Andreas Rahardjo - Kesombongan vs. Kerendahan Hati
- mdcsbysystem
- 6 Apr
- 14 menit membaca
Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo, di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 30 Maret 2025.
“Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Matius 23:12).
Ayat di atas menjadi salah satu hukum rohani yang terpenting di dalam hidup kita. Sebab kesombongan sendiri merupakan “racun” yang paling berbahaya di dalam hidup seseorang. Dosa pertama juga dimulai dari kesombongan manusia pertama yang ingin menjadi seperti Allah, yang dapat mengetahui tentang hal baik dan jahat (Kejadian 3:5).
St. Augustine pernah berkata,
“It was pride that changed angels into devils; it is humility that makes men as angels.”
Kita hidup di dalam bumi ini juga berlaku hukum grativasi. Tidak peduli seberat apa pun barangnya, kapan pun benda tersebut nantinya akan dijatuhkan, pasti jatuhnya tetap ke bawah karena adanya hukum gravitasi. Demikian juga dengan apa yang sudah tertulis di dalam Matius 23:12, ayat tersebut menjadi sebuah hukum yang tidak dapat diubah. Orang-orang yang meninggikan diri nantinya dapat direndahkan Tuhan.
Melalui ayat tersebut kita juga dapat belajar,
Jalan ke atas hanya melalui jalan dari bawah. Kalau kita ingin ditinggikan Tuhan, maka kita harus belajar untuk hidup di dalam Kerendahan Hati.
“Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”” (Yakobus 4:6).
“But He gives more grace. Therefore He says: “God resists the proud, but gives grace to the humble.”” (New King James Version).
Dari versi ayat di atas kita mendapati bahwa Tuhan itu gives grace to the humble / memberikan anugerah-Nya pada orang-orang yang hidup dalam Kerendahan Hati. Apa pun keadaan yang sedang dialami oleh seseorang yang memiliki sifat tersebut pada hari-hari ini, dirinya tidak akan pernah dapat dikuasai dengan kekuatiran yang terus menghimpit yang berasal dari dalam dunia ini.
Mengapa? Karena ada anugerah-Nya yang selalu menjagai dan memelihara hidupnya.
Matematika dan hitung-hitungan dunia tidak akan pernah bisa mengkalkukasi sebab dalam keadaan seperti ini, di mana semua orang serba kuatir dan tak sedikit yang bergumul.. Tuhan justru memberikan anugerah-Nya untuk memelihara, dan menjamin kehidupan anak-anakNya.
Ada kisah dari jemaat MDC yang bekerja di bagian katering, dan jemaat ini begitu bermurah hati mau membagikan resep masakannya pada mbak rumah yang selama ini membantunya. Hal ini dilakukan agar ketika mbak tersebut kembali ke kampung halamannya, mbak itu dapat membantu untuk meningkatkan kondisi perekonomian yang ada di kampung halamannya.
Demikian juga resep tersebut dibagikan pada adiknya yang bekerja di luar kota Surabaya. Dan karena adiknya ini bekerja dengan tekun, maka usaha katering yang baru dirintis justru mengalami peningkatan. Malahan adiknya kini memutuskan untuk resign / mengundurkan diri dari pekerjaannya, dan berfokus pada usaha kateringnya ini.
Melaluinya kita dapat belajar bahwa ketika ada favor / perkenanan dan grace / kasih karunia dari Tuhan di dalam hidup seseorang, maka orang-orang yang berada di sekitarnya juga dapat merasakan dan menerima berkat dari Tuhan. Mereka juga dapat mengalami favor dan grace-Nya.
Dan yang namanya favor dan grace hanya Dia berikan pada orang-orang yang hidup dalam Kerendahan Hati di hadapan-Nya.
Kata “menentang” dalam Yakobus 4:6, di dalam bahasa aslinya memiliki pengertian seperti menyiapkan sebuah amarda untuk menyerang musuh. Demikian pula hal yang sama kalau kita hidup di dalam kesombongan, maka hal ini sama saja seperti kita menjadikan Tuhan sebagai musuh kita. Sekeras apa pun kita berusaha, kita tidak akan dapat memenangkan pertempuran tersebut. Serapi apa pun kita berusaha untuk membungkus dan menutupi kesombongan kita, pada suatu hari nanti Tuhan akan membukanya, dan juga akan membuatnya menjadi berantakan.
