top of page

Agus Lianto - Hidup dalam Ketulusan

  • mdcsbysystem
  • 19 Nov
  • 10 menit membaca

Catatan Khotbah ā€œHidup dalam Ketulusan.ā€ Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Minggu di MDC CW Surabaya, pada Tgl. 2 November 2025.


ā€œnamun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.ā€ (Galatia 2:20).


Sasaran dari tema khotbah ini adalah agar kita terus mengejar untuk memiliki hati nurani yang murni dan juga tulus. Mengapa tema ini mutlak penting adanya untuk dipelajari bersama?


Kalau hati nurani seseorang itu tidak tulus dan tidak murni, maka lambat-laun akan menuntun dirinya pada perbuatan cemar, dan dapat mendukakan hati Tuhan. Dari hati nurani yang cemar akan muncul perilaku yang cemar. Kalau hatinya sudah cemar, maka perilaku di dalam hidupnya juga akan ikut menjadi rusak.


Itulah sebabnya firman Tuhan mengajar,


ā€œJagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.ā€ (Amsal 4:23).

Realitas yang terjadi di dalam hidup keseharian memang bersumber dan terpancar keluar dari dalam hati, tetapi kita juga harus berhati-hati karena memiliki hati nurani yang murni saja masih belum cukup untuk dapat menghasilkan perilaku murni. Mengapa? Karena perilaku dan hidup yang benar sebagian besar ditentukan oleh kebiasaan yang sering dilakukan di dalam hidup keseharian, bukan hanya bersumber dari hati saja. Sekalipun hatinya bersih, belum tentu orang tersebut mampu melakukan perilaku hidup yang murni.


Memulai dengan hati yang murni saja belum cukup, masih ada langkah selanjutnya di mana hati kita perlu untuk terus didorong, ditata, dan didisiplin dengan berbagai disiplin rohani. Sehingga setiap dari kita nantinya akan terus dimampukan untuk dapat menerapkan apa yang hati ini gerakkan, yang selalu diselaraskan dengan dasar kebenaran firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab.


Inilah dasar kehidupan Kristiani.

Jadi, memiliki hati nurani yang bersih saja masih belum dapat menjamin kita ini dapat hidup di dalam kebenaran, sama seperti yang diinginkan firman Tuhan. Ada banyak orang yang hatinya bersih, tapi dirinya tidak mampu untuk hidup sesuai dengan kebenaran firman, mereka menjadi frustasi, dan hati nurani akhirnya menjadi cemar.


Karena itu tidaklah otomatis bila kita memiliki dan menjaga hati nurani yang bersih, maka semuanya pasti akan beres. Belum tentu. Apalagi kalau yang selama ini hati nuraninya tidak pernah dijaga bersih. Karena itu marilah kita merenung,


Hal apakah yang selama ini mencemari hati kita?


ā€œInilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.ā€ (2 Korintus 1:12)


Kita harus membuang cara berpikir dunia, yang di mana tak sedikit dari antara mereka yang memiliki kebanggaan, kalau mereka dapat dikenal sebagai orang-orang yang jalan pikiran dan tingkah laku di hidupnya itu mbulet / rumit. Karena hal inilah mereka memandang orang-orang yang hati dan hidupnya tulus itu hanya sebagai orang bodoh yang mudah dibohongi dan dimanfaatkan.


Pada suatu hari ada seorang jemaat yang mengatakan bahwa cara berpikir Pdt. Agus Lianto ini sama seperti seorang anak SD yang terlalu polos dan apa adanya. Saat mendengarnya, Pdt. Agus menganggapnya bukan sebagai sebuah kritikan, tetapi pujian. Mengapa? Karena inilah yang dirinya mau, yang menjadi kebanggaannya di dalam menjalin relasi dengan sesamanya adalah, dirinya tidak memiliki maksud jahat dan sama sekali tidak memiliki agenda yang tersembunyi.


Dirinya to the point, dan tidak berputar-putar dalam menjelaskan apa yang ada di dalam hatinya.


