top of page

Gunawan Iskandar - Berani Berharap

  • mdcsbysystem
  • 11 Mar
  • 12 menit membaca

Catatan Khotbah: “Berani Berharap.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Gunawan Iskandar di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 23 Februari 2025.


Beberapa minggu ini kita telah banyak belajar tentang courage / keberanian. Firman Tuhan juga mengatakan pada kita,


“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16).


Dan juga,


“Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.” (Ibrani 10:19-21).


Bukan karena kekuatan dan diri kita yang layak selama ini, tetapi karena Tuhan sendiri yang telah melayakkan setiap kita untuk dapat masuk ke dalam hadirat-Nya, untuk memuji dan menyembah-Nya di dalam hadirat-Nya yang mulia.


Tetapi, mengapa kita perlu belajar untuk berani berharap kembali pada Tuhan? Karena Dia sangat suka kalau anak-anakNya menggantungkan harapan hanya kepada-Nya, bukan yang lain.


“TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.” (Mazmur 147:11).

Tuhan itu sangat suka dan disenangkan dengan keberadaan orang-orang yang takut akan Dia, dan yang mau menghargai-Nya. Dia suka kalau kita bergantung dan memiliki hati yang berharap sepenuhnya kepada-Nya. Sekalipun bisa jadi kita memiliki banyak kemampuan, pengalaman, dan juga kemenangan pribadi… tetapi kita memilih untuk tetap mengandalkan Dia, lebih dari mengandalkan kelebihan yang ada pada kita.


“sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi.” (Ulangan 14:2).


Kita dipilih menjadi umat kesayangan-Nya Tuhan bukan karena kuat dan hebat kita, tetapi karena kita menggantungkan harapan sepenuhnya pada-Nya. Seseorang yang menaruh harapannya pada Tuhan bukanlah orang yang lemah, karena dirinya tahu kepada siapa dirinya berharap, dan hidupnya selama ini mengandalkan siapa 🙂


Itulah sebabnya kalau kita mau belajar untuk berani berharap kembali pada Tuhan, maka kita harus belajar..


Pertama. Jangan Pernah Menyerah 🔥.


“Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.” (Markus 5:25-29).


Perempuan di ayat di atas diceritakan telah berulang-ulang diobati berbagai tabib, dan telah dihabiskan semua yang ada padanya. Dirinya sudah mempertaruhkan segala harta benda yang dimiliki, untuk mendapat kesembuhannya. Tetapi kita dapat membaca di ayat di atas, keadaannya justru bertambah semakin memburuk.


Kisah Seorang Istri hamba Tuhan.


Kisah di ayat di atas mengingatkan Pdt. Gunawan pada saat dirinya masih bergabung di dalam Yayasan Peka, di mana pada saat itu ada seorang hamba Tuhan yang meminta tolong pada yayasan tersebut mengenai istrinya yang terus mengalami pendarahan, setelah melahirkan anak kedua.


Apa yang dialami istrinya ini sudah berlangsung selama tiga tahun lamanya. Biaya yang dikeluarkan juga sudah lumayan banyak, tetapi istrinya tak kunjung mendapat kesembuhan, bahkan malah meninggalkan tagihan utang yang cukup besar di rumah sakit. Lebih lanjut rumah sakit di Tanjung Pinang tempat di mana istrinya dirawat, memberi rujukan agar istrinya dapat dipindah dan dioperasi ulang di rumah sakit di kota Batam.


Singkat cerita, yayasan tersebut membantu melunasi utang di rumah sakit yang lama dan juga membantu membiayai operasi di rumah sakit di kota Batam, sampai istrinya ini sembuh total.


Melalui semuanya ini, istri dari hamba Tuhan tersebut berterima kasih dan bercerita pada Pdt. Gunawan kalau mereka berdua memang pekerjaannya sama-sama melayani Tuhan sebagai seorang pendeta. Tetapi bagaimanapun juga, pasti keduanya memiliki pergumulan dan kesusahannya masing-masing.


Melalui apa yang dialaminya selama ini, istrinya melihat suaminya selama ini tidak pernah menyerah dan terus berjuang agar dirinya mendapat kesembuhan dari penyakitnya. Istrinya juga dikuatkan cerita firman Tuhan di ayat di atas, mengenai perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun lamanya. Dirinya belajar untuk tidak pernah menyerah dan menggantungkan pengharapan yang dimilikinya hanya pada Tuhan, hal ini tidak pernah mengecewakan.