Anugerah-Nya memang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, tetapi saat ada anugerah-Nya, kehidupan dapat dibuat-Nya menjadi bermakna dan setiap kita nantinya akan dimampukan kuasa-Nya untuk dapat menjadi berkat bagi sesama yang membutuhkan. Nama Tuhan pada akhirnya dipermuliakan melalui kehidupan kita.
Berkat dari Kerendahan Hati.
Dari Kitab Mazmur.
Pertama. Diberi Kecukupan sama Tuhan. Tidak akan pernah merasa kelaparan.
“Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!” (Mazmur 22:27).
Kedua. Dibimbing dan diajar Tuhan.
“Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.” (Mazmur 25:9).
Terkadang kita tidak tahu ke arah mana kaki kita harus melangkah. Tetapi kalau mau merendahkan hati dan meminta tuntunan dari Tuhan, maka Dia pasti akan membimbing dan mengajarkan jalan-jalanNya pada kita. Tuhan pasti akan memberikan pimpinan terbaik-Nya, dan menunjukkan jalan mana yang harus kita tempuh.
Ketiga. Mengalami Kebahagiaan dan Kesejahteraan.
“Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” (Mazmur 37:11).
Keempat. Diberi Keselamatan.
“Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.” (Mazmur 149:4).
Dari Kitab Amsal.
Pertama. Dikasihi Tuhan.
“Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.” (Amsal 3:34).
Kedua. Diberikan Hikmat.
Terkadang masalah sesungguhnya dapat terjadi karena kita kekurangan hikmat, dan kita tidak memintanya pada Tuhan. Lalu kita mulai mengalami kesulitan finansial, banyak hal kurang baik terjadi karena dampak dari perkataan kita yang kurang bijaksana, masalah yang seharusnya kecil jadi membesar..
“Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.” (Amsal 11:2).
Ketiga. Diberi Kekayaan, Kehormatan, dan Kehidupan.
Ketika ada hikmat Tuhan yang menuntun kehidupan seseorang, maka orang-orang yang sedih nantinya dapat dihibur, yang kurang pandai akan diberi hikmat-Nya, dan segala kualitas kehidupan rohani akan diberikan Tuhan pada orang-orang yang hidup di dalam Kerendahan Hati.
“Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” (Amsal 22:4).
Keempat. Diberi Pujian.
“Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.” (Amsal 29:3)
Mungkin kita sedang bergumul di dalam berbagai permasalahan yang tak kunjung usai, hubungan kita dengan sesama sampai hari ini juga memiliki beberapa ganjalan.. marilah datang pada Tuhan untuk meminta hikmat dan tuntunan dari-Nya, serta hidup di dalam Kerendahan Hati.
The Fruitful Life.
Adalah buku yang ditulis oleh Jerry Bridges. Di dalam bukunya ini Beliau menulis,
The Holy Spirit is at work in us to produce His fruit. That is the only way.
These godly qualities are not something we can manufacture, take pride in, or lay claim to as self-generated. Rather, they are the work of God, and their source is God alone.
Humility with regard to ourselves, then, consists in ascribing all that we are, all that we have, and all that we have accomplished to the God who gives us grace.
Kunci dari kehidupan yang berbuah, yang terutama adalah Roh Kudus sendiri yang mengerjakannya di dalam hidup kita. Dan yang kedua adalah kita hidup di dalam Kerendahan Hati.
Kerendahan Hati adalah tanah yang subur bagi Roh Kudus untuk dapat bekerja dan mewujudkan karakter Kristus. Kerendahan Hati adalah akar dari munculnya nilai-nilai rohani.
Masih ingatkah kita kisah “Perumpamaan tentang Seorang Penabur” yang ditulis di dalam Markus 4:1-20? Kita dapat belajar dari ayat tersebut bahwa benih yang bertumbuh adalah,
“..yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.” (ayat 20).