Karena itulah kebanggaan kita dalam menjalin hubungan dengan sesama adalah tidak dikuasai oleh berbagai kelihaian, serta dapat bersikap tulus apa adanya. Sebab dunia pada hari-hari ini terus membangun sikap bagaimana caranya agar kita tidak mudah dibohongi dan dikerjai orang. Bagaimana caranya agar tindak tanduk di dalam hidup kita itu tidak dapat ā€œdibacaā€ orang lain. Sebab orang yang tulus dan jujur itu sangat mudah menjadi sasaran sesama dan dikerjai.


Karena itu ubahlah cara berpikir kita, kebanggaan kita bukan karena kita lihai atau memiliki sifat ā€œseperti ularā€ / licik, sering menipu, berkhianat, banyak rencana jahat, dan pikirannya rumit.


Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kita harus memiliki sifat discernment / bijaksana. Tentu saja bukan berarti kalau kita dibohongi terus-menerus kita diam saja, kita dapat menghindar. Kalau kita hanya berdiam diri saja, ini namanya bukan tulus, tetapi kebodohan. Kita tidak mau menjadi seorang pandai, yang perkataan dan perbuatan di dalam hidupnya itu berbelat-belit.


Pertama. Dicipta untuk Ketulusan.


Setiap kita pada dasarnya dicipta untuk hidup dengan sifat tulus. Firman Tuhan berkata,


ā€œHanya inilah yang kudapat: Allah membuat kita sederhana dan biasa. Tetapi kita sendirilah yang membuat diri kita rumit dan berbelit-belit.ā€ (Pengkhotbah‬ ‭7‬:‭29‬ / BIMK‬‬).


Kita dicipta bukan untuk menjadi orang yang rumit, sama seperti yang kita lihat di dalam dunia hari-hari ini di mana semuanya sedang berjaga-jaga agar mereka tidak mudah ditipu dan dijatuhkan sesamanya. Tetapi kalau kita memiliki sifat mbulet, maka kita tidak akan pernah dapat hidup lurus di hadapan Tuhan. Setiap dari kita dicipta dengan sebuah kesadaran, untuk memiliki hati nurani yang lurus dan murni di hadapan Tuhan.


Orang-orang yang berada di luar dari umat perjanjian, mereka tidak memiliki hukum Taurat dan mereka sendiri yang telah menjadi hukumnya. Firman Tuhan mengatakan pada kita,


ā€œApabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.ā€ (Roma 2:14-15).


Hati nurani kita diciptakan Tuhan untuk dapat menjadi kompas panduan, yang dapat menjadi sumber penilaian dari moral kita.


ā€œAku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.ā€ (Matius 18:3-5).


Apa maksud Tuhan ketika Dia berkata,


ā€œ..jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,ā€


Di dalam bahasa aslinya, kata ā€œmenjadi seperti anak kecilā€ berbicara tentang benar-benar anak berusia 2-3 tahun. Lalu apa bedanya mereka dengan kita?


Anak-anak tidak memiliki tempat untuk ā€œmenyembunyikan dirinyaā€ dan bersifat transparan / apa adanya. Mereka mengalami ketakutan maupun keheranan, dapat dibaca dengan jelas. Mereka masih belum terlatih untuk hidup dengan ā€œmemakai topengā€. Mereka masih polos dan bersih. Tetapi di dalam kepolosan mereka, pada suatu hari dunia akan melukai hidup mereka.


Ketika anak-anak Pdt. Agus masih berusia 3-4 tahun, mereka diajak menonton bioskop. Saat lampu ruangan dimatikan, mereka terkejut dan bertanya mengapa lampunya dimatikan? Pdt. Agus menjawab pertanyaan anak-anaknya yang penasaran pada saat itu dengan jawaban sederhana,


ā€œAgar filmnya dapat terlihat jelas.ā€


Anak-anak dapat bertanya sepolos dan sepeka itu. Tetapi dengan bertambahnya usia, mereka mulai diajak menonton film action. Hati mereka tergores, sembuh, dan mulai ada penebalan pada saat melihat adegan yang sesuai dengan rating usia. Pertama takut, lama-lama terbiasa, dan menyadari bahwa ini hanyalah film hiburan semata.


Kalau kita mau jujur, berapa banyak dari antara kita yang sering menganggap hanya sebatas konten hiburan yang dengan mudahnya kita kirim di teman-teman kita.. padahal konten tersebut tidak seharusnya kita sebar luaskan?


Kita hanya menganggapnya sebagai hiburan dan pengisi waktu luang, padahal hati nurani kita sudah menyimpang terlalu jauh. Kita sudah terbiasa melihat konten amoralitas, dan menganggapnya hanya sebatas hiburan. Kita sudah menyimpang dari kekudusan dan juga ketulusan hati.


Yang menjadi pertanyaannya,


ā€œApakah kita bisa kembali untuk memiliki ketulusan hati, di dalam kehidupan ini?ā€

Firman Tuhan di dalam Matius 18:3-5 telah mengatakannya pada kita. Tetapi kita lalu berpikir, kalau kita menjadi seperti anak-anak maka nantinya kita akan mudah ditipu dan dipermainkan oleh sekitar. Firman Tuhan berkata,


ā€œSaudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!ā€ (1 Korintus 14:20).


Karena itu banggalah kalau kita tidak pernah melihat konten yang tidak layak dan mendukakan hati Tuhan, serta kita tidak pernah merugikan hidup orang lain. Mengapa?


Ketika kita menjadi orang yang tulus, maka Tuhan sendiri yang nantinya akan berdiri menjadi Pembela di hidup kita. Tuhan yang akan ā€œpasang badan-Nyaā€ buat kita, sehingga kita tidak lagi menjadi sibuk untuk menyembunyikan dan membela diri dengan berbagai pembenaran.


Semenjak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, yang mereka berdua dan manusia lakukan setelahnya hanyalah menyembunyikan diri dari Tuhan dan menutupi banyak hal. Hati nurani mereka berdua dan manusia, menjadi cemar.


Kedua. Hati Nurani perlu Disucikan.


Orang yang hidupnya tidak tulus / mbulet itu sebenarnya mempersulit dirinya sendiri.


Firman Tuhan mengatakan,


ā€œTerhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.ā€ (Mazmur 18:26-27).


Sesungguhnya yang membuat hidup kita menjadi ruwet dan berbelat-belit itu berasal dari keputusan kita sendiri, dan Tuhan memperlakukan kita sesuai dengan cara hidup yang kita pilih. Karena itu kalau kita berbangga hati menjadi orang yang mbulet, maka bersiaplah bahwa hidup kita nantinya juga mengalami banyak kerumitan, dan ada banyak hal yang nantinya perlu dicemaskan.


Tetapi ketika kita memilih untuk hidup bersama dengan Tuhan, sekalipun jalan-Nya lurus dan sempit, tetapi merupakan cara hidup yang paling melegakan. Kita dapat hidup sesuai dengan kenyataan yang ada, perkataan kita pun apa adanya. Kita tidak lagi bingung untuk mengingat dan menata setiap perkataan kita.


Kata-Nya lagi: ā€œApa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.ā€ (Markus 7:20-23).


Ini adalah kondisi hati manusia, dan kita harus mewaspadainya. Sebab bila kita terus mengabaikannya, lama-kelamaan dapat menghancurkan diri. Bahkan yang lebih parah lagi, ada orang-orang yang dari luar tampak begitu rohani tetapi hatinya sudah dipenuhi dengan kejahatan. Dirinya menutupi wajahnya selama ini dengan ā€œtopeng agamawiā€.


Seseorang yang hati nuraninya sudah cemar itu memiliki tanda..


Pertama. Sudah berbuat dosa, tetapi dirinya merasa tidak berbuat kesalahan apa-apa.


Melihat berbagai konten yang mendukakan hati Tuhan sudah tidak merasakan apa-apa, malah hanya dibuat hiburan dan sekadar lucu-lucuan. Sungguh ironis..


Kedua. Mencari pembenaran.


Ketika kita berbuat salah dan menerima teguran, seharusnya kita instropeksi diri. Tetapi yang dilakukan malah mencari banyak pembenaran, salah satunya dengan mengatakan bahwa semua orang melakukannya. Kalau kita ditegur dan malah berusaha mencari pembenaran di dalam segala hal.. maka ini menunjukkan bahwa hati nurani kita sudah cemar. Sebab kalau hati nurani kita bersih, kita tidak akan perlu membela dan sibuk mencari pembenaran bagi diri kita sendiri apalagi sampai menyalahkan orang lain dengan perkataan,


ā€œAku menjadi seperti ini, karena dia..ā€


Padahal yang terjadi di dalam hidup kita adalah hasil dari keputusan kita pribadi, bukan sebagai akibat dari tindakan orang lain.


Setiap dari kita memang masih ada beberapa kelemahan, bagaimanapun juga kita masih tetap manusia dan masih bisa dikritik. Tetapi bukan berarti kita menormalisasi berbagai alasan tersebut dengan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan, dan lalu kita melakukan pembenaran diri atasnya. Mintalah Tuhan untuk selalu menyucikan hati nurani dan hidup kita dari segala perbuatan yang sia-sia, tidak berguna, tidak ada untungnya, dan mendukakan hati Tuhan.


Kebebasan sejati adalah pada saat kita bebas berbuat benar, tidak berbuat dosa, dan memiliki kehidupan yang tulus di hadapan-Nya. Kejarlah cara hidup di mana hati nurani kita tidak lagi menuduh, dan kita tidak perlu lagi sibuk untuk mencari berbagai pembenaran bagi diri sendiri.


Darah Yesus yang sudah dicurahkan bagi penebusan dosa kita adalah darah yang mahal, jangan sampai digunakan untuk hal sia-sia. Jangan pernah menghina pengorbanan-Nya.


Ketiga. Pentingnya Ketulusan Hati Nurani.


Seseorang yang hidupnya tulus dan memiliki hati nurani yang murni itu Masa Depannya Cerah.


ā€œSesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.ā€ (Mazmur 73:1).

Adalah hal yang memungkinkan bagi kita untuk dapat mengasihi orang lain, karena kasih itu timbul dari hati nurani yang suci serta murni, dan juga berasal dari iman. Kalau hati nurani cemar, maka kita mengasihi hanya untuk keuntungan diri sendiri, dan kasih kita bisa bersifat manipulatif. Kita berbuat baik hanya untuk mendapat balas budi dari sesama. Selain itu kalau hati nurani kita tidak bersih, maka kita tidak akan pernah bisa untuk dapat mengasihi sesama dengan tulus.


Bagaimana caranya kita tahu, kalau hati nurani kita ini bersih dan tulus dalam mengasihi sesama?


Ketika selama ini kita berkorban untuk mengasihi orang lain, dan mereka tidak membalas sesuai dengan apa yang kita harapkan.. apakah yang akan kita lakukan? Apakah kita akan tetap mengasihi mereka, dan tetap setia melakukan yang terbaik?


Bisa jadi selama ini kita sudah memperhatikan, melayani, dan berkorban.. bukannya membalas baik, tetapi mereka malah memfitnah dan menusuk kita dari belakang. Bagaimana sikap kita? Kalau kita marah, maka hati kita tidaklah bersih.


Tuhan Yesus berada di atas kayu salib dalam keadaan seperti itu. Dia ditinggalkan murid-muridNya, dikhianati, dihajar prajurit Romawi, dimaki dan dikutuk oleh orang-orang yang selama ini dilayani-Nya. Tetapi apa respon-Nya?


ā€œYa Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.ā€ (Lukas 23:34).

