Janny Luntungan - Pelajaran dari Mazmur 126:6
- mdcsbysystem
- 12 Mar
- 9 menit membaca
Catatan Khotbah: “Pelajaran dari Mazmur 126:6.” Ditulis ulang dari sharing Ps. Janny Luntungan (GPdI Perth), di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 2 Maret 2025.
“Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” (Mazmur 126:6).
Perjalanan hidup kita sesungguhnya berjalan tidaklah singkat. Memang, kehidupan di bumi ini hanya memiliki batas durasi waktu sekitar 70-80 tahun saja (Mazmur 90:10). Tetapi setelah selesai waktu di bumi ini, kita perlu merenung dan mempersiapkan baik-baik sedari sekarang tentang, masih ada kekekalan yang harus dilalui. Kekekalan ini tidak memiliki ukuran panjang batasan, dan waktu yang kita lalui di bumi juga tidak dapat dibandingkan dengan waktu yang akan kita habiskan nantinya di dalam kekekalan.
Menyikapi semuanya ini, sebagai anak-anak Tuhan seharusnya kita selalu siap dan bersikap hormat terhadap hal-hal yang ada hubungannya dengan kekekalan. Jangan sampai hal ini terlewatkan di dalam hidup, agar kita tidak menikmati kekekalan tersebut di tempat yang salah / Neraka.
Iblis tahu mengenai kekekalan, tahu bahwa kesudahan segala sesuatunya sudah dekat, dan pastinya dia tidak akan berdiam diri saja. Karena itu di akhir zaman ini Iblis semakin gencar untuk “menjangkau jiwa”, termasuk juga yang ada di dalam gereja dengan berbagai macam cara, agar banyak dari antara kita yang tersesat, dan juga semakin menjauh dari Tuhan.
Itulah sebabnya kita harus menjaga hidup kerohanian dengan sebaik mungkin, jangan sampai kita termakan tipu daya dari Iblis.
Berkat itu memang indah, tetapi kita tidak boleh menjalani hidup hanya berorientasi pada jawaban doa saja. Kita harus mempersiapkan tubuh, mental, jiwa dan rohani.. kita semua anak-anak Tuhan harus tetap berjalan maju bersama-Nya.
Apa yang dapat dipelajari dari Mazmur 126:6?
Pertama. Orang yang berjalan maju..
Seseorang yang kesukaannya hanya jalan berputar-putar saja, jangan sampai dirinya mengalami kerohanian yang tertinggal karena tidak pernah serius dan bersungguh hati dengan Tuhan. Tetapi teruslah Berjalan Maju, setia dan bersungguh hati, karena setiap tindakan kita itu pasti ada dampak rohaninya, tidak hanya berdampak secara jasmani saja. Dan nantinya, juga dapat berdampak pada anak cucu kita di kemudian hari.
Berjalan Maju berbicara tentang: Sikap yang pantang mundur, tidak tinggal diam, tidak mudah menyerah, dan tidak bernostalgia.
Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Masihkah kita ingat dengan kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego di dalam kitab Daniel 3, di mana karena tidak mau menyembah patung emas yang didirikan Nebukadnezar, mereka dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala?
Di akhir cerita memang ditulis dengan pertolongan Tuhan ketiga orang tersebut,
“tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.” (ayat 27).
Dan di ayat terakhir dari pasal 3,
“Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.” (ayat 30).
Tetapi setelah pasal 3, kita sama sekali tidak menemukan ke mana jejak ketiga orang tersebut. Di pasal selanjutnya hanya ditulis kisah dari Daniel yang hidupnya itu rajin berdoa dan bersungguh hati terhadap Tuhan. Hal ini dapat kita temukan ketika para pejabat tinggi dan wakil raja mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, mereka tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu kesalahan, sebab Daniel ini setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya (6:5).
Bahkan berkatalah orang-orang itu:
“Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!” (6:6).
Daniel juga memiliki kebiasaan,
“tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (6:11).
Melaluinya kita dapat belajar untuk memperjelas corak hidup kerohanian kita, bukan hanya sekadar beragama tetapi juga ber-Tuhan, dengan memiliki pengalaman pribadi berjalan bersama-Nya.
Karena itu sangat disayangkan bila di hari-hari ini seseorang itu mudah connect dengan hal-hal yang berbau mistis dan yang membuat perasaan merinding.. tetapi saat masuk ke dalam rumah Tuhan, mereka sama sekali tidak dapat connect dengan hadirat Tuhan dan lawatan-Nya.