Semua nilai rohani yang baik, bermula dari adanya Kerendahan Hati.
Demikian juga dengan “Ucapan Bahagia“ yang disampaikan Tuhan Yesus dari atas bukit, yang ditulis di dalam Matius 5:1-12. Ucapan ini dimulai dengan perkataan-Nya,
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (ayat 3).
Perkataan “yang miskin di hadapan Allah” memiliki arti kita ini hidup di dalam Kerendahan Hati.
Semua bermula dari Kerendahan Hati, dan Kesombongan adalah awal mula dari kekacauan. Akarnya? Bisa jadi bermula dari pride / kebanggaan pribadi yang mengarah pada kesombongan.
Bahaya Kesombongan.
Pertama. Dapat Menyerang Siapa Saja.
Semua orang bisa terjebak, baik yang berprofesi sebagai seorang pendeta, orang tua, muda, miskin, kaya, siapa pun bisa. Karena itu berhati-hatilah!
Pada suatu hari Pdt. Andreas diminta tolong oleh jemaat untuk dapat menasihati anak jemaat yang hidup di luar kota. Karena berada di luar kota, Pdt. Andreas mencoba untuk menasihati melalui teks via aplikasi whatsapp. Sebelum mengirim teks tersebut, Pdt. Andreas meminta izin terlebih dahulu dan menunjukkan teks yang akan dikirimnya, kepada kedua orang tuanya terlebih dahulu. Dan mereka menyetujui isi dari teks tersebut.
Setelah terkirim, bukannya mendapat feedback yang baik tetapi kata-kata makian. Setelah menunjukkan balasan whatsapp dari anaknya, kedua orang tuanya meminta maaf pada Pdt. Andreas atas jawaban kasar yang telah ditulis anaknya. Orang tuanya juga mengatakan bahwa akar dari sifat anaknya ini adalah adanya pride / kebanggaan pribadi yang mengarah pada kesombongan.
Berhati-hatilah! Tidak hanya ketika kita sedang berada di posisi puncak saja, tetapi juga ketika diizinkan berada di titik lembah, kita dapat terserang apa yang namanya kesombongan.
Kedua. Dapat masuk menyelinap di dalam hati, tanpa kita sadari keberadaannya.
Satu menit kita bisa hidup di dalam Kerendahan Hati, tetapi bila tidak berhati-hati, satu menit kemudian kita bisa menjadi tinggi hati / sombong. Sikap rendah hati bukan soal perasaan, tetapi lebih pada pilihan yang harus kita ambil di setiap harinya. Dan saat kita mulai meng-compare / membanding-bandingkan apa yang terjadi di dalam hidup kita dengan orang lain, maka kesombongan dapat masuk dan menguasai hidup kita.
Ketiga. Kesombongan adalah akar yang dapat menghancurkan segala sesuatu.
“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Timotius 3:1-5).
Dari ayat di atas kita telah diberitahu bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Sebenarnya masalahnya hanya biasa-biasa saja, tetapi karena orangnya hidup dalam kesombongan, masalahnya jadi besar dan bertambah pelik.
Revival / Kebangunan Rohani.
“dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” (2 Tawarikh 7:14).
Ayat ini sering dikhotbahkan hanya untuk membawa kebangunan rohani secara umum saja, tetapi ayat ini juga berlaku untuk kebangunan rohani secara pribadi. Kalau kita sudah melakukan ayat di atas, maka semangat kita akan dibuat-Nya berkobar-kobar dalam melayani Tuhan. Bahkan gereja Tuhan dapat menjadi komunitas untuk mendoakan, mempersiapkan, mengalami, dan menyebarluaskan kebangunan rohani dari-Nya.
Bila kita sudah melakukan setiap poin di ayat di atas, tetapi mengapa tetap tidak terjadi kebangunan rohani di dalam hidup kita? Jawabnya karena kita kurang teliti dalam membaca ayat tersebut dan melakukannya, terutama di poin..
lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat..
Sering kali kita merasa hidup benar sendiri. Tetapi ketika kita menggosipkan seseorang dan mengatakan sesuatu yang tidak benar, berkata-kata negatif pada sesama, merasa diri paling benar—lainnya salah.. bukankah kita ini sedang berbuat jahat di hadapan-Nya? Itulah sebabnya kita tidak pernah mengalami kebangunan rohani dari-Nya.
Saat kita datang pada Tuhan untuk meminta pengampunan-Nya atas perkataan dan perbuatan kita yang keliru, saat kita mau membersihkan diri dari segala kesombongan yang selama ini tidak kita sadari.. di sanalah akan lahir kebangunan rohani. Sebab kebangunan rohani sendiri terjadi karena ada pertobatan pribadi, dan hal ini dapat tercapai pada saat kita memiliki Kerendahan Hati.
Ketika Tuhan mengizinkan terjadi masalah yang tak kunjung usai, kita perlu men-cek hidup kita. Kalau memang semua karena ada kesalahan yang sudah kita perbuat, maka kita perlu meminta ampun kepada-Nya dan memohon anugerah-Nya untuk dapat memulihkan kehidupan kita.
Tetapi bila hidup kita sudah benar, dan masih diizinkan menghadapi berbagai permasalahan.. bisa jadi karena Tuhan itu ingin mengikis kesombongan, dan agar kita dapat belajar dari Dia untuk menjadi pribadi yang hidup di dalam Kerendahan Hati. Bukankah firman Tuhan mengatakan,
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:28-30).
Tuhan Mengikis Kesombongan.
Dalam 2 Raja-raja 5:1-14 mengisahkan pada kita kisah tentang Naaman yang profesinya adalah panglima perang raja Aram, dan dirinya merupakan seorang terpandang di hadapan tuannya serta sangat disayangi. Bangsa Aram pada saat itu adalah bangsa yang paling hebat, tetapi Naaman sendiri mengidap penyakit kusta (ayat 1).
Di ayat 2-3 dikatakan,
“Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: “Sekiranya tuanku menghadap nabi (Elisa) yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.””
Singkat cerita di ayat 9-14, Naaman taat melakukan perintah Allah melalui apa yang sudah disampaikan Elisa, dan mendapatkan kesembuhan (ayat 14).
Dari kisah di atas kita dapat belajar bahwa Naaman ini sudah berada di titik terendah di dalam hidupnya, dengan mengidap penyakit kusta. Tetapi Tuhan itu masih menyayangi hidupnya, dan melalui kisah Naaman kita juga dapat belajar bahwa Dia itu masih menyimpan dan sanggup untuk menyatakan berbagai mukjizat-Nya, di titik di mana kita belajar untuk hidup di dalam Kerendahan Hati.
Kita dapat belajar bahwa Tuhan itu sedang mengikis kesombongan yang dimiliki Naaman.
Pertama. Kesombongan atas Prestasinya.
Di ayat 1 dikatakan bahwa,
“Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta.”
Naaman bukanlah orang sembarangan, dirinya adalah panglima raja Aram, seorang yang terpandang dan sangat disayangi, dan selalu menang dalam setiap pertempuran karena Tuhan yang telah memberikan kemenangan di dalam hidupnya.
Tetapi Tuhan berurusan dan mau mengikis kesombongan atas prestasinya, ketika Dia mengizinkan Naaman terkena kusta. Tidak cukup hanya sampai terkena kusta saja. Segala prestasi Naaman yang gilang-gemilang, kini harus “ditundukkan” dengan nasihat yang diberikan dari seorang anak perempuan, yang merupakan tawanan dari bangsa Israel (ayat 2).
Di mana-mana, seharusnya tawanan itu yang harus menurut sama panglima perang yang menawannya, bukan malah sebaliknya. Tetapi di titik pertama ini, Tuhan ingin mengikis kesombongan atas prestasi yang dimiliki Naaman. Kita dapat melihat di ayat selanjutnya dikatakan,
“Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa.” (ayat 9).