Setiap orang harus memiliki pengharapan di dalam Tuhan, apa pun situasi dan kondisi yang dihadapinya. Firman-Nya berkata,


“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yeremia 17:7).

Seseorang yang berharap kepada Tuhan, Dia itu suka dan akan memberi pertolongan tepat pada waktu-Nya. Dia tidak pernah terlambat dan ingin untuk menjawab semua permohonan doa yang kita panjatkan, sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik bagi setiap kita.


Kalaupun permohonan doa kita ada yang ditunda, tetaplah memercayai bahwa Tuhan pasti memiliki maksud yang terbaik bagi setiap kita. Dia adalah Allah yang berdaulat, dan masih memegang kendali penuh segala hal yang ada di dalam hidup kita.


“Once you choose hope, anything’s possible.” (Christopher Reeve).

Ketika kita memilih untuk tetap berharap, maka segala kemungkinan mukjizat terbaik dari Tuhan itu dapat terjadi di dalam hidup kita.


Dia adalah Tuhan yang kreatif dan memiliki banyak cara untuk dapat menyatakan kedaulatan dan kedahsyatan-Nya di dalam hidup kita. Tuhan tidak bisa diatur dengan pemikiran kita yang terbatas, tentang bagaimana caranya Dia akan menolong dan membebaskan diri kita. Dia memiliki eagle’s view / sudut pandang seperti burung elang dari atas langit yang dapat memandang sampai jauh ke depan, lebih luas dari sudut pandang kita manusia yang pendek dan terbatas, yang sering diibaratkan seperti sudut pandang seekor domba.


Karena itu apa pun yang dihadapi hari-hari ini, jangan pernah menyerah / never give up. Teruslah menggantungkan harapan kita hanya pada-Nya.


Kedua. Memiliki Kerendahan Hati 🙇‍♂.


Kalau kita mau belajar untuk berani berharap kembali pada Tuhan, maka yang kedua kita perlu belajar untuk memiliki kerendahan hati / humility. Sebab firman Tuhan mengatakan,


“Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” (Amsal 16:5).

“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18).


The Story of Naaman, the Syrian General.


“Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa. Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: “Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.” (2 Raja 5:9-12).


Tahukah kita bahwa Tuhan itu tidak suka dengan orang yang sombong dan tinggi hati? Orang yang sombong itu, walaupun hal ini tidak semua, tidak hanya untuk orang-orang kaya dan hebat saja. Tetapi orang-orang yang terpuruk dan membutuhkan pertolongan, bisa jadi mereka merasa sombong dan tinggi hati.


Apa maksudnya?


Bisa jadi mereka terus menolak cara Tuhan untuk menolong mereka, dan “memaksa Tuhan” untuk menolong dirinya, dengan cara dan maunya sendiri. Bukan dengan cara dan maunya Tuhan.


“Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” (ayat 2-3).


“Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.” Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.” (ayat 13-14).


Kisah di atas ini lebih pas bila diberi judul “The Story’s Advice from a Servant / Kisah Nasihat dari seorang Pegawai / Pelayan.” Sebab bila kita membaca pasal 5 secara keseluruhan, maka kita akan mendapati ketika Naaman sakit kusta yang menyuruhnya untuk menghadap nabi Elisa yang ada di Samaria justru berasal dari seorang anak perempuan, yang merupakan pelayan dari istrinya sendiri (ayat 2-3).


Bahkan ketika Naaman merasa tersinggung dan panas hati, justru pegawai-pegawainya yang menasihatinya untuk mau menaati apa yang sudah diperintahkan Elisa (ayat 13-14).


Melalui kisah di atas kita bisa belajar bahwa, terkadang pertolongan Tuhan itu dapat datang dari nasihat seseorang yang tidak kita duga sebelumnya, bahkan bisa jadi yang status levelnya kita rasa jauh di bawah kita. Mengapa hal tersebut diizinkan terjadi? Agar kita dapat belajar untuk rendah hati dan kita mendapat pertolongan dari-Nya. Supaya kita tidak menjadi sombong dan bisa menghampiri-Nya. Karena itu, taruhlah hati kita di bawah kaki-Nya, dan tetaplah belajar memercayai-Nya.


