top of page

Andreas Rahardjo - Fruitful Life = Excellent Life

  • mdcsbysystem
  • 9 Sep
  • 8 menit membaca

Catatan Khotbah: “Fruitful Life = Excellent Life.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 7 September 2025.


ree

Hidup yang excellent / memiliki keunggulan adalah hidup yang dapat memberikan buah / fruitful life, yang bermanfaat bagi banyak orang.


Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Matius 13:3-9).


Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (ayat 18-23).


Dari ayat di atas, kata “Penabur” menunjuk pada Pribadi Tuhan sendiri. Kata “Benih” berbicara tentang firman Tuhan yang ditabur. Kata “Tanah” berbicara soal hati kita. Selama ini tanpa disadari, Tuhan itu selalu membisikkan kebenaran. Bisa jadi dari keluarga, teman, sahabat dan rekan.. Dia memiliki lebih dari 1001 macam dan cara.


Dan sering kali, kebenaran yang hendak Dia perkatakan di dalam hidup kita itu tidak masuk ke dalam hati / tanah yang baik, sehingga tidak dapat menghasilkan buah yang lebat di hidup kita.


Perumpamaan di atas berbicara tentang firman Tuhan yang membawa transformasi di dalam hati dan mengubah hidup kita. Tetapi mengapa kita perlu mengerti perumpamaan ini?


Lalu Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?” (Markus 4:13).


Sepertinya perumpamaan di atas adalah kunci / dasar pengharapan kita tentang firman Tuhan yang sanggup untuk mengubah hidup kita. Kalau kita tidak dapat memahaminya, bagaimana caranya kita dapat mengerti kebenaran firman-Nya?


Firman Tuhan adalah Benih.


Firman Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah apa yang tidak bisa diubah oleh manusia. Firman-Nya itu memiliki daya cipta yang luar biasa. Karena itu setiap kali kita merasa takut, bergumul sesuatu, dan banyak kekuatiran lainnya.. maka bergaullah karib dengan kebenaran firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab, yang memiliki kekuatan untuk mengubah jalannya kehidupan umat manusia.


Pentingnya firman Allah:


Adalah kebenaran (Yohanes 17:17), memberi hidup (Matius 4:4), pelita dan terang (Mazmur 119:105), menguduskan (Efesus 5:26), bertahan untuk selama-lamanya (1 Petrus 1:25), menguatkan dan menghibur (Roma 15:4), menolong melawan dosa (Mazmur 119:11), pedang roh (Efesus 6:17), sumber iman (Roma 10:17). Firman Tuhan berkata,


“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17).


Setiap orang hidupnya masih bisa diubah oleh firman Tuhan yang memiliki kuasa. Kalau ada yang mengatakan bahwa hidupnya tidak bisa diubah, maka sebenarnya dia sedang menutup pintu hatinya untuk membiarkan firman Tuhan masuk ke dalam hatinya, dan mengizinkan Dia bekerja untuk mengadakan perubahan di dalam hidupnya.


Karena itulah fruiful life / kehidupan yang berbuah bukan hanya membawa hasil dari apa yang kita lakukan bagi Tuhan saja, tetapi juga memiliki arti sebuah hidup yang membawa perubahan dari apa yang firman Tuhan lakukan di dalam diri, sehingga hidup kita dimampukan untuk dapat menyerupai Kristus.


Jadi bukan hanya terkait dengan perbuatan kita saja, melainkan juga dengan keberadaan kita.


Kalau hidup kita tidak pernah berubah menjadi versi yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya, maka hal ini masih belum bisa dikatakan fruiful life / kehidupan yang berbuah. Kita harus menyadari bahwa firman Tuhan membawa transformasi yang luar biasa bekerja dari dalam hati kita terlebih dahulu, baru keluar melalui hidup kita.


Jadi bukan berarti firman Tuhan tidak maksimal karena kurang kuat mengubah hidup seseorang, tetapi memang karena ada masalah di dalam hati orang tersebut yang masih belum dibereskan, sehingga firman Tuhan tidak bisa maksimal mengubah hidup orang tersebut.


“Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9).

Musuh terbesar kita bukanlah apa yang dari luar tetapi apa yang berasal dari dalam, yakni apa yang berada di dalam hati kita sendiri. Kita pikir apa yang ada di dalam hati kita itu baik, tetapi sesungguhnya bila tidak diterangi dengan kebenaran firman Tuhan, masih banyak hal yang tidak baik dan bisa merusak hidup kita.


Kalau bukan firman Tuhan yang mengubah apa yang ada di dalam hati kita, maka apa yang berada di dalam hati kita tidak akan pernah berubah.


Pdt. Damaris pernah berbagi tentang keadaan hati seseorang yang mudah berubah. Kalau kita disuap 50rb, kita pasti marah dan menolaknya. Bagaimana bila angka nol-nya terus ditambah? Menjadi 500rb, 5 juta, 50 juta, bahkan 5 Milyar. Bisa jadi hati yang pada awalnya menolak, berubah jawaban menjadi menerima tawaran suap tersebut.


Karena itulah masalah sebenarnya adalah tinggal menanti kapan waktu dan jumlah yang tepat, sesuai dengan apa yang menjadi keinginan kita.


Beberapa hari yang lalu, banyak orang melakukan demo karena ketidakpuasan mereka terhadap kinerja pemerintahan yang banyak melakukan korupsi dan menerima begitu saja tunjangan yang jumlah angkanya terlihat fantastis. Tetapi bila pada suatu hari, yang melakukan demo itu yang gantian menduduki kursi jabatan tersebut.. apakah ada jaminan bahwa mereka tidak akan mengulangi perbuatan yang sama seperti yang dilakukan oleh para pendahulunya yakni, korupsi?


Maka dari itu kita tidak boleh menghakimi, karena kita juga memiliki keburukan yang tidak disadari.


Perumpamaan penabur mengajar kita dari satu orang, tidak semuanya bagian hatinya itu terdiri dari “tanah” yang baik. Ada yang terdiri dari bagian tanah yang keras, berbatu, dan berduri.


“Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (Matius 13:23).


Mengapa pertumbuhan buah ditulis tidak sama jumlahnya? Karena mungkin saja ada benih yang jatuh di tanah keras, berbatu, berduri, dan banyak alasan lainnya, sehingga tidak bisa berbuah.


Masalahnya sekali lagi tidak terletak pada outside / tampak luar tetapi inside / apa yang ada di dalam. Kita harus menyadari bahwa masalah sebenarnya berada di dalam hati kita masing-masing.


Bermacam-macam kondisi hati.


Hati Keras.


Mengapa tanah hatinya begitu keras? Bisa jadi hidupnya masih menyimpan dosa, dan hal ini tidak bergantung dari seberapa lama seseorang itu sudah menjadi Kristen. Selama dosa tersebut belum dibereskan, maka sesering apa pun firman Tuhan diberitakan, maka tidak akan pernah mempan.


Contoh aplikasinya. Kalau misal kita tidak suka A, ketika A mengatakan kebenaran, maka kita tidak akan mau mendengar dan mempercayainya karena kita sebelumnya sudah tidak suka dengan A.


Simson dipakai Tuhan luar biasa, tetapi dinasihati kedua orang tuanya tidak pernah mau mendengar. Semua ini terjadi karena ada dosa perzinahan yang selama ini sudah menguasai hatinya. Karena itulah seseorang yang tidak mau dijangkau dengan nasihat sangatlah berbahaya, karena nasihat terkadang mengandung kebenaran bermanfaat yang bisa mengubah kehidupan seseorang.


Hati Berbatu.


Mengapa tanah hatinya berbatu? Bisa jadi hidupnya selama ini masih menyimpan masalah emosional yang tidak mau dibereskan dengan segera, dan hal ini merupakan “penganiayaan” terhadap firman Tuhan. Seseorang bisa saja melayani Tuhan, tetapi hidupnya tidak berbuah dikarenakan menyimpan kepahitan, iri, dendam, dan banyak lainnya.


Iblis memang berusaha menjauhkan seseorang dari keselamatan, tetapi kalau seorang tersebut sudah mengalami keselamatan dari Kristus.. maka Iblis akan berusaha membuat hatinya nyaman diisi dengan banyak kepahitan, iri, dendam, dan banyak permasalahan emosional lainnya.


Bisa jadi seorang tersebut bersemangat dalam mendengar firman, tetapi ketika di bagian harus mengampuni.. dirinya menolak melakukannya.


Inilah sebabnya benih firman dihimpit batu, dan tidak bisa menghasilkan buah maksimal. Hal ini bukan hanya berlaku untuk jemaat saja tetapi juga untuk yang melayani. Termasuk juga menjadi seorang pendeta, dirinya harus tahan untuk dirasani / diperbincangkan dari belakang.


Tanah Berduri.


Mengapa tanah hatinya berduri? Bisa jadi hidupnya selama ini menyimpan hal-hal keduniawian.


Berkat Tuhan memang mengikuti orang percaya, karena lebih baik berkat itu jatuh ke tangan orang yang takut akan Tuhan agar dapat dipakai untuk memperlebar kerajaan Allah daripada jatuh di tangan orang yang tidak takut akan Allah.


Jangan sampai kita menjadi gereja yang hanya mengejar berkat materi dunia, karena apa yang berada di dalam dunia ini tidak akan pernah bisa memuaskan hati dan jiwa kita.


Hari-hari ini kita bisa bersyukur karena Tuhan sudah mencukupkan semua kebutuhan kita. Tetapi bagaimana bila kita diberkati 10 kali lipat lebih banyak, dari keadaan kita saat ini? Apakah gaya hidup kita tetap sama atau justru berubah? Apakah kita masih bisa tetap merasa bersyukur pada Tuhan, dan tidak pernah merasa kekurangan?


Tanah yang Baik.


Adalah tanah yang subur dan menghasilkan buah yang lebat, bagi kemuliaan nama Tuhan.


Sekali lagi masalahnya kembali berada di dalam hati kita. Bagaimana caranya kita bisa membuka dan menyelidiki hati kita?


Firman Tuhan mengatakan,


“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23-24).


Ayat di atas adalah doa dari raja Daud, dan hal ini sungguh luar biasa sebab kalau misal seorang raja salah, maka harus dibuat tidak salah dan biar yang lain bersalah. Tetapi Daud berbeda. Bisa jadi pada saat dirinya menaikkan doa ini, dirinya berdoa sambil bersujud menyembah Tuhan.


Karena itu milikilah cukup kerendahan hati dan bukalah hati kita, izinkan firman Tuhan itu masuk ke dalam hati dan membawa perubahan radikal di dalam hidup. Tidak ada seorangpun yang bisa mengubah hati, tetapi Tuhan masih bisa. Kalau hal ini terjadi, maka setiap aspek di dalam hidup kita dapat mengalami transformasi hidup.


Setiap malam adakan evaluasi, apakah ada kesombongan di dalam hati? Biarlah kasih dan hikmat Tuhan yang menegur dan memperbaiki. Kalau hati kita sudah dipulihkan menjadi tanah yang baik dan subur, maka kita dapat menjadi seseorang yang terus dimampukan untuk dapat menghadirkan Kristus dan kerajaan-Nya.


Hidup yang berbuah adalah hidup yang dapat menghadirkan Kristus dan kerajaan-Nya..


Kalau ada perpecahan kita menghadirkan persatuan, kebencian dihadirkan kasih persaudaraan, kesedihan dihadirkan penghiburan, kemarahan dihadirkan kesabaran, kekuatiran dihadirkan keyakinan, kepahitan dihadirkan pengampunan, keluhan dihadirkan ucapan syukur, putus asa dihadirkan pengharapan, kekalutan dihadirkan damai sejahtera, dll.


Kehidupan Nelson Mandela.


Tidak lama setelah terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan (1994-1999), Nelson Mandela mengajak beberapa pengawalnya berkeliling kota. Dia singgah di sebuah restoran, dan tidak meminta perlakuan khusus. Dia lalu memesan makanan untuk disantap bersama dengan rombongannya saat itu.


Di meja bagian pojok ada seorang laki-laki yang duduk menunggu pesanannya. Nelson lalu meminta pengawalnya untuk mengajak laki-laki itu bergabung ke meja Nelson. Laki-laki itu pun dipersilakan duduk tepat di samping Nelson.


Hidangan sudah lengkap, Nelson dan rombongan siap menyantap, termasuk laki-laki yang berada di sampingnya. Namun laki-laki itu bersikap aneh. Wajahnya berkeringat dan tangannya gemetar. Dia tidak sanggup menyentuh dan menyantap hidangan yang tersedia di depannya, kecuali hanya sepotong roti dan beberapa tegukan air.


Pengawal pun bingung.


“Tampaknya dia sedang sakit, dan sebaiknya segera kami bawa ke rumah sakit”, ujar pengawal kepada Nelson.


Nelson hanya berdiam diri sampai selesai makan. Pengawal semakin bingung melihat kondisi laki-laki tersebut, hingga dia dipersilakan untuk kembali ke mejanya yang pertama dia pesan.


Kata Nelson kepada pengawal,


“Dia tidak sakit. Keringat yang keluar dan tangan yang gemetar itu bukan pertanda dia sakit. Dialah sipir / penjaga penjara yang dulu menyiksa ketika aku dipenjara di ruang isolasi. Pernah ketika aku haus dan meminta air, dia malah mengencingi kepalaku. Jadi dia sedemikian gemetar karena dia takut bahwa aku akan membalas apa yang pernah dia perbuat terhadap aku. Tetapi aku tidak akan membalasnya. Dendam bukanlah sifatku.”


“As I walked out the door toward the gate that would lead to my freedom, I knew if I didn’t leave my bitterness and hatred behind, I’d still be in prison.” (Nelson Mandela).

Karena itu milikilah kerinduan, di manapun kita berada kita selalu dimampukan untuk memiliki kehidupan fruiful life / kehidupan berbuah, menjadi berkat, dan memuliakan nama-Nya.


Anggota keluarga dan orang-orang yang berada di sekitar kita membutuhkan Kristus yang tinggal di dalam diri kita. Mereka membutuhkan kesabaran, pengertian, kasih, dan banyak buah Roh yang ada di dalam diri kita,


“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Galatia 5:22-23).


Berbahagialah seseorang yang hidupnya terus dimampukan Tuhan untuk berbuah, dan menjadi terang Kristus di manapun dirinya berada.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page