Naaman mau taat di titik pertama ini. Dirinya mau mendengar dan melakukan nasihat yang telah diberikan dari seorang anak perempuan tawanan, dari bangsa Israel. Sekarang, Naaman harus mempersiapkan dirinya untuk Tuhan mengikisnya di titik kesombongan kedua..
Kedua. Kesombongan atas Bangsanya.
Bangsa Aram adalah bangsa yang terkenal paling hebat dan terkenal pada saat itu, tetapi mereka tidak dapat menyediakan kesembuhan dan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi Naaman. Malah, Naaman justru harus pergi ke tempat jajahannya untuk mencari kesembuhan.
“Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya: “Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.” Maka jawab raja Aram: “Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel.” Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.” (ayat 4-5).
Di titik kedua ini, Naaman mau taat dan mengizinkan Tuhan mengikis kesombongan atas bangsanya yang hebat. Sekalipun pastinya hal ini tidaklah mudah, tetapi Naaman mau mengakui bahwa dirinya tidak mendapatkan kesembuhan di balik kehebatan Aram. Naaman sekarang mau merendahkan hatinya untuk mencari kesembuhan di Samaria, yang merupakan ibu kota dari Kerajaan Israel Utara yang dipisahkan dari Kerajaan Yudea, setelah Kerajaan Israel terpecah.
Sekarang, Naaman harus mempersiapkan dirinya untuk Tuhan mengikisnya di titik kesombongannya yang ketiga..
Ketiga. Kesombongan atas Pribadinya.
Saat Tuhan mengikis kesombongan atas prestasi, walau tidak mudah, tetapi Naaman berhasil melaluinya dengan mendengar nasihat dari seorang anak perempuan, tawanan dari Israel. Saat Tuhan mengikis kesombongan atas kehebatan bangsanya, Naaman mau pergi ke Israel negara jajahannya, untuk mencari kesembuhan.
Tetapi saat Naaman dikikis tepat di titik kesombongan atas pride pribadinya.. Naaman menjadi marah. Kita dapat membacanya,
“Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: “Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.” (ayat 11-12).
Bisa jadi Naaman ini mengeluh dan marah di dalam hatinya seraya berkata,
“Kalian semua tidak tahu siapa saya, prestasi apa saja yang sudah saya perbuat. Kalian tidak tahu bahwa saya ini membawa banyak persembahan berupa sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian (ayat 5). Mengapa saya harus diperlakukan seperti ini?”
Tetapi di ayat selanjutnya pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya,
“Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.” (ayat 13).
Dan di ayat selanjutnya dikatakan,
“Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.” (ayat 14).
Hal yang sebenarnya mudah untuk dilakukan, tetapi menjadi sulit dikarenakan tidak adanya Kerendahan Hati dan merasa tinggi hati.
Sama halnya dengan mengampuni sesama, memang hal ini bukanlah perkara yang mudah. Tetapi jangan lupakan bahwa sesungguhnya kita masih dan dapat bersalah di dalam banyak area, di dalam kehidupan kita. Kalau seandainya ada seseorang yang berbuat salah sama kita, bisa jadi di kemudian hari kita juga bisa berbuat salah terhadap orang tersebut dan juga pada sesama.
Tuhan masih menyimpan dan Dia masih sanggup melakukan berbagai mukjizat-Nya, justru di tempat di mana kita berada di titik terendah dan kita mau untuk hidup di dalam Kerendahan Hati.
There’s no limit what God can do to humble person.
Tidak ada batasan apa yang Tuhan dapat kerjakan, pada seseorang yang memiliki Kerendahan Hati.
Dikasih berkat berapa pun, dirinya akan tetap belajar untuk mengucap syukur, dan tetap mau untuk hidup di dalam Kerendahan Hati.
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” (Kolose 3:12).
Kata kenakanlah memiliki arti seperti kita memakai / mengenakan baju. Dan ini adalah pilihan yang harus kita ambil dan lakukan, di setiap harinya. Bukan hanya sekadar perasaan.
Bagaimana hidup dalam Kerendahan Hati.
Pertama. Melihat pada Salib Kristus.
“Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:19-20).