Ada kesaksian dari seorang jemaat di Ibadah Doa Pagi, di mana pada saat dirinya menghadapi berbagai pergumulan, semua teman dan sahabatnya itu malah meninggalkannya. Justru malah dirinya ditolong seseorang yang tidak dikenalnya dekat, dan melalui peristiwa ini dirinya dapat belajar untuk hidup dalam kerendahan hati, menaruh iman dan pengharapannya hanya pada Tuhan saja, serta tidak membatasi cara dan hikmat-Nya bekerja untuk menolong dirinya.


Pdt. Gunawan juga teringat dan belajar dari apa yang dikatakan putranya, untuk disampaikan di setiap khotbahnya bahwa ibadah onsite itu jauh lebih baik daripada ibadah secara online. Karena melalui persekutuan dengan Tuhan dan bertemu bersama jemaat lainnya, hal ini dapat membuat kita saling menguatkan dan juga mendoakan satu dengan lainnya. Firman-Nya berkata,


“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25).


Marilah belajar untuk selalu merendahkan hati di hadapan Tuhan dan mengabaikan apa posisi, jabatan, gelar, dan menaruh semuanya di bawah kaki-Nya. Sekalipun kita memiliki kemampuan lebih secara manusia, tetapi kita mau menaruh dan menggantungkan harapan kita hanya pada-Nya.


Karena itu sekalipun kita memiliki banyak piala atas kemenangan pribadi yang telah diraih di dalam dunia ini, tetapi seseorang yang rendah hati akan tetap memiliki belas kasihan dari Tuhan bagi sesamanya. Sekalipun kita memiliki banyak tips untuk dapat meraih kesuksesan, kita tetap untuk dan menaruh semuanya di bawah kaki Tuhan. Sebab kita tahu hanya Dia yang sanggup untuk menolong dan mengangkat kita kembali 🙂


Tuhan menyayangi orang-orang yang rendah hati, yang terus menyadari bahwa semua hal baik yang terjadi di dalam hidupnya, berasal dari-Nya.


“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36).


Seseorang yang rendah hati adalah seseorang yang tahu dari mana dirinya dan berkatnya berasal, dan kepada siapa dirinya harus mengucap syukur pada saat mengalami keberhasilan. Segala yang ada di dalam hidupnya dipersembahkan sebagai persembahan yang harum, di hadapan-Nya.


Kita juga dapat belajar tentang sikap rendah hati yang dimiliki raja Daud. Sekalipun dirinya adalah seorang raja yang besar dan terkenal, tetapi firman Tuhan mencatat pada kita,


“Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala.” (2 Samuel 6:14-15).


Bagi Daud, Tuhan itu jauh lebih penting dari jabatan yang diembannya pada saat itu, yakni sebagai seorang raja, dan dari berbagai kemenangan yang sudah diraihnya. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan di dalam firman-Nya,


“Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.” (Kisah Rasul 13:22).


Seseorang yang memiliki kerendahan hati maka dirinya berharap sepenuhnya, hanya kepada Tuhan. Sekalipun Daud mengetahui berbagai strategi mengenai bagaimana cara memenangkan setiap pertempuran, tetapi Daud mau untuk merendahkan hati dan hikmatnya di bawah hikmat Tuhan, dan mau mengakui kesalahannya pada saat ditegur oleh nabi Natan (2 Samuel 12:7-14).


Seseorang yang rendah hati itu sekalipun memiliki banyak alasan, tetapi dirinya mau untuk menerima dan belajar didikan dari firman Tuhan.


Marilah belajar untuk memiliki kerendahan hati, dan mau menerima apa yang Tuhan sedang proses dan kerjakan di dalam hidup kita. Dia rindu agar setiap rencana-Nya dapat digenapi di dalam hidup kita. Firman Tuhan mengatakan,


“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).


Firman Tuhan tidak pernah salah. Seseorang yang menaruh harapannya pada Tuhan, hidupnya tidak akan pernah dikecewakan.


“Let your hopes, not your hurts, shape your future.” (Robert H. Schuller).


Biarlah pengharapan yang kita miliki kepada Tuhan itu membentuk masa depan kita, bukannya kesakitan dan kegagalan yang membentuknya.


Ada seseorang yang mau sukses supaya dirinya bisa membalas dendam dan membuktikan pada orang-orang yang telah meremehkannya selama ini. Tetapi kalau kita berhasil, semuanya itu karena ada Tuhan yang memberi kasih karunia dan memampukan setiap kita untuk menyelesaikan hal-hal yang sudah dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita.


Pengharapan kita pada Tuhan adalah fondasi yang mendasar. Jangan lupakan bahwa Tuhan itu suka dengan orang-orang yang rendah hati, dan mereka akan mendapat upah serta pertolongan dari-Nya. Seseorang yang rendah hati tahu ke mana dirinya harus berharap, mengucap syukur dan hidupnya penuh pujian dan penyembahan, serta nantinya akan menerima hal yang terbaik dari Tuhan. Dirinya tahu dari mana semuanya berasal.


Ketiga. Tidak Tawar Hati 😉.


Kalau kita mau belajar untuk berani berharap kembali pada Tuhan, maka yang ketiga kita perlu belajar untuk tidak tawar hati / don’t be discouraged.


“Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.”” (Bilangan 14:6-9).


Di cerita di atas dikatakan pada kita bahwa kesepuluh pengintai mengalami tawar dan kecut hati, tetapi hanya Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune yang masih memercayai janji Tuhan.


Padahal semua pengintai yang diutus untuk mengamati tanah Kanaan pada saat pulangnya sama-sama membawa hasil baik dari negeri tersebut,


“Ketika mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang dengan setandan buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya; juga mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara. Tempat itu dinamai orang lembah Eskol, karena tandan buah anggur yang dipotong orang Israel di sana.” (Bilangan 13:23-24).


Pada awalnya mereka memberi hasil yang baik dari tanah Kanaan. Tetapi kemudian,


“Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.” (ayat 27-29).


Kesepuluh pengintai memilih untuk menjadi tawar hati melihat bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar. Terlebih lagi yang pertama kali harus mereka taklukkan adalah kota Yerikho, sebuah kota dengan tembok yang sangat tebal dan pertahanannya yang terkenal sangat sulit ditembus.


Inilah yang membuat mereka menjadi tawar hati dan tidak memercayai lagi bahwa Tuhan itu masih sanggup untuk menepati semua janji-Nya, dan memberikan mereka tanah Kanaan.


Yosua dan Kaleb pasti juga sudah tahu kabar mengenai tembok Yerikho yang terkenal tebal dan susah untuk ditembus, dan bisa jadi mereka juga mengalami ketakutan di dalam hatinya.


Melalui apa yang dialami Yosua dan Kaleb, mungkin selama ini kita juga sering mengatakan bahwa Tuhan itu sanggup untuk menepati semua janji-Nya. Tetapi Dia mengenal sampai jauh kedalaman hati kita. Dia itu tahu bila secara manusia, kita masih bisa mengalami ketakutan. Itulah sebabnya Tuhan menguatkan hati kita,


“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.” (Yosua 1:9).


Tuhan selalu menyertai hidup kita, ke manapun kita pergi. Karena itu, jangan berpikir seseorang yang selalu tertawa itu hidupnya pasti tidak pernah ada masalah. Bisa jadi di dalam batinnya sering berteriak putus asa, di dalam kamarnya juga ada tangisan yang tidak terdengar orang lain.


Tetapi Tuhan mengatakan,


“Kuatkan dan teguhkan hatimu. Jangan tawar hati. Tuhan itu selalu menyertai. Dia selalu bersama kita dan tidak pernah meninggalkan kita.”


Apa pun yang kita alami, Tuhan itu sayang dan mau untuk menolong setiap kita. Dia ada untuk menyertai hidup kita. Bisa jadi orang-orang terdekat tidak tahu apa yang sedang kita alami dan rasakan, kita bisa menyembunyikannya begitu erat. Tetapi Tuhan itu Mahatahu, karena Dia menyelidiki sampai kedalaman hati kita.


C.O.S. Tai Seng.