Tidak ada kemarahan, karena hati dan motivasi-Nya bersih. Dengan memiliki dan menjaga hati nurani tetap murni, hal itu membuat kita berkenan pada Tuhan. Bahkan ada yang mengatakan,


ā€œAllah mendengar dan mengenal suara hati, bukan hanya suara mulut.ā€

Dia mengenal bahasa manusia, karena itu penting bagi kita untuk menjaga ketulusan hati tetap murni.


Keempat. Menjaga Kemurnian Hati Nurani.


Bagaimana caranya?


Pertama. Melalui pertobatan. Kita selalu memiliki sikap yang siap bertobat dan mengakui segala dosa. Firman Tuhan mengatakan,


ā€œJika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.ā€ (1 Yohanes 1:9).


Kata bertobat tidak selalu tentang pertobatan dari perbuatan dosa, tetapi juga tentang pembaruan pikiran. Firman Tuhan juga mengatakan,


ā€œJanganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.ā€ (Roma 12:2).


Menjalani hidup dengan memiliki hati nurani yang bersih adalah satu-satunya cara menjalani hidup yang rasional dan sesuai dengan akal sehat. Tetapi hati nurani yang cemar mengorbankan akal sehat, dan pada akhirnya akan menuntun kita pada cara hidup yang tidak sehat dan tidak rasional.


Bertobat itu kembali ke akal sehat, cobalah dipikir kembali apakah selama ini cara hidup kita sudah yang terbaik? Apakah benar bila kita menjadi orang yang hidupnya tulus dan disertai Tuhan itu akan hancur berantakan hidupnya?


Kedua. Melakukan disiplin rohani dengan mengisi pikiran kita, dengan kebenaran firman Tuhan yang berada di dalam Alkitab.


Percayalah dan peganglah kebenaran firman Tuhan, lakukan di dalam kehidupan. Jangan sekadar menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja.


ā€œDan aku (Paulus) telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.ā€ (Kisah Rasul 22:4).


Di dalam Alkitab, murid-murid disebut dengan pengikut Jalan Tuhan / people of the Way. Hal ini memiliki arti bahwa hidup dengan firman Tuhan itu berbicara soal bagaimana cara kita hidup / the way you live. Bagaimana cara kita mengemudikan hidup ini, apakah hanya semau kita sendiri? Atau untuk mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya?


Jadikan firman Tuhan bukan hanya sebagai teori dan konsep teologis saja, tetapi juga kompas panduan yang mengarahkan hati dan hidup kita untuk menyenangkan hati Tuhan.


Ketiga. Bergaul dengan seseorang / komunitas yang takut akan Tuhan, supaya hati kita tidak tercemar. Bukankah firman Tuhan juga mengingatkan,


ā€œJanganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.ā€ (1 Korintus 15:33).

Keempat. Menolak kompromi dengan perbuatan dosa yang kecil sekalipun.


Jangan berkompromi dengan dosa, karena Tuhan tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan.


Firman Tuhan mengatakan,


ā€œJangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.ā€ (Galatia 6:7-8).


Bagi orang-orang yang terbiasa berkompromi dengan dosa, hal ini sulit dilakukan. Mereka mengalami kesulitan, karena menganggap hidup dengan integritas itu akan dapat menyusahkan hidup mereka. Kalau memiliki pemikiran seperti ini, sampai kapan pun kita akan merasa kesulitan untuk memiliki hati nurani yang bersih.


Ini adalah tipu muslihat dari Iblis, jangan pernah mempercayainya. Apa yang kita tabur, pasti akan kita tuai nantinya. Kalau kita menabur kehidupan yang mbulet / rumit, sekali lagi firman Tuhan mengingatkan pada setiap kita,


ā€œTerhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.ā€ (Mazmur 18:26-27).


Marilah menguji hati kita masing-masing, renungkanlah firman Tuhan ini di dalam hidup kita. Biarlah Tuhan menolong dan memberi hikmat pada kita untuk dapat Hidup di dalam Ketulusan.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page