Soetjipto Koesno - Obidience
- mdcsbysystem
- 4 jam yang lalu
- 10 menit membaca
OBEDIENCE.
Ditulis ulang dari sharing Bp. Soetjipto Koesno, di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 16 November 2025.
Hari-hari ini dunia lebih memandang tinggi rebel / memberontak daripada taat / obedience. Mengapa? Karena kebanyakan orang menganggap bahwa rebel itu memiliki sifat yang hebat, kuat, dan memiliki inisiatif. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki sifat obey / taat itu adalah orang yang lemah, tidak memiliki kekuatan, dan tidak berinisiatif.
Tetapi kenyataannya, untuk menjadi seorang yang obey / hidup di dalam ketaatan membutuhkan banyak perjuangan yang sering kali kita jumpai di kenyataannya, banyak yang tidak mudah.
āNaaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta.ā (2 Raja 5:1).
Naaman adalah seorang yang sukses dan berhasil, tetapi dia sakit kusta. Demikian pula dengan manusia, sesukses dan seberhasil apa pun dirinya, di dalam hidupnya pasti ada kata ātetapiā.
Contohnya. Mungkin kita mengalami keberhasilan di dalam pekerjaan, tetapi keluarga kita diizinkan sedang melalui banyak pergumulan. Bisa saja tubuh kita sehat, tetapi di dalam pekerjaan ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki. Setiap orang ada kata tetapi di hidupnya. Siapa pun dia. Dan kata tetapi inilah yang membawa Naaman untuk mencari pertolongan Tuhan, di hidupnya.
āOrang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: āSekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.āā (ayat 2-3).
Cerita seorang anak perempuan dari ayat di atas merupakan pelayan dari istri Naaman, seorang budak, dan memiliki posisi yang paling rendah. Tetapi ada sesuatu yang berbeda, yang ada di dalam hatinya. Sekalipun dia tidak memiliki kewajiban untuk menyampaikan info tersebut, tetapi dia memberanikan diri untuk memberitahu majikannya bahwa di Samaria ada seorang nabi Tuhan yang bisa menyembuhkan penyakit Naaman.
Membutuhkan seorang pelayan yang memiliki kepintaran dan juga dapat meyakinkan majikannya, sebab bila pelayan tersebut tidak memiliki kelebihan apa-apa dan tidak meyakinkan, maka info yang dibagikannya pasti tidak akan dianggap dan didengar oleh istri Naaman.
āLalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya: āBegini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.āā (ayat 4).
Saat pelayan / anak perempuan tersebut menyampaikan info pada istri Naaman dan lalu istrinya memberitahukan pada suaminya, bisa jadi pelayan tersebut merasa berbesar hati karena ālevel hidupnyaā naik. Tetapi saat Naaman percaya dan menyampaikan info tersebut pada tuan / raja Aram, maka Naaman membutuhkan keberanian yang sangat besar untuk menyampaikannya.
Naaman pasti merasa cukup desperate / putus asa, hidupnya memang sudah meraih banyak keberhasilan dan kesuksesan⦠tetapi dirinya sakit kusta. Naaman memberanikan diri menyampaikan hal tersebut kepada Raja.
Pada zaman dahulu, seorang yang terkena kusta dianggap memiliki masa depan yang suram. Dirinya tidak dapat lagi berkumpul dengan siapa pun, karena penyakit ini dapat menular ke lainnya. Naaman merasa putus asa, tidak ada lagi jalan keluar lainnya, dirinya mau mencoba untuk pergi ke Samaria dan mencari kesembuhan.
āMaka jawab raja Aram: āBaik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel.ā Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.ā (ayat 5).
Harga āenam ribu syikal emasā bila dihitung dengan kurs mata uang sekarang, maka nilainya dapat mencapai angka di atas seratus milyar Rupiah. Jumlah salah satu pemberian dari raja Aram ke raja Israel ini sangatlah fantastis. Kalau info dari pelayan / anak perempuan tersebut tidak menjadi kenyataan, maka semuanya bisa berantakan.
āIa menyampaikan surat itu kepada raja Israel, yang berbunyi: āSesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman, pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya.ā Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata: āAllahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.ā Segera sesudah didengar Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya: āMengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.ā Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa.ā (ayat 6-9).
Rombongan yang menyertai Naaman pastinya rombongan dalam jumlah besar karena membawa sejumlah pemberian besar. Ketika raja Israel membaca surat dari raja Aram, dia mengoyakkan pakaiannya. Tetapi Elisa memberitahu raja Israel untuk tetap mengizinkan Naaman datang supaya,
āNaaman tahu ada seorang nabi di Israel yang dapat mendatangkan kuasa Tuhan, yang dapat menyembuhkan penyakit kustanya.ā
Pertama. Obedience Begins with Faith, not Understanding.
Ketaatan pada Tuhan dimulai dengan iman, bukan dengan pengertian kita manusia yang terbatas.
Sering kali kita baru mau taat pada perintah Tuhan kalau perintah Tuhan tersebut dapat kita mengerti, alasannya sesuai, dan ada āiming-imingā setelah kita melakukan perintah Tuhan ada berkat besar yang nantinya datang di dalam hidup kita.
Tetapi dari Naaman kita dapat belajar bahwa ketaatan yang dirinya kerjakan dasarnya itu bukan pengetahuan, karena dirinya sama sekali tidak mengenal siapa nabi di daerah Samaria tersebut. Tetapi dasar ketaatannya adalah iman, bahwa melalui nabi tersebut, dirinya nantinya akan mendapat kesembuhan Ilahi dari kustanya.
Orang yang terlalu pintar sangat susah untuk taat karena dirinya merasa pintar dan untuk taat rasanya tidak masuk di akal. Padahal orang terpintar di dunia ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan hikmat yang dimiliki oleh Sang Pencipta kehidupan.
Dari hal ini kita dapat belajar,
āKalau kita mau belajar untuk taat, maka kita harus memiliki hati yang mau taat terlebih dahulu. Kalau kita menunggu mengerti terlebih dahulu, maka sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa taat pada setiap perintah dari Tuhan.ā
āMaka jawabnya kepada-Nya: āJika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang kepada-Mu membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu.ā Firman-Nya: āAku akan tinggal, sampai engkau kembali.āā (Hakim 6:17-18).
āKemudian berkatalah Gideon kepada Allah: āJika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan.ā Dan demikianlah terjadi; sebab keesokan harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperasnya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. Lalu berkatalah Gideon kepada Allah: āJanganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.ā Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.ā (ayat 36-40).
Gideon takut dan meminta tanda dari Tuhan, supaya dirinya yakin bahwa perintah ini berasal dari Tuhan, dan Dia benar-benar memberi tanda tersebut. Dari ayat di atas kita mendapati bahwa Dia menunjukkan kemurahan-Nya dengan menjawab apa yang diminta Gideon, baru setelah itu dirinya yakin dan mau taat melakukan perintah-Nya.
Mungkin hari-hari ini Tuhan sedang berbicara di dalam hidup kita, tetapi kita masih ragu dan takut untuk melakukan perintah-Nya. Tetapi yang menjadi poin dari pertanyaannya adalah,
āApakah kita mau taat melakukan perintah-Nya?ā
āElisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: āPergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.ā Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: āAku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?ā Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.ā (ayat 10-12).
Elisa tidak mau keluar dan hanya menyuruh seorang suruhan untuk mengatakan pada Naaman, akan apa yang harus dilakukannya. Karena Naaman adalah orang yang sangat penting, dirinya menjadi marah dan tidak terima dengan sikap Elisa.
Di dalam ego dan pikirannya, sikap Elisa ini tidak masuk di akal dan tidak dapat dimengerti karena telah menyuruh Naaman untuk mandi di sungai Yordan, yang sungainya tidak sebaik Abana dan Parpar, serta sungai-sungai di Damsyik.
āMasuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.ā (Matius 7:13-14).
Ketika Bp. Soetjipto memasukkan ayat di atas dan meminta AI untuk membuat gambar ilustrasinya, maka gambar yang dihasilkan adalah ada jalan yang lebar di mana banyak orang percaya Kristus, yang mau melewatinya. Tetapi ada jalan sempit, dan tidak banyak orang yang mau melewati.
Percaya pada Kristus itu banyak orang yang bisa melakukannya, tetapi ketika kita mau taat dan melakukan setiap perintah-Nya, maka hal ini membutuhkan kekuatan, komitmen, dan juga penyerahan diri total dari hidup kita.
Hikmat Tuhan itu jauh melebihi segala apa yang kita miliki, dan Dia tahu apa yang akan terjadi di dalam hidup kita nantinya. Dia itu memegang masa depan hidup kita. Pada saat Dia berbicara di dalam hidup, kita masih memiliki pilihan..
āApakah kita mau menaatinya? Atau kita terus mengabaikan suara-Nya?ā
Kalau kita terus mengabaikan-Nya, maka pada suatu hari kelak jangan pernah terkejut bila Dia tidak akan berbicara lagi.
āSebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.ā (Wahyu 2:5a).
Untuk hidup di dalam ketaatan, kita semua berjuang melakukannya. Sebab lebih baik kita berjuang untuk taat, daripada hanya sekadar pandai mengatakan tetapi tidak pernah melakukan apa-apa di dalam kehidupan ini.
Kedua. Obedience Transforms you, before it changes circumstances.
Ketaatan mengubah apa yang berada di dalam diri kita terlebih dahulu, yakni hati kita, sebelum mengubah keadaan yang ada di luar kita.
Sering kali kita hanya mau taat, kalau kita melihat orang lain dan keadaan berubah menjadi lebih baik terlebih dahulu. Padahal keadaan di luar itu mudah untuk diubah Tuhan, tetapi yang paling sulit adalah mengubah apa yang berada di dalam hati kita terlebih dahulu. Sebab yang namanya ketaatan selalu dimulai dari dalam hati manusia.
āTetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: āBapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.āā (2 Raja 5:13).
Tuhan mau kita taat, baik hal itu mudah atau sulit keadaannya, bisa dimengerti ataupun tidak. Marilah kita belajar bersama. Saat hati kita mau berubah, maka Tuhan masih mampu untuk mengubah keadaan sekitar untuk menyatakan kehendak-Nya yang terbaik, dalam hidup anak-anakNya.
Ketiga. Obedience Opens Up Godās Provision.
Ketaatan membuka jalan untuk pemeliharaan dan kuasa Tuhan di dalam hidup kita.
Mengubah hidup seseorang itu membutuhkan waktu dan juga terkadang berbagai kejadian. Demikian pula dengan Naaman yang bisa jadi pada saat itu berpikir,
āBagaimana bila setelah mandi sebanyak tujuh kali di sungai Yordan, dirinya tetap menderita kusta, dan tidak menerima kesembuhan?ā
Pastinya Naaman akan menjadi bahan tertawaan, baik di negeri Aram maupun Israel. Tetapi ketika Naaman mau taat melangkah, hatinya mulai diubah dan dilembutkan Tuhan, dan hasil dari ketaatannya adalah, dirinya mengalami mukjizat dari Dia.
Kita mungkin masih belum melakukan apa-apa bagi Tuhan, tetapi ketika hati kita mau berubah, maka keadaan di luar kita juga mulai ikut berubah. Ketika hati kita memutuskan untuk mau taat melakukan perintah Tuhan, mukjizat itu bagian Dia.
āMaka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.ā (ayat 14).
Tuhan tidak pernah ingkar janji. Dia tahu apa yang terjadi di masa depan, dan Dia memegangnya.
āTetapi Elia berkata kepadanya: āJanganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.ā Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.ā (1 Raja 17:13-16).
Ketika janda di Sarfat memutuskan untuk taat, maka tepungnya tidak habis dan minyaknya tidak berkurang. Janda ini mengalami mukjizat pemeliharaan Tuhan di dalam hidupnya.
Ketaatan membawa kita dekat dengan Bapa.
Sering kali kita menemukan ada orang-orang yang hidupnya tidak pernah taat melakukan perintah Tuhan, tetapi mereka terlihat baik dan semua aspek di dalam hidup mereka juga diberkati. Tetapi kita tidak boleh lupa, setiap orang, entah kapan waktunya, pasti ada kata tetapi.
Taat / obey di sini bukan soal boleh atau tidak, ataupun soal berapa skor / nilai kelulusan yang berhasil kita raih tetapi lebih kepada,
āJikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.ā (Yohanes 14:15).
Taat bukan hanya sekadar apa yang kita lakukan itu nantinya akan mendapat berkat, mengalami mukjizat kesembuhan, keluarga yang dipulihkan Tuhan, dan banyak hal baik lainnya dari Dia.. tetapi lebih kepada relasi kita dengan Bapa yang ada di Surga, yang dipulihkan.
Ada yang hidupnya taat sama Tuhan tetapi malah diizinkan kehilangan banyak harta, harus mendekam di balik dinding penjara karena pemberitaan Injil Kristus, tidak mendapat apa-apa selain melihat banyak jiwa dimenangkan bagi Kristus dan hidup mereka diubahkan.
Mereka yang taat ini tidak mendapatkan apa-apa, selain dari Pribadi Tuhan yang sangat berharga di dalam hati dan juga hidup mereka.
Terkadang kita berpikir orang yang hidupnya taat pada Tuhan itu pasti diberkati dengan luar biasa, padahal bukan ini yang Dia janjikan melainkan,
āBarangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.ā (ayat 21).
āJawab Yesus: āJika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.āā (ayat 23).
Hal apakah yang paling kita anggap berharga di dalam hidup ini? Berbagai mukjizat dan pertolongan dari Tuhan, walau hal ini tidaklah salah? Atau.. mendapat relasi bersama dengan Bapa, dalam persekutuan yang karib dengan-Nya?
Kekristenan bukan berbicara tentang selalu mendapatkan berkat dan jawaban doa yang tepat setelah kita selesai berdoa, ataupun menjalani kehidupan yang selalu baik di setiap harinya.. tetapi lebih pada keputusan kita untuk menyerahkan hati dan hidup kita di setiap harinya, untuk mau taat melakukan setiap perintah Tuhan.
Dari ayat 21 dan 23 kita mendapati,
āTuhan akan menyatakan Diri-Nya, dan diam bersama di dalam hidup kita.ā
Ketaatan terbesar sudah dikerjakan Tuhan Yesus pada saat Dia mati di atas kayu salib untuk menebus dosa dan pemberontakan kita, dan bangkit pada hari yang ketiga untuk mengalahkan kuasa maut yang selama ini bekerja menguasai hidup kita.
Ini adalah ketaatan terbesar yang sudah diselesaikan-Nya. Dari ketaatan-Nya ini, apa yang Dia harapkan?
āSupaya kita dapat memuji dan menyembah Dia? Supaya kita nantinya dapat memberikan persembahan berupa dana, kepada-Nya?
Melalui ketaatan yang sudah dikerjakan Tuhan Yesus, Dia sudah menyelesaikan semuanya itu dengan harapan agar relasi kita dengan Bapa di Surga dapat dipulihkan. Tetaplah taat dan setia melakukan perintah-Nya, baik hidup kita sedang baik-baik saja ataupun kita diizinkan untuk melalui beberapa pergumulan hidup.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..





Komentar