Kita tahu bahwa kita layak dihukum di Neraka akibat dosa-dosa kita, tetapi hanya karena pengorbanan Kristus di atas kayu salib setiap dosa kita sudah diampuni-Nya, dan dimampukan untuk hidup oleh iman dalam Anak Allah yang mengasihi dan menyerahkan diri-Nya bagi kita.
Kita adalah seorang pendosa, yang sudah diselamatkan anugerah-Nya. Semua hanyalah kasih karunia-Nya saja, bukan karena hebatnya kita.
Kedua. Menyadari bahwa segala yang kita miliki, asalnya adalah dari Tuhan.
“Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.” (Yohanes 3:27).
Semua hal yang baik di dalam hidup kita hanyalah karunia dari Tuhan saja. Suami, istri, anak-anak.. semua adalah pemberian Tuhan. Kita tidak bisa asal klaim / menuntut ownership / kepemilikan karena suatu hari kelak kita akan meninggalkan semuanya. Hanya Tuhan yang menjadi Pemilik atas segalanya, dari kekekalan sampai kekekalan.
Kita hanyalah pengelola, yang sudah dipercayakan berkat-berkatNya. Kalau kita menyadari akan hal ini, maka tidak ada waktu bagi kita untuk merasa dan hidup di dalam tinggi hati.
Ketiga. Memilih untuk memberi dan mengembalikan semua kemuliaan hanya bagi Tuhan, bukan bagi diri kita sendiri.
“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” (1 Korintus 10:31).
“Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.” (Yohanes 7:18).
Semuanya bergantung pada apa yang menjadi motivasi, yang ada di dalam hati kita. Apakah hasil akhirnya adalah untuk mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan? Atau hanya sekadar mencari kemuliaan dan pembenaran bagi diri sendiri?
Kalau hasil akhirnya hanya untuk kemuliaan diri kita sendiri saja, maka ujungnya dapat berubah menjadi kesombongan, sekalipun kita sering kali tidak menyadarinya. Tetapi kalau motivasi hati kita ini benar untuk kemuliaan bagi nama Tuhan, maka kita akan menjalani hidup ini dengan penuh Kerendahan Hati.
Apa aplikasi praktisnya?
Sering kali kita merasa bahwa apa yang sudah kita kerjakan selama ini, jauh lebih baik dari apa yang sudah dikerjakan orang-orang di sekitar kita. Tetapi kalau kita berhenti hanya sampai di titik ini saja, maka hal ini dapat menuntun hidup kita untuk menjadi sombong. Tetapi marilah kita melanjutkannya dengan mengatakan,
“Semuanya ini dapat terjadi bukan karena adanya hikmat, kekuatan, kehebatan, dan pengalaman kita di masa lampau tetapi semuanya ini hanya berasal dari hikmat Tuhan yang memimpin, dan anugerah-Nya yang memampukan setiap kita. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan saja.”
Sikap Kerendahan Hati adalah sebuah keputusan yang harus diambil di setiap harinya. Karena itu marilah kita hidup di dalam Kerendahan Hati, karena di sanalah Tuhan akan bekerja dengan luar biasa di dalam dan melalui hidup kita. Amin!
Berikut di bawah ini adalah lirik lagu “Semua karena Anugerah-Nya”, yang diciptakan Pdt. Dr. Rahmiati Tanudjaja. Beliau merupakan dosen tetap di Sekolah Tinggi Teologi Seminari Alkitab Asia Tenggara atau yang biasa dikenal sebagai STT SAAT di Malang, Jawa Timur, sejak 1991..
Bukan kar’na kebaikanmu, bukan karena fasih lidahmu. Bukan kar’na kekayaanmu, kau dipilih, kau dipanggil-Nya.
Bukan kar’na kelebihanmu, bukan karena baik rupamu. Bukan kar’na kecakapanmu, kau dipanggil, kau dipakai-Nya.
Bila engkau dapat itu karena-Nya. Bila engkau punya semua dari pada-Nya..
Semua karena anug’rah-Nya, dib’rikan kepada kita. Semua anug’rah-Nya bagi kita, bila kita dipakai-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments