Andreas Rahardjo - Menjaga Hati Nurani
- mdcsbysystem
- 18 Nov
- 11 menit membaca
Catatan Khotbah “Menjaga Hati Nurani.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 2 November 2025.
Tema Gereja MDC Surabaya di bulan ini adalah “Hidup yang Berkenan,” dan hal ini didapat ketika kita Menjaga Hati Nurani tetap bersih.
Apakah Hati Nurani itu?
Adalah suara batin yang dapat membedakan apa yang benar dan yang salah, merupakan suara yang menegur, mengingatkan, atau membenarkan perbuatan yang sudah kita lakukan.
Contoh sederhananya. Ada seorang anak kecil yang diberitahu mamanya tidak boleh memakan permen. Lalu pas mamanya tidak ada, diam-diam anak kecil ini memakan permen tersebut tanpa sepengetahuan mamanya. Memang tidak ada seorangpun yang melihat perbuatan dari anak kecil ini, tetapi hati nuraninya tahu dan berdebar dengan kencang karena dia sudah melakukan kesalahan yakni, melanggar perkataan mamanya.
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” (Kisah Rasul 24:16).
Ayat di atas inilah yang diutamakan Rasul Paulus, menjelang hari-hari terakhir dirinya hidup di dalam dunia ini. Di sepanjang hidupnya, yang dia jaga dengan benar adalah Hati Nuraninya agar jangan sampai tercemar apalagi dirusak oleh berbagai nilai yang ada di dalam dunia. Sebab begitu hati nuraninya rusak, maka segala aspek yang ada di dalam hidupnya juga ikut menjadi rusak.
Firman Tuhan mengatakan,
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).
Jagalah hati kita melebihi segala sesuatu yang berharga, yang ada di dalam hidup kita. Hati yang bersih jauh lebih berharga dari banyaknya uang, posisi jabatan, dan juga ketenaran. Sebab hati adalah aset yang paling mahal, karena Tuhan berbicara melalui Hati Nurani yang bersih.
Pentingnya menjaga Hati Nurani tetap bersih.
Pertama. Hati Nurani yang bersih menjadi dasar dari kehidupan rohani yang sehat.
“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.” (1 Timotius 1:5).
Segala sesuatu berasal dan keluar dari Hati Nurani, karena itu tidak ada kehidupan rohani yang dihasilkan bila Hati Nurani kita sudah mati. Karena itu, jalanilah hidup yang kudus dan benar agar Hati Nurani kita dapat tetap hidup. Segala sesuatu yang rohani hanya keluar dari Hati Nurani yang tetap dijaga kudus dan juga bersih adanya.
Kedua. Hati Nurani yang bersih menjaga integritas Ilahi di dalam hidup kita.
“Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.” (Amsal 10:9).
Mengapa menjaga Hati Nurani yang bersih itu mempengaruhi integritas? Karena hal ini dapat mempengaruhi bagaimana kondisi jiwa, cara kita berpikir, perkataan, dan juga perbuatan.
Integritas adalah keserasian antara apa yang ada di dalam hati dan juga apa yang kita perkatakan, serta apa yang kita perbuat dalam hidup keseharian. Semua ini bermula dari Hati Nurani yang bersih, karena itulah kita perlu menjaganya dengan sungguh.
Ketiga. Hati Nurani yang bersih membuat kita siap untuk menghadap Tuhan.
“betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.” (Ibrani 9:14).
Tuhan Yesus sudah menebus dosa dari atas kayu salib untuk menyucikan Hati Nurani kita, dari segala hal yang sia-sia. Setelah Hati Nurani kita disucikan oleh darah-Nya, kita dapat masuk dan merasakan hadirat-Nya, firman-Nya dapat dengan mudah mengoreksi hidup kita. Tetapi kalau hati nurani kita dibiarkan mati terlalu lama, maka hati kita sulit untuk dikoreksi firman-Nya.
Banyak orang hidupnya tidak berubah, walau sudah menjadi seorang Kristen yang cukup lama karena Hati Nuraninya dibiarkan mati begitu lama.
Di dalam bukunya “The Vanishing Conscience: Drawing the Line in a No-Fault, Guilt-Free World,” John F. MacArthur Jr. menulis bahwa yang sudah hilang di dalam dunia ini bukanlah kesuksesan, prestasi, serta pribadi yang memukau.. tetapi conscience / hati nurani setiap orang.
Karena itulah seseorang bisa saja terlihat melayani Tuhan dengan luar biasa, tetapi Hati Nuraninya sudah berada di dalam keadaan tumpul. Kalau sudah tumpul, maka kesadaran akan Pribadi Tuhan juga ikut tumpul dan menghilang, mulai muncul self-conscious / hanya memikirkan dirinya sendiri, dan akhirnya menuntun pada sikap,
“Kita hidup hanya menurut ‘kebenaran’ kita sendiri, bukan kebenaran yang sesuai dengan firman Tuhan yang telah tertulis di dalam Alkitab. Kita tidak mau lagi menerima saran dan masukan yang membangun dari firman Tuhan, dan juga dari orang-orang yang berada di sekitar kita.”
Perbedaan Suara Hati dan Hati Nurani.
Suara Hati berfungsi sebagai Penggerak untuk kita bertindak. Contohnya, ketika hati kita digerakkan untuk melayani, menelepon seorang teman, dan banyak hal lainnya. Setiap orang pasti hatinya bersuara, menyuruh dirinya untuk melakukan sesuatu.
Tetapi Hati Nurani berfungsi sebagai Penilai dari setiap tindakan, apakah yang kita lakukan ini sudah benar? Apakah Hati Nurani kita menilai bahwa, yang kita lakukan ini tujuannya untuk memuliakan nama Tuhan? Atau hanya sekadar untuk mencari kemuliaan bagi diri sendiri?
Semuanya ini adalah proses pengudusan, yang berlangsung di sepanjang hidup kita.
Kalau kita digerakkan untuk menolong seorang yang membutuhkan, ini adalah Suara Hati. Tetapi bagian yang menilai apakah kita menolong itu benar-benar karena kita ingin menolong dan agar nama Tuhan yang nantinya dipermuliakan, atau hanya sekadar mencari pujian dari orang lain.. bagian Hati Nurani yang nantinya menilai sampai sejauh mana, motivasi hati yang kita miliki.
Realita tentang Hati Nurani.
Pertama. Hati Nurani dapat diabaikan, bahkan dapat dimatikan jika terus-menerus diabaikan.
Kedua. Tanpa Hati Nurani, manusia dapat jatuh ke dalam dosa tanpa merasa bersalah.
Dapat dikatakan bahwa Hati Nurani kita sudah tercemar, bahkan sudah mati karena nilai-nilai dosa dan dunoa yang sudah merusak dan menghancurkannya.
Ketiga. Jika mau memperhatikan suara Hati Nurani, maka kita akan diarahkan pada hidup yang benar.
Tanpa Hati Nurani yang murni, kerohanian kita dapat runtuh. Itulah sebabnya seseorang dari tampak luar, bisa terlihat Wow! Tetapi di saat yang sama, Hati Nuraninya sudah mati sangat lama.
Hati Nurani yang hidup dapat menjadi kompas panduan yang dapat mengarahkan diri kita pada apa yang menyenangkan hati Tuhan. Tetapi bila Hati Nurani kita mati, maka hidup kita akan diarahkan pada apa yang mendukakan hati-Nya.
“Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,” (1 Timotius 1:18-19).
Menolak Hati Nurani dapat mengkandaskan iman, di mana kata ini dipakai untuk menenggelamkan sebuah kapal yang berukuran besar. Karena itu, seberapapun besar ukuran kapalnya bila ada lubang yang kecil saja, maka lama-kelamaan dapat menenggelamkan kapal berukuran besar tersebut. Karena itu jangan pernah bermain-main dengan dosa dan jangan abaikan suara Tuhan yang terus berbicara di dalam Hati Nurani kita. Kalau kita membuka celah sedikit saja dan berkompromi terhadap dosa.. maka sama seperti kapal besar yang bisa kandas, hidup kita pun juga dapat dirusak oleh nilai-nilai yang berada di dalam dunia ini.
Kita dapat belajar dari kehidupan Simson yang bisa dibilang Hati Nuraninya sudah mati, walau dirinya sering mendapat nasihat dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Sudah tidak ada lagi yang dapat memberitahunya, selain dari perempuan. Kita semua tahu bagaimana hasil akhirnya, hidupnya hancur karena dirinya sering melanggar suara Tuhan yang terus berbicara melalui orang-orang di sekitarnya. Simson mengabaikan suara yang terus berbicara di dalam Hati Nuraninya.
Pencobaan yang meruntuhkan Hati Nurani.
Jatuh dan hidup dalam perbuatan dosa itu tidak langsung terjadi secara ujug-ujug, tetapi ada teguran kecil yang pastinya terus berbicara di dalam Hati Nurani, yang selama ini sering kita abaikan. Karena sering diabaikan, Hati Nurani kita menjadi lemah, menjadi tercemar oleh nilai-nilai yang ada di dalam dunia dan menjadi tumpul, dan pada akhirnya berdampak pada kehidupan rohani kita yang menjadi kering, serta menjauh dari-Nya.
Orang jatuh di dalam dosa itu ada prosesnya, dan ada banyak kompromi yang dilakukan terhadap hal-hal kecil di dalam hidupnya.
Tanda Hati Nurani tumpul dan mati.
Pertama. Tidak lagi merasa bersalah, saat dirinya berbuat dosa.
“Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka..” (Yeremia 6:15a).
Karena Hati Nuraninya sudah tumpul dan mati, mereka tidak lagi merasa bersalah pada saat dan setelah berbuat dosa. Dan sedihnya, hal ini juga terjadi di dalam ruang lingkup di gereja.
Kedua. Mencari pembenaran diri sendiri untuk dosa yang sudah dilakukan.
“Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat..” (Yesaya 5:20).
Tidak sedikit orang yang selama ini hanya mencari pembenaran dirinya sendiri, untuk menutupi setiap kesalahan dan perbuatan dosa yang sudah dilakukan. Ini adalah pertanda dari Hati Nurani yang sudah luntur karena tercemar nilai dunia, dan kalau tidak dengan segera disadari, maka akan menuju pada kematian rohani. Sudah tahu kalau kita ini berbuat dosa, tetapi kita tidak pernah merasa berdosa. Malah kita bersikap,
“Semua orang melakukannya, mengapa hanya aku saja yang dipersalahkan? Kalau memang yang aku lakukan ini perbuatan dosa, aku menanggungnya sendiri dan tidak pernah merugikan orang lain..”
Bahkan,
“Sekalipun aku berbuat kesalahan dan ini adalah dosa, tetapi sumbangan pemberianku paling banyak buat gereja. Tuhan pasti mengetahui dan bisa memaklumi, aku hanya manusia biasa yang memiliki kelemahan dan masih bisa berbuat berdosa.”
Ini adalah pertanda dari tumpulnya Hati Nurani. Sudah tahu perbuatan dosa, tetapi malah mewajarkan / membuat biasa perbuatan dosa tersebut. Selain itu, dengan kebiasaan “potong kompas” / menghalalkan segala macam cara yang dilakukan terus-menerus, maka lama-kelamaan hal itu dapat menghancurkan Hati Nurani kita.
How to Catch an Eagle.
Bagaimana caranya agar sang pemburu bisa menangkap burung elang, padahal sarangnya sendiri terletak di atas puncak gunung?
Pertama kali sang pemburu akan mengawasi, burung elang ini kebiasaannya mencari ikan di mana. Setelah mengetahui, sang pemburu akan meletakkan satu sampai dua ekor ikan di tepi sungai dan tetap menanti di dalam diam.
Pada mulanya elang akan menaruh rasa curiga dan mengawasi keadaan di sekitar ikan gratis tersebut. Setelah lama tidak ada pergerakan, elang tersebut akan mengambil satu sampai dua ikan tersebut. Lalu sang pemburu kembali menambahi jumlah ikan yang diletakkannya di tepi sungai.
Dari yang pada mulanya menaruh rasa curiga penuh, sekarang menurun menjadi tidak ada salahnya dengan menikmati ikan gratis. Tetapi di balik semak, ada sang pemburu yang setia mengawasi perilaku dari burung elang.
Pada akhirnya hal ini menjadi kebiasaan, sehingga burung elang menurunkan alertness / kewaspadaan penuh terhadap bahaya. Dirinya sekarang dengan mudah mendapat ikan, tidak usah susah payah mencari dan mendapatkannya.
Pada suatu hari, sang pemburu memutuskan untuk memasang jaring dan tongkat kayu. Burung elang ini sempat menatap ragu, dan terus berputar-putar melihat keadaan di sekitarnya. Ternyata benda tersebut sama sekali tidak bergerak. Tidak ada kehidupan sama sekali. Merasa tidak ada yang perlu dikuatirkan, burung elang ini memakan dengan nikmat beberapa ikan yang diletakkan di bawah jaring perangkap dan tongkat kayu tersebut.
Berhari-hari dia melihat benda asing ini, dan hinggap di atasnya. Akhirnya elang ini memutuskan bahwa benda ini hanyalah sebatang kayu biasa dan tidak akan membahayakan hidupnya.
Tetapi tanpa disadarinya, jaring dan tongkat kayu setiap hari semakin diturunkan tingginya, di tempat di mana burung elang ini menangkap ikan. Ada tali panjang yang menghubungkan jaring tersebut dengan sang pemburu yang tanpa disadari elang, terus mengawasi tingkah lakunya.
Jaring dan tongkat kayu tersebut jarak ketinggiannya menjadi sangat pendek, dan sekalipun harus makan sambil agak membungkuk, elang ini tetap menikmati semua ikan dengan lahapnya. Saat sedang asyik menikmati ikan, tanpa disadari jaring tersebut bergerak turun dengan cepat, memerangkap burung elang tersebut.
Segala sesuatu sudah terlambat. Burung elang yang biasanya terbang tinggi, ironisnya sekarang malah ditangkap di darat dengan mudahnya. Insting bahayanya sudah lama dimatikan oleh sang pemburu dengan memberinya banyak ikan, yang sebenarnya tidak gratis, di setiap harinya.
Ini adalah cara Iblis untuk menghancurkan hidup kita. Ketika kita terus berkompromi terhadap hal kecil di dalam hidup, kita “menikmati melakukan dosa”, maka lama-kelamaan hal ini dapat menjebloskan kita untuk masuk ke dalam keadaan semakin memburuk dan jauh dari Tuhan. Hari-hari ini kita sedang hidup di dalam zaman di mana Hati Nurani setiap orang sudah menghilang.
Illegal Golf Club.
Beberapa tahun lalu stik golf yang ilegal ini keluar. Ciri khasnya adalah, kelentingan stiknya lebih tinggi, bola golfnya dapat dipukul lebih jauh. Ini adalah stik ilegal dan tidak boleh dipakai di dalam pertandingan resmi. Kalau ketahuan bisa langsung didiskualifikasi. Tetapi stik ini laris dan banyak dicari orang. Yang membeli stik ini berkata,
“Yang penting saya enjoy dan tidak merugikan siapa-siapa, toh saya juga tidak mengikuti pertandingan resminya dengan memakai stik ilegal ini. Stik ini hanya dipakai untuk fun, buat gaya-gayaan saja.”
Dan akhirnya malah berkembang menjadi ilegal golf ball. Pantulan bola yang dipukul stik ini jauh lebih tinggi, pukulannya luar biasa, dan tidak membutuhkan banyak latihan.
As long as i enjoy..
Kita hidup di zaman yang penting seseorang itu menikmati dan tidak merugikan orang lain. Lama-kelamaan, hal ini dapat mematikan Hati Nurani.
Setiap orang memiliki areanya sendiri, bila tidak berhati-hati dapat menumpulkan Hati Nurani, dan bila diabaikan terus-menerus, dapat mati.
Bagaimana memulihkan Hati Nurani yang sudah tumpul dan keras?
Pertama. Melalui pertobatan.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23-24).
Sama seperti Raja Daud yang berdoa dan meminta agar Allah menyelidiki hati dan menuntun hidupnya, demikian pula kita dapat meminta agar terang Kristus menerangi dan menyelidiki setiap motivasi yang ada di dalam hidup kita.
Sebelum tidur di malam hari kita dapat melakukan doa dan perenungan diri, apakah ada yang kurang tepat di hari ini, yang telah keluar dari hidup kita? Mungkin saja perkataan kita terlalu keras nadanya terhadap sesama, atau bagaimana tindakan kita selama ini? Apakah benar-benar untuk kemuliaan nama Tuhan, atau hanya sekadar untuk mencari kemegahan bagi diri kita sendiri?
Belajarlah dengan jujur untuk kita mau datang dan terbuka di hadapan Tuhan.
Kalau Roh Kudus mengingatkan, maka kita dapat melakukan pertobatan pribadi di malam itu.
Ini adalah cara pertama untuk menghidupkan Hati Nurani. Jangan sampai kita menjauhkan diri dari kata pertobatan, walaupun kita sudah mengiring Kristus cukup lama waktunya.
Kedua. Mengisi hati dan hidup dengan kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab.
“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12).
Isilah hati dan hidup kita sesuai dengan apa yang firman Tuhan mau, bukan sesuai dengan kebenaran diri kita sendiri. Selama ini kita “diprogram” dan dialihkan oleh nilai-nilai dunia yang keliru dan tanpa disadari, telah mematikan Hati Nurani.
Mengapa terasa sulit untuk hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, dan mendengar suara-Nya berbicara di dalam hidup kita?
Jangan-jangan karena Hati Nurani kita selama ini sudah tumpul, dan kita tidak pernah mengisinya lagi dengan kebenaran firman Tuhan..
Ketiga. Bergaul dengan orang / komunitas yang takut akan Tuhan.
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33).
Ada kata-kata bijak yang sering kita dengar,
“Show me your friends, and i will show your future. Tunjukkan padaku siapa teman-temanmu, dan aku akan menunjukkan bagaimana masa depanmu.”
Dari dalam hati kita melakukan pertobatan pribadi, mengisi, serta merenungkan kebenaran firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab (Mazmur 1:1-3). Tetapi dari luar kita belajar untuk bergaul dengan orang / komunitas yang takut akan Tuhan.
Keempat. Menolak kompromi dengan dosa yang kecil sekalipun.
Dengan inilah Hati Nurani dapat dihidupkan kembali. Belajarlah menolak kompromi dengan perbuatan dosa, sekecil apa pun bentuknya.
“It’s good to feel clean inside ourself. Adalah baik adanya pada saat kita dapat merasa bersih dan tidak ada tuduhan, di dalam Hati Nurani.”
Saat Hati Nurani kita murni, maka ada sukacita maksimal yang dapat kita alami. Hubungan pertemanan dengan sesama juga dapat menjadi lebih baik. Bahkan kita dapat dengan mudahnya merasakan hadirat Tuhan, dan dengan cukup kerelaan hati mengizinkan kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab itu mengoreksi hidup kita.
Kalau kita tidak lagi dapat merasakan hadirat Tuhan, periksalah Hati Nurani kita. Sebab hanya di dalam hadirat-Nya kita dapat merasakan,
“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7).
Berkat dari memiliki Hati Nurani yang murni.
Pertama. Dapat merasakan hadirat Tuhan.
Kedua. Hadirat Tuhan mendatangkan berkat.
Daud tidak mau menjalankan pemerintahannya itu jauh dari tabut Allah, karena dirinya tahu kalau tabut Allah merupakan wujud pernyataan dari hadirat dan juga penyertaan Allah. Di dalam 1 Tawarikh 13:3 Daud mengatakan,
“Dan baiklah kita memindahkan tabut Allah kita ke tempat kita, sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya.”
Dan hal ini dapat terlihat pada saat memindahkan tabut Allah, hadirat-Nya membuat..
“Daud dan seluruh orang Israel menari-nari di hadapan Allah dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, ceracap dan nafiri.” (ayat 8).
Dan juga,
“Tiga bulan lamanya tabut Allah itu tinggal pada keluarga Obed-Edom di rumahnya dan TUHAN memberkati keluarga Obed-Edom dan segala yang dipunyainya.” (ayat 14).
Saat kita menjaga Hati Nurani tetap murni, maka kita dapat merasakan hadirat Tuhan dan juga mendatangkan berkat luar biasa di dalam hidup. Sama seperti Paulus yang mengatakan,
“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” (Kisah Rasul 24:16).
Anggaplah hal ini adalah aset yang paling mahal di mana dapat membuat hidup kerohanian kita bertumbuh, kita memiliki pikiran jernih / clear mind, kita dapat hidup tanpa tuduhan hati nurani, dapat merasakan hadirat dan berkat dari Tuhan, serta terhindar dari self-conscious / hanya memikirkan diri sendiri dan hidup hanya sesuai dengan kebenarannya sendiri. Tidak lagi mau dikoreksi firman Tuhan, dan menerima saran serta masukan yang membangun dari sesama.
Datanglah dengan penuh kerendahan hati, biarlah Tuhan selalu menyinari dan mengoreksi Hati Nurani kita. Terbukalah pada Tuhan, biarlah Dia menyelidiki dan menguji hati kita, serta memulihkan dan menghidupkannya agar kita bisa merasakan hadirat Tuhan di hidup kita. Biarlah Roh-Nya terus bekerja di dalam hati, dan membuat Hati Nurani kita berkenan di hadapan-Nya.
Berbahagialah orang yang merenungkan firman Tuhan, dan mau melakukan di dalam hidupnya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..





Komentar