Karena itu jadikan hubungan pribadi kita dengan Tuhan di dalam doa dan pembacaan firman-Nya di dalam Alkitab menjadi prioritas kita yang terutama, di setiap harinya. Kita tetap memutuskan untuk Berjalan Maju, dan memajukan kebiasaan kerohanian kita menjadi semakin rajin.
Orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan bila hendak shopping / berbelanja, maka mereka akan melakukannya di hari Kamis. Sedangkan di hari Jumat mereka sama sekali tidak mau diganggu, karena di Jumat malam / malam Sabtunya hingga tiba Sabtu Malam, mereka semua merayakan Hari Sabat / hari istirahat di dalam Yudaisme.
Karena itu bila kita diundang oleh para pejabat, kita bisa datang tepat waktu dan bersikap penuh hormat kepada mereka. Tetapi apakah karena kita sering beribadah di setiap hari Minggu, sehingga kita menjadi terbiasa dan tidak ada lagi rasa hormat kepada-Nya? Kita datang beribadah juga tidak tepat waktu, apakah ini tanda kita menghormati-Nya?
Berjalan Maju juga berbicara tentang bagaimana sikap kita pada saat menghadapi masalah. Anak-anak Tuhan tetap harus berani untuk menghadapi masalah bersama dengan kasih dan hikmat dari Tuhan yang menuntun, dan jangan pernah lari darinya. Sekalipun masalah itu pernah datang di dalam hidup kita, tetap saja masalah tersebut dapat kembali sewaktu-waktu di hidup kita.
Para tokoh iman yang tertulis kisahnya di dalam Alkitab, mereka juga bukanlah orang yang sempurna. Kalau mau dicari, pasti ada saja kesalahannya. Tetapi yang menjadi perbedaannya adalah, ketika berbuat salah, mereka mau bangkit dan segera kembali berjalan di Jalan Ilahi yang sudah ditetapkan di dalam hidup mereka.
Sampai pada suatu hari, ketaatan kita akan ditemukan berjalan dengan konstan. Kerinduan hati kita hanyalah untuk menyenangkan hati-Nya, melalui perkataan dan perbuatan kita.
Karena itu selama kita masih dipercayakan waktu dan kesempatan di dalam dunia ini.. jangan hanya berdiam diri saja, apalagi bernostalgia dengan pengalaman indah di masa lalu. Percayalah bersama dengan Tuhan yang akan selalu memberi kekuatan, kita masih memiliki banyak hal yang dapat diselesaikan bersama dengan-Nya.
Mungkin di zaman dahulu kita begitu bersemangat dalam melayani Tuhan. Tetapi ini terjadi di zaman dulu, bagaimana dengan sekarang? Apakah kita masih tetap bersemangat untuk melayani Tuhan, sama seperti di zaman dahulu kala?
Karena itu jagalah selalu kekuatan stamina dari hidup kerohanian, sampai kita nantinya berjumpa dengan Allah di dalam kekekalan Surga-Nya yang mulia. Perjalanan kita masih panjang..
Kedua. Dengan menangis..
Sekuat dan sehebat-hebatnya kita merasa, tetap ada waktu di mana yang dapat kita lakukan hanyalah berlutut di bawah kaki Tuhan, menangis di hadapan-Nya, dan mencurahkan isi hati karena beratnya beban pergumulan yang sedang dihadapi. Firman Tuhan juga mengatakan pada kita,
“Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?” (Mazmur 56:9).
Ada harga yang harus dibayar di dalam hidup, ada hal-hal yang tetap harus kita hadapi. Tetaplah belajar untuk menghargai setiap proses di dalam hidup ini, sekalipun tidak selalu berjalan mengenakkan. Bahkan ada hal-hal tertentu kalau kita mau mendapatkan yang terbaik, maka ada kalanya kita harus belajar sabar untuk menanti, sambil tetap taat dan setia mengiring-Nya.
Kesukaan dari Ps. Janny adalah memasak Babi Guling, dan kalau mau rasanya enak dan bumbunya meresap rata, maka harus dimasak selama kurun waktu 7 jam lamanya. Kalau mau memasak Babi Rica dan Babi Kecap, waktunya bisa cepat.
Tetapi bila kita mau mendapatkan masakan Babi Guling yang gurih dan tekstur dagingnya indah, maka kita harus belajar untuk bersabar pada saat memasak sambil memutar dagingnya dengan perlahan. Sambil menunggu masakan matang, daging babi tersebut ditusuk di bagian tertentu agar mendukung bumbunya cepat meresap.
Di dalam pekerjaan-pun sama, ada proses yang juga harus dengan sabar dilalui, agar setiap dari kita mendapatkan hasil yang maksimal.
Bagaimana dengan hubungan pribadi yang kita bangun bersama dengan Tuhan selama ini?
Izinkan kualitas surgawi itu terus terjadi di dalam hidup kita, melalui berbagai proses yang Dia izinkan terjadi di dalam hidup ini. Semuanya ini bertujuan agar kita dapat menjadi pribadi yang bukan murahan, tetapi yang excellent.
Sehingga nantinya penginjilan yang kita lakukan bukan lagi dengan kata-kata yang membosankan, tetapi ada kekuatan Allah yang menyertai dan setiap kita dimampukan untuk dapat menjadi teladan hidup, yang memuliakan nama-Nya.
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”” (Roma 1:16-17).
Karena itu jalani setiap proses di dalam hidup ini dengan komitmen dan sikap kesungguhan hati pada-Nya. Jangan terpancing mencari kenikmatan dunia yang sifatnya hanya sementara, tetapi berfokuslah pada hal-hal rohani. Tuhan masih menyediakan yang terbaik bagi setiap kita. Amin!
Seseorang yang berlatih di tempat gym, maka dirinya pasti tidak akan berlatih dengan alat dan jenis olahraga yang sama, yang digunakan 1 tahun yang lalu. Pasti ada peningkatan alat dan juga berat yang disesuaikan. Demikian pula dengan olahraga surfing di pantai. Seorang surfer sejati, yang levelnya sudah matang dan berpengalaman, pasti akan mencari ombak besar. Kalau ombaknya kecil, lebih baik pulang dan tidur di rumah saja.
Karena itu rindukan agar ada pertumbuhan di dalam hidup kerohanian kita. Tingkatkan selalu agar kita menjadi lebih sungguh lagi dalam menyelesaikan setiap hal, yang Tuhan sudah percayakan di dalam hidup kita. Sebab bila selama ini kita hanya berpuas diri di hidup kerohanian yang biasa-biasa saja, maka kita juga akan menjalani kehidupan yang begitu-begitu saja.
Berikan yang terbaik bagi Tuhan, dan lakukan dengan penuh kerinduan. Kalau kita sudah terbiasa melakukannya, maka kita akan melakukan segala sesuatu dengan perasaan cinta kepada Tuhan, dan semuanya tidak akan menjadi seperti beban.
Ketiga. Sambil menabur benih..
Hal-hal kecil dan detail biasanya menghasilkan yang terbaik. Ada menu makanan tertentu dibentuk sedemikian rupa, walau porsinya sangat minimalis, tetapi mengundang orang-orang untuk tertarik makan. Kita juga membayar harga untuk sebuah nilai seni makanan, yang diciptakan chef-nya. Tetapi ini semua berbicara tentang kualitas, baik dari sisi seni maupun rasa makanannya.
Di dalam hidup ini, sebenarnya banyak hal detail dan sederhana yang bisa kita lakukan, yang di mana tanpa disadari bisa memberkati banyak orang. Misalnya, membuka pintu terlebih dahulu untuk seseorang yang ada di belakang kita, dan banyak hal lainnya yang di mana melalui kasih dan hikmat Tuhan yang menuntun, keberadaan kita dapat menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar.
Di rumah Tuhan, kita juga bisa membuat suasana lebih hangat lagi. Contoh sederhananya, dengan kita tersenyum pada jemaat yang berada di sekitar kita. Perbuatan yang terlihat sederhana ini terkadang bisa menjadi berkat di dalam hidup mereka. Kita tidak pernah tahu ada orang-orang yang bisa jadi mengalami pergumulan berat dalam hidupnya pada hari itu, dan dengan kita tersenyum, Tuhan dapat memakainya untuk memberi semangat dan menyatakan kasih Tuhan bagi dirinya.
Perbuatan sederhana kita, bisa jadi dapat diurapi dan dipakai Tuhan untuk menjadi jawaban doa, bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.
“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8).
