sama seperti apa yang kita alami? Tetapi sadarilah selalu siapa jati diri kita. Ketika menyadari bahwa kita sudah ditebus dengan darah-Nya yang mahal, mengalami kelahiran baru.. maka pandangan dan arah hidup kita hanyalah untuk Kristus. Kita tidak akan dengan mudahnya beralih ke hal lain.


Karena itu teruslah memberitakan Injil pada banyak orang. Beritakanlah kasih Kristus tidak hanya melalui perkataan saja tetapi juga melalui keteladanan di dalam hidup kita. Investasi yang kita berikan pada misionaris memang tidak terlihat dalam jangka waktu yang pendek, tetapi di masa depan banyak jiwa yang dapat dituai.


Sama seperti yang dialami kisah di atas, di mana misionaris tersebut sempat dijauhi anggota keluarganya.. pastinya kita akan sedih, bila kita dijauhi oleh anggota keluarga kita. Selama ini sudah menjadi seorang misionaris yang sudah memberi segalanya bagi Tuhan, tetapi keluarganya kacau dan berantakan. Mengapa jadi begini?


Kita memerlukan mata rohani yang tajam, dan hal ini hanya bisa kita dapatkan ketika hati kita terus melekat hanya kepada Tuhan.


Kalau hari-hari ini kita masih belum melihat hasil dari apa saja yang kita doakan, mungkin saja kita berpikir mau sampai kapan kita harus mengalah dan berkorban.. tetapi tetaplah setia dan jangan berpikir yang sia-sia. Kita sedang berinvestasi, bukan bersedekah. Biarlah setiap dari kita mati dari keegoisan dan kesombongan, dan hidup kita seutuhnya dipersembahkan hanya bagi Kristus.


ā€œOrang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.ā€ (Mazmur 126:5).

Jika sudah melakukan banyak hal dan sampai mencucurkan air mata, jangan pernah kecewa sama Tuhan. Dia selalu ada bersama kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian. Tetaplah hidup di dalam kasih, dan tetaplah setia mengiring Tuhan, hingga di garis akhir kehidupan.


ā€œDengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.ā€ (Yohanes 13:35).

Jika sampai hari ini kita masih belum pernah memberitakan Injil Kristus pada sesama, buatlah keputusan untuk kita mau melakukannya hari ini juga. Jangan mau menjalani hidup hanya biasa-biasa saja, karena Yesus sudah memberikan nyawa-Nya dan hidup-Nya bagi kita. Biarlah kita juga mempersembahkan hidup kita, agar dapat dipergunakan untuk menyatakan kemuliaan-Nya.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page