Tahun ini penggembalaan Pdt. Gunawan di gereja Church of Singapore (C.O.S) Tai Seng genap berusia 20 tahun. Melalui masa-masa ini, tidaklah mudah karena ada masa naik dan turun di dalam kehidupan. Pdt. Gunawan banyak mengalami pergumulan yang membuatnya merasa ingin menyerah, mengalami tawar hati, bahkan para pemimpin di dalam gereja pada tahun-tahun pertama juga memiliki pergumulan yang tidak mudah pada saat merintis jemaat.


Memang, beribadah di Singapura tidak ada tantangan terlalu frontal dari lingkungan sekitar, tetapi untuk beribadah memuji dan menyembah Tuhan, mendengar firman Tuhan dibagikan.. biaya sewa gedung di Singapura tidaklah murah.


Saat pandemi COVID-19 ada tantangannya tersendiri, tetapi selesai pandemi tetap juga ada tantangan yang tidak selalu bisa dihadapi dengan hikmat dan kekuatan kita yang terbatas.


Kita banyak berdoa dan meminta, tetapi ada masa-masa di mana sepertinya Tuhan tidak bertindak apa-apa. Tetapi kita terus berdoa dan merendahkan hati di bawah kaki Tuhan. Kalau dulu kita pernah mencapai keberhasilan bersama Tuhan, maka kita tidak mau mengungkit lagi kisah di masa lalu. Kita mau melangkah bersama dengan Tuhan di masa kini, dan juga di masa yang akan datang.


Kita belajar untuk tidak menyerah, apa pun situasi dan kondisinya. Karena kita masih memiliki Tuhan, yang tidak pernah menyerah terhadap kita.


Itulah sebabnya “bisnis” kita bukanlah semata-mata berbicara tentang uang, tetapi tentang bagaimana kita dapat mengoneksikan setiap jemaat yang hadir untuk dapat memiliki hubungan yang lebih karib lagi bersama Tuhan, hidup mereka dijamah dan diubahkan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah mengalami kedewasaan rohani.


Oktober 2024, gereja C.O.S Tai Seng kedatangan komunitas dari Borneo dan Kinabalu yang mencari tempat beribadah di Singapura. Ada salah satu jemaat yang bercerita pada Pdt. Gunawan.


Hari ke-98, sebelum jemaat ini melewati 2 hari lagi untuk genap 100 hari beribadah di C.O.S Tai Seng, dirinya mengganggap bahwa Kekristenan tidaklah asing karena 2 orang pamannya adalah seorang gembala gereja. Karena itu bagi dirinya, gereja pada mulanya hanya “mainan”-nya setiap hari. Jemaat ini menganggap bahwa gereja tidak seberapa penting, dan hanya dianggap sambil lalu.


Sampai pada suatu hari, teman baiknya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, dan jemaat ini mulai “kehilangan pegangan”. Dirinya mulai bersungguh-sungguh mencari Tuhan, dan tidak mau lagi bermain-main dengan Tuhan dan kehidupan yang sudah dipercayakan-Nya.


Karena itu jemaat ini mengucap syukur sudah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk dapat beribadah di C.O.S Tai Seng, hidupnya juga dijamah dan diubahkan, serta mengalami pertumbuhan rohani. Jemaat ini sekarang menaruh harapan di hidupnya hanya pada Tuhan Yesus.


Di media sosialnya juga di-posting lirik lagu,


Amazing Grace, how sweet the sound. That saved a wretch like me. I once was lost but now am found. Was blind, but now I see..


Sekarang jemaat ini sangat aktif dan bersungguh hati dalam melayani Tuhan. Bahkan bersama komunitasnya dari Sabah dan Kinabalu, mereka memiliki ibadah tersendiri yang dimulai dari jam 21.30 – 23.00 malam. Perjalanan pulang dari Singapura ke tempat asal mereka sekitar 1,5 – 2 jam. Tetapi mereka tetap setia beribadah, tidak pernah patah semangat dalam mengiring Tuhan.


Karena itu, apa pun yang terjadi di dalam hidup kita.. andalkanlah Tuhan selalu 🙂. Jangan tawar hati. Teruslah berharap hanya pada Tuhan. Karena hanya Dia yang sanggup memberi pertolongan di dalam hidup kita, bukan yang lainnya.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Comments


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page