Kalau kita mau membawa pulang hasil terbaik, maka teruslah setia untuk menabur yang terbaik, menabur dengan komitmen, dan juga penuh kesungguhan hati. Tuhan ingin agar kita terus bergaul dengan Dia, kita berjalan bersama-Nya sampai kesudahan zaman, dan berjalan bersama saudara seiman di dalam kesetiaan.
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6:8).
Ada seseorang yang pernah mengatakan,
“Cobalah membawa hidup bergerejamu ke tempat kerja, dan tunggulah berapa lama kau dipecat.”
Bagaimana kalau kita membawa kehidupan kita yang excellent di gereja, kita bawa ke tempat kerja, dan di manapun kita berada? Mengasihi dan memberi yang terbaik bagi Tuhan dan sesama tidak hanya di dalam ruang lingkup gereja saja, tetapi juga di rumah, sekolah / universitas, marketplace, dan di manapun Tuhan menempatkan kita.
Kalau selama ini apa yang kita lakukan selalu disertai dengan pertanyaan,
“Kalau saya melakukan semuanya ini, apa yang saya dapatkan dari Tuhan?”
Kalau kita sudah menjadi seorang Kristen bertahun-tahun, dan masih bertanya seperti itu berarti orientasi kita masihlah anak-anak rohani dan belum mencapai kedewasaan rohani.
Tetapi marilah memiliki kerinduan untuk selalu memberikan yang terbaik, karena Bapa kita yang berada di Surga itu bisa mendengar dan melihat akan apa yang menjadi kebutuhan dari kita, anak-anakNya. Dia akan menjawab dan memberi apa yang dibutuhkan, sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik, bagi setiap kita.
Tetaplah setia menabur, dan biarlah di dalam hidup kita ini selalu disibukkan dengan menabur, daripada disibukkan dengan berbagai masalah kita. Menabur benih berbicara tentang tindakan yang konkrit, kalau mau membawa pulang hasil yang terbaik maka berilah taburan yang terbaik. Dan bila kita mau mengalami kemajuan di dalam hidup kerohanian ini, maka taburlah komitmen, pengorbanan, dan juga kesungguhan hati.
Keempat. Pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Sekali waktu kita akan dapat bercerita tentang berbagai kisah yang ada di dalam hidup, tentang bagaimana kita dapat melewati segala badai kehidupan bersama dengan kasih dan hikmat Tuhan yang menuntun, dan hal itu dapat diurapi dan dipakai Tuhan untuk menjadi petunjuk hidup bagi orang lain yang membutuhkannya.
Bisa jadi mungkin kita tidak sempat bercerita, tetapi anak cucu kita nantinya yang akan bercerita tentang bagaimana kasih dan kesetiaan kita dalam mengiring Tuhan selama ini, di berbagai musim kehidupan yang sudah kita lalui. Dan hal itu nantinya juga dapat menginspirasi orang lain untuk tetap setia mengiring Tuhan, apa pun musim kehidupan yang sedang mereka lalui.
Musim memang akan selalu berganti, tetapi kasih kita harus lebih sungguh lagi sama Tuhan. Kalau kita mengasihi Tuhan jangan hanya asal berbicara, tetapi buktikan kasih kita kepada Tuhan.
Masa hidup kita juga pasti akan berganti, ada pertumbuhan usia dari rupa bayi sampai kita nantinya berpulang ke rumah Bapa di Surga. Karena itu, lalui setiap masa yang ada di dalam hidup ini dengan kasih kita kepada Tuhan, dan kasih kita kepada-Nya harus terus bertumbuh semakin dalam, bukan semakin berkurang.
Musim yang dihadapi bisa jadi akan semakin berat, tetapi pertanyaannya adalah,
“Apakah kita akan tetap melaluinya bersama dengan kasih dan hikmat Tuhan yang pasti akan selalu menuntun hidup kita? Atau kita justru akan meninggalkan-Nya, dan memilih untuk memakai hikmat dan kekuatan kita sendiri?”
Ambillah keputusan hari ini untuk tetap setia dan mengandalkan Tuhan, apa pun musim kehidupan yang sedang kita lalui. Karena nantinya kita akan berbagi pada anak cucu dan memberikan keteladanan hidup pada mereka, membagikan bahwa semua hal yang terjadi di dalam hidup kita hanyalah karena anugerah dan kasih karunia-Nya semata yang telah menolong dan memelihara kehidupan kita selama ini.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments