top of page

Tulah Berhenti

  • mdcsbysystem
  • 23 Sep 2024
  • 13 menit membaca

Catatan Khotbah: Tulah Berhenti. Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Soetjipto Koesno di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 15 September 2024.



Kita semua hidup di dalam dunia yang sudah jatuh di dalam dosa, dan tidak ada seorangpun di dalam dunia ini yang hidupnya sempurna. Oleh karena itu bila ada seseorang yang mengatakan mengikut Tuhan itu pasti indah dan tidak akan pernah mengalami masalah sedikitpun, maka bisa jadi orang tersebut belum menjalani dengan lengkap mengenai hidup Kekristenan, di mana ada beberapa ā€œmusim kehidupanā€ yang masih diizinkan Tuhan untuk kita lalui di dalam hidup ini.


Ayat Bacaan: 1 Tawarikh 21.


Bagian Pertama. Hati-hati di Puncak Keberhasilan.


ā€œIblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. Lalu berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada para pemuka rakyat: ā€œPergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka.ā€ Lalu berkatalah Yoab: ā€œKiranya TUHAN menambahi rakyat-Nya seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang. Ya tuanku raja, bukankah mereka sekalian, hamba-hamba tuanku? Mengapa tuanku menuntut hal ini? Mengapa orang Israel harus menanggung kesalahan oleh karena hal itu?ā€ Namun titah raja itu terpaksa diikuti oleh Yoab, maka pergilah Yoab menjelajahi seluruh Israel, kemudian kembali ke Yerusalem.ā€ (ayat 1-4).


Kekuasaan dan kekuatan yang telah diraih Daud sangatlah besar. Saat berada di puncak kekuasaan, Daud ingin mengetahui seberapa hebat dan berkuasa dirinya dengan mengadakan sensus / penghitungan jumlah penduduk di bangsa Israel. Begitu mendengar titah dari sang raja, Yoab sudah memperingatkan Daud bahwa jiwa dari bangsa Israel itu bukanlah milik raja, tetapi Tuhan sendiri Pemiliknya. Yoab juga memperingatkan bahwa orang Israel nantinya dapat menanggung kesalahan, yang diakibatkan oleh keputusan Daud ini.


ā€œLalu Yoab memberitahukan kepada Daud hasil pendaftaran rakyat. Di antara seluruh orang Israel ada sejuta seratus ribu orang yang dapat memegang pedang, dan orang Yehuda ada empat ratus tujuh puluh ribu orang yang dapat memegang pedang. Orang Lewi dan Benyamin tidak dimasukkannya dalam pendaftaran, sebab titah raja itu dianggap keji oleh Yoab.ā€ (ayat 5-6).


Tetapi apa daya Yoab yang pada akhirnya dengan terpaksa mengikuti titah dari sang raja yang sedang naik daun. Saat seseorang berada di puncak kekuasaan, tidak semua dari mereka dapat diberi saran dan masukan. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati saat berada di puncak keberhasilan. Dari ayat firman Tuhan yang sudah dibaca di atas, Yoab sudah memperingati Daud supaya berhati-hati, tetapi sensus tetap harus dilakukan, karena hal itu adalah titah dari sang raja.


ā€œTetapi hal itu jahat di mata Allah, sebab itu dihajar-Nya orang Israel. Lalu berkatalah Daud kepada Allah: ā€œAku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.ā€ā€ (ayat 7-8).


Dari ayat di atas kita dapat belajar bahwa Daud cepat bertobat ketika dirinya menyadari sudah berbuat dosa kepada Tuhan. Melalui respon Daud kita juga dapat belajar bahwa,


Seseorang yang berani mengakui dosanya di hadapan Tuhan dan menyadari apa yang telah diperbuatnya adalah sebuah kebodohan, maka dirinya merupakan seorang yang pandai karena dapat menyadari siapa posisi dirinya yang sebenarnya di hadapan-Nya.


Tetapi sebaliknya bila ada seseorang yang selalu merasa pintar / keminter di hadapan Tuhan, tidak mau mengakui dosanya dan tidak menyadari bahwa apa yang diperbuatnya adalah sebuah kebodohan.. maka bisa jadi dirinya adalah seorang bodoh karena tidak mau menyadari siapa posisi dirinya yang sebenarnya di hadapan-Nya.


Daud adalah seorang raja yang dinilai memiliki hubungan yang sangat karib bersama Tuhan. Kita juga telah belajar di minggu lalu, sekalipun keberadaan Daud ini telah ditolak dan ditinggalkan ayah dan ibunya (Mazmur 27:10), Daud tetap memiliki hati yang setia kepada Tuhan.


Tetapi ketika Daud berada di atas puncak kejayaan, sudah menerima banyak berkat Tuhan, dan merasa dirinya jauh lebih hebat dari sesamanya.. Daud mulai lengah, tidak berhati-hati, dan pada akhirnya melupakan bahwa yang telah diraihnya selama ini adalah berkat dari Tuhan, bukan hasil dari hikmat dan kekuatannya sendiri. Pada saat Daud menyadari apa yang diperintahkan ke Yoab ini jahat di mata Tuhan, sehingga bangsa Israel dihajar-Nya (1 Tawarikh 21:7) maka Daud berkata,


ā€œAku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.ā€ (ayat 8).

Hari-hari ini kita hidup di dalam zaman di mana ketika seseorang itu ditegur, diberi saran serta masukan yang baik.. maka orang tersebut selalu memiliki dan memberikan seribu alasan. Dari apa yang dijawab Daud, kita dapat belajar memang dirinya bukanlah raja yang sempurna tetapi ketika ditegur Tuhan, Daud segera menyadari dan meminta ampun kepada-Nya.


Bagian Kedua. Dosa Mendatangkan Hukuman.


ā€œTetapi berfirmanlah TUHAN kepada Gad, pelihat Daud: ā€œPergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah firman TUHAN: tiga perkara Kuhadapkan kepadamu; pilihlah salah satu dari padanya, maka Aku akan melakukannya kepadamu.ā€ Kemudian datanglah Gad kepada Daud, lalu berkatalah ia kepadanya: ā€œBeginilah firman TUHAN: Haruslah engkau memilih: tiga tahun kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini, dan malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di seluruh daerah orang Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku.ā€ Lalu berkatalah Daud kepada Gad: ā€œSangat susah hatiku, biarlah kiranya aku jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab sangat besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.ā€ā€ (ayat 9-13).


Sifat dari Kekristenan modern hari-hari ini adalah, banyak orang yang takut sama setan, tetapi sama Tuhan malah berani dan tidak ada seorangpun yang takut. Mengapa? Karena selama ini kita telah terbiasa diajar bahwa Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Kasih. Kita merasa bahwa Tuhan itu pasti dapat memahami semua kelemahan dan bahkan, dosa yang sudah kita perbuat.


Tetapi di ayat di atas mengajar kita, sekalipun Daud adalah seseorang yang selama ini dikenal memiliki hubungan yang karib bersama Tuhan.. yang namanya dosa tetap adalah dosa, dan ketika kita melakukan dosa itu ada konsekuensi hukumannya. Dari ayat di atas kita mendapati bahwa Tuhan menyuruh Gad untuk menyampaikan tiga perkara / hukuman yang harus dipilih Daud.


Kalau maunya kita, setiap dosa yang dilakukan itu tidak usah dihukum karena kita merasa bahwa Tuhan itu Maha Kasih dan Maha Pengampun. Dari apa yang dilakukan Daud pada saat itu, kesalahannya mungkin terlihat ā€œhanyaā€ sepele, yakni melakukan sensus penduduk saja.


Melalui kisah Daud, sering kali kita juga merasa bahwa dosa yang diperbuat ini kecil dan sepele, dan orang di sekitar pasti dapat memahaminya. Tetapi Tuhan itu melihat, dan Dia mendisiplin kita dengan memberi hukuman-Nya agar kita dapat belajar sekecil apa pun dosa yang sudah kita perbuat, semua itu pasti ada konsekuensinya.


Memang Tuhan Yesus sudah mati menebus dosa kita, dan bangkit pada hari yang ketiga untuk mengalahkan kuasa maut. Bagi setiap kita yang percaya kepada-Nya, kalau kita mau mengakui dosa dan bertobat, kita pasti akan diampuni-Nya (1 Yohanes 1:9). Tetapi yang namanya dosa, tetap ada konsekuensi yang harus kita tanggung.


Contoh. Misalnya kita hidup kurang bijaksana, meminjam uang di bank hanya untuk hidup berfoya-foya dan hedonisme.. ketika meminta ampun sama Tuhan Yesus dan bertobat, dosa kita pasti diampuni-Nya. Tetapi tetap ada konsekuensinya, bila kita tidak mau atau tidak dapat membayar hutang kita di bank, maka harta benda yang dimiliki dapat disita pihak bank.


Tetapi pertanyaannya, mengapa kita masih saja berani untuk terus berbuat dosa?


Karena kita berpikir bahwa Tuhan itu Maha Kasih dan Maha Pengampun.. dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya Tuhan itu tidak pernah berubah. Memang tidak ada kata-kata di dalam dunia ini yang cukup untuk menunjukkan betapa besarnya kasih Tuhan pada kita. Tetapi juga tidak ada kata-kata yang cukup untuk menunjukkan betapa besar murka Allah, bila kita tidak mau hidup takut akan Dia, serta tidak berhati-hati, dan kurang berbijaksana dalam menjalani hidup ini.


ā€œJadi TUHAN mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel, maka tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang.ā€ (ayat 14).

Dari ayat di atas kita mendapatkan data bahwa selama tiga hari, tewaslah dari orang Israel sebanyak tujuh puluh ribu orang. Melihat hukuman Tuhan itu terjadi tepat di depan matanya, Daud pasti merasa takut, gentar hati, dan sangat menyesal melihat betapa besar murka Tuhan yang harus ditanggung oleh bangsanya, akibat dari kebodohan / sensus yang sudah dilakukannya.


Hal ini mengajar kita bahwa hukuman yang diterima Daud itu dijalani bersama dengan orang-orang yang berada di sekelilingnya.


ā€œDan berkatalah Daud kepada Allah: ā€œBukankah aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Ya TUHAN, Allahku, biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku, tetapi janganlah tulah menimpa umat-Mu.ā€ā€ (ayat 17).


Daud mulai menaikkan permohonan doanya kepada Allah, dan meminta kemurahan atas bangsanya. Dari ayat di atas kita dapat belajar ketika berbuat dosa, maka bukan hanya pribadi kita saja yang akan menanggung akibatnya tetapi bisa jadi anak-anak dan juga keluarga besar kita yang akan menanggungnya. Bisa jadi seluruh karyawan di tempat pekerjaan kita yang juga menanggung akibat dosa, yang sudah kita perbuat.


Ketika Daud berbuat dosa, maka tujuh puluh ribu orang dari bangsa Israel dalam waktu tiga hari tewas, karena harus menanggung akibat dari dosa yang sudah diperbuat Daud. Dari apa yang dialaminya, kita mungkin merasa mengapa Tuhan begitu tidak adil. Mengapa bukan pribadi Daud saja yang menanggung akibat dari perbuatan dosanya? Mengapa harus bangsanya yang menanggung? Tetapi kita belajar permasalahan adil atau tidak adil ini, bukanlah kita yang menentukan standarnya.


Contoh. Misal kita menjadi orang tua yang memiliki anak perempuan, dan pada suatu hari kelak anak kita pulang ke rumah untuk memperkenalkan kekasihnya pada kita. Pada pandangan pertama kesannya mungkin jauh dari harapan dan impian kita. Ketika mencoba mengenal lebih jauh di mana ayahnya, dan bekerja sebagai apa.. anaknya ini menjawab bahwa ayahnya sedang berada di Rumah Tahanan Negara Medaeng, bukan sedang mengunjungi temannya tetapi sedang ditahan karena tertangkap basah telah menjadi bandar narkoba. Ketika ditanya di mana mamanya berada, anaknya menjawab sudah menikah lagi.


Kita punya anggapan bahwa anak yang lahir dari keluarga broken home itu pasti buruk sikapnya, dan anak yang lahir dari keluarga baik-baik itu pasti baik sikapnya. Padahal ini belum tentu benar adanya. Kita tidak pernah tahu apa yang berada di dalam hati seseorang. Kita juga tidak pernah tahu, masa depan seseorang itu dapat diubah Tuhan.


Pada suatu hari Bp. Soetjipto Koesno ditelepon seseorang untuk diminta tolong melayani di ibadah penutupan peti Pk. 2 siang, dan pada saat itu jam sudah menunjukkan Pk. 12 siang. Saat itu Bp. Soetjipto memberanikan diri untuk bertanya kapan dikuburnya, dan mendapat jawaban bahwa setelah ibadah penutupan peti dilakukan, maka jenazah akan langsung dikuburkan.


Setelah diselidiki lebih jauh, ternyata jenazah ini semasa hidupnya memiliki wajah rupawan, sekolahnya tinggi, dan dari keluarga berada. Tetapi yang menjadi masalahnya, anak ini memiliki kekasih bukan dari keluarga berada.. dan ibunya tidak setuju dengan pilihan anaknya, karena selama ini orang tuanya memiliki komunitas dari keluarga yang cukup berada. Akhirnya bisa ditebak. Anak pria ini menjadi kecewa, tertekan, dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.


Sering kali, kesalahan yang dilakukan orang tua itu ditanggung akibatnya oleh anak-anak. Maka dari itu bagi kita yang berperan sebagai orang tua, taburlah banyak hal yang baik dan benar di dalam hidup, maka anak-anak kita nantinya yang akan menerima dan mengalami berkat-berkatNya. Amin.


Bagian Ketiga. Tuhan Mau dan Sanggup Menghentikan Penghukuman.


ā€œPula Allah mengutus malaikat ke Yerusalem untuk memusnahkannya, dan ketika hendak dimusnahkannya, maka TUHAN melihatnya, lalu menyesallah Ia karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya itu, lalu berfirmanlah Ia kepada malaikat pemusnah itu: ā€œCukup! Turunkanlah sekarang tanganmu itu!ā€ Pada waktu itu malaikat TUHAN itu sedang berdiri dekat tempat pengirikan Ornan, orang Yebus. Ketika Daud mengangkat mukanya, maka dilihatnyalah malaikat TUHAN berdiri di antara bumi dan langit, dengan di tangannya pedang terhunus yang diacungkan ke atas Yerusalem. Lalu dengan berpakaian kain kabung sujudlah Daud dan para tua-tua. ā€ (ayat 15-16).


Terkadang kita merasa pada saat melewati beberapa masa berat di dalam hidup, kita merasa bahwa Tuhan sudah tidak bersama lagi menyertai hidup kita. Padahal sebenarnya Tuhan masih melihat semuanya itu, Dia rindu untuk dapat memulihkan hidup kita dan berkata,


ā€œCukup! Turunkanlah sekarang tanganmu itu!ā€


Pernah ada sebuah masa ketika Bp. Soetjipto bersekolah di Amerika, ada temannya yang menceritakan kisah tentang anaknya yang nakal. Setiap kali anaknya memberontak, ayahnya selalu marah dan memukulnya menggunakan rotan, tetapi anaknya ini malah semakin berani melawan ayahnya. Sampai akhirnya Tuhan menegur dan melembutkan hati temannya untuk berhenti memukul, dan memanggil anaknya. Teman dari Bp. Soetjipto ini berkata pada anaknya,


ā€œSetiap dosa dan pelanggaran itu pasti ada konsekuensi hukumannya. Mulai sekarang, Papa saja yang kamu pukul. Papa berhenti memukul dirimu.ā€


Lalu ayahnya memberi rotan tersebut pada anaknya, untuk dipakai memukul dirinya. Melihat hal tersebut, anaknya menangis dan menyadari kesalahan yang diperbuatnya selama ini.


Dari ayat 15-16 di atas, kita dapat belajar kasih Tuhan itu masih jauh lebih besar dari segala murka-Nya. Itulah sebabnya Daud tetap percaya pada Tuhan dan berkata pada Gad,


ā€œSangat susah hatiku, biarlah kiranya aku jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab sangat besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.ā€ (ayat 13).


Dengan berpakaian kain kabung, sujudlah Daud dan para tua-tua (ayat 16) memohon kasih sayang dan kemurahan Tuhan agar tulah tersebut dapat berhenti menghancurkan bangsanya.


ā€œKemudian malaikat TUHAN menyuruh Gad mengatakan kepada Daud, bahwa Daud harus pergi untuk mendirikan mezbah bagi TUHAN di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu. Lalu pergilah Daud, sesuai dengan perkataan Gad yang diucapkannya demi nama TUHAN.ā€ (ayat 18-19).


Ayat 18-19 di atas bukanlah berbicara tentang apa yang manusia dapat berikan kepada Tuhan, tetapi lebih kepada apa yang Tuhan dapat berikan pada manusia yakni kemurahan dan juga pemulihan, yang merupakan ide dari-Nya. Sebab pengampunan selalu dimulai dari inisiatif Tuhan.


Sering kali kita berpikir bahwa kita dapat membeli ā€œjalan keluarā€ dari segala akibat yang harus ditanggung karena perbuatan dosa kita. Selama ini kita berusaha mencarinya dengan memakai hikmat dan kekuatan sendiri. Padahal sesungguhnya, semua hanyalah kemurahan Tuhan saja hidup kita dapat diampuni dan dipulihkan.


Dan hal terbesar yang harus dipulihkan Tuhan bukanlah segala masalah yang terjadi di dalam hidup kita, tetapi agar hubungan kita bersama dengan Bapa di Surga dapat dipulihkan.


Bagian Keempat. Pertobatan Diikuti dengan Korban.


ā€œOrnan sedang mengirik gandum; ketika ia memalingkan diri, dilihatnyalah malaikat itu; keempat anaknya yang bersama-sama dengan dia menyembunyikan diri. Ketika Daud sampai kepada Ornan, maka Ornan mengangkat mukanya dan melihat Daud, lalu keluarlah ia dari tempat pengirikan, kemudian sujudlah ia kepada Daud dengan mukanya ke tanah. Berkatalah Daud kepada Ornan: ā€œBerikanlah kepadaku tempat pengirikan ini, supaya aku mendirikan di sini mezbah bagi TUHAN; baiklah berikan itu kepadaku dengan harga penuh, supaya tulah ini berhenti menimpa rakyat.ā€ Jawab Ornan kepada Daud: ā€œAmbillah, dan baiklah tuanku raja melakukan apa yang dipandangnya baik. Lihatlah, aku berikan lembu ini untuk korban bakaran dan eretan-eretan pengirik ini untuk kayu bakar dan gandum untuk korban sajian, semuanya itu kuberikan.ā€ (ayat 20-23).


Menurut sumber Wikipedia, Yebus adalah suku Kanaan yang menghuni dan mendirikan Yerusalem, tepat sebelum penaklukkan oleh raja Daud. Di dalam 2 Samuel 5:6-8 diceritakan Daud pergi ke Yerusalem untuk menyerang dan memukul kalah orang Yebus, penduduk negeri itu. Entah bagaimana caranya, Ornan ini dapat lolos dan membuka usaha pengirikan gandum (1 Tawarikh 21:18).


Ketika sedang mengirik gandum, Ornan melihat malaikat tersebut dan bersama keempat anaknya dia lalu menyembunyikan diri (ayat 20). Ornan merasa takut karena di waktu pertama pada saat Daud menyerang Yerusalem, dirinya masih dapat meloloskan diri. Tetapi dengan kehadiran malaikat Tuhan, dia merasa apakah waktunya untuk hidup di dalam dunia kali ini sudah habis?


Ketika Daud datang dan meminta Ornan,


ā€œBerikanlah kepadaku tempat pengirikan ini, supaya aku mendirikan di sini mezbah bagi TUHAN; baiklah berikan itu kepadaku dengan harga penuh, supaya tulah ini berhenti menimpa rakyat.ā€ (ayat 22).


Tanpa berpikir panjang Ornan menjawab,


ā€œAmbillah, dan baiklah tuanku raja melakukan apa yang dipandangnya baik. Lihatlah, aku berikan lembu ini untuk korban bakaran dan eretan-eretan pengirik ini untuk kayu bakar dan gandum untuk korban sajian, semuanya itu kuberikan.ā€ (ayat 23).


Bagi Ornan, keselamatan diri dan juga keluarganya jauh lebih penting dari segala harta benda yang dimilikinya. Ornan berpikir kalau hanya dengan menyerahkan tempat pengirikannya tulah tersebut dapat berhenti, maka dia akan memberikannya, karena dia melihat semua tetangganya sudah tewas akibat tulah penyakit sampar ini.


ā€œTetapi berkatalah raja Daud kepada Ornan: ā€œBukan begitu, melainkan aku mau membelinya dengan harga penuh, sebab aku tidak mau mengambil milikmu untuk TUHAN dan tidak mau mempersembahkan korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa.ā€ Maka Daud memberikan kepada Ornan sebagai bayaran tempat itu emas seberat enam ratus syikal.ā€ (ayat 24-25).


Jawaban yang diberikan Daud pada Ornan ini pada mulanya terlihat keren karena Daud tidak mau mendapat gratis tempat pengirikan tersebut, tetapi membelinya dengan harga penuh. Bila memakai kurs nilai uang zaman sekarang, maka harganya sekitar 10 M. Bagi beberapa orang, mungkin nilainya tidak seberapa. Tetapi bagi Ornan, itu adalah harga yang harus dibayar untuk keselamatan diri dan keluarganya.


Tetapi di atas semuanya ini, yang jauh lebih hebat bukanlah pribadi Daud yang mau membeli tempat pengirikan tersebut dengan harga seutuhnya, ataupun Ornan yang rela memberikan tempat pengirikannya pada rajanya.


Pengorbanan terbesar adalah Tuhan Yesus yang rela mati untuk penebusan dosa kita. Dia adalah korban termahal, sebab tidak ada korban yang setara nilainya, yang dapat menebus semua dosa kita di dunia ini. Firman Tuhan berkata,


ā€œKarena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.ā€ (Yohanes 3:16).


Marilah bersungguh hati menghargai apa yang sudah Tuhan Yesus kerjakan di dalam hidup kita.


Firman Tuhan yang sama di dalam hidup Daud dan juga bangsanya, adalah firman Tuhan yang sama atas pergumulan hidup yang sedang kita alami, dan mungkin kita sendiri juga tidak tahu apa alasannya mengapa semua ini tetap diizinkan-Nya terjadi. Dan Tuhan rindu untuk mengatakan,


ā€œCukup! Turunkanlah sekarang tanganmu itu!ā€ Dan Dia menghentikan segala tulah yang selama ini telah terjadi di dalam hidup kita.

Ini adalah waktu pemulihan, di mana kasih Allah dicurahkan, dan ada permulaan yang baru di dalam Kristus (2 Korintus 5:17). Tanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kita dibaharui di dalam roh dan pikiran, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:22-24).


Bawalah segala korban syukur kita, karena segala dosa kita yang sudah diampuni-Nya. Apakah yang harus dipersembahkan sebagai korban ucapan syukur? Jawabnya bukanlah tentang banyaknya uang kita yang sesungguhnya tidak terlalu penting di hadapan Tuhan, tetapi lebih dari itu, persembahkanlah hati dan hidup kita.


Apakah kita mau menanggalkan segala dosa dan hidup yang selama ini telah menyakiti hati Tuhan? Kalau kita mau datang dan merendahkan diri, maka Tuhan yang akan memulihkan, dan Dia yang akan mengangkat kita kembali mendekat pada-Nya.


Bagian Kelima. Pertobatan Membawa Pemulihan.


ā€œLalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN, mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil TUHAN. Maka TUHAN menjawab dia dengan menurunkan api dari langit ke atas mezbah korban bakaran itu. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada malaikat itu supaya dikembalikannya pedangnya ke dalam sarungnya. Pada waktu itu juga Daud mempersembahkan korban di sana, ketika ia melihat, bahwa TUHAN telah menjawab dia di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu.ā€ (1 Tawarikh 21:26-28).


Pertobatan itu membawa pemulihan di dalam hidup, dan tanpa pertobatan yang sungguh maka tidak akan ada pemulihan di dalam hidup.


Ketika Daud mau bertobat dan menaati apa yang diperintahkan Tuhan melalui Gad, dengan mendirikan mezbah bagi TUHAN di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu dengan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil TUHAN..


ā€œMaka TUHAN menjawab dia dengan menurunkan api dari langit ke atas mezbah korban bakaran itu. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada malaikat itu supaya dikembalikannya pedangnya ke dalam sarungnya.ā€ Dan tulah tersebut berhenti.


Pada suatu hari ada kisah seseorang yang mengalami kekecewaan terhadap Tuhan, dan lalu memutuskan untuk tidak mau bergereja lagi. Lalu dirinya membuka tempat usaha berjualan makanan, dan dapat membuka dua depot usaha. Dirinya juga dikaruniai dua orang anak, tetapi pada saat anak yang ketiga lahir, anak yang ketiga ini memiliki beberapa masalah terhadap kesehatannya.


Semua temannya mengajak bapak ini untuk kembali beribadah pada Tuhan di gereja, karena melihat bisa jadi apa yang dialami anaknya yang ketiga ini merupakan teguran dari Tuhan. Tetapi bapak ini tetap menolak, karena beranggapan semua orang di dalam gereja dirasa munafik, karena dirinya pernah dikhianati oleh seseorang di dalam gereja tersebut. Yang dilakukannya hanyalah mengantar anak-anaknya di sekolah minggu.


Hingga pada suatu hari bapak inimemiliki kerinduan untuk mau beribadah lagi ke gereja. Pada saat mengenakan celana panjangnya, anak ketiganya yang selama ini hanya bisa merangkak, tiba-tiba memanjat celana panjangnya bapak ini dan mencoba berdiri dengan kedua kakinya. Tak lama kemudian, ada suara yang keluar dari bibir anak ini, ā€œPapaā€. Beberapa hari kemudian anak ini memanggil ā€œMamaā€.


Selang beberapa waktu kemudian, anak ketiganya ini dapat buang air kecil dan besar sendiri dengan lancar, dan tanpa meminta bantuan siapapun. Anak ini terus bertumbuh besar dan sehat, dan dipercaya untuk menjadi atlet dari Pekan Olahraga Nasional (PON) yang mewakili tempat tinggalnya.


Bagi kita, mungkin kisah di atas terdengar klise dan bisa jadi merupakan kebetulan. Tetapi di dalam Tuhan tidak ada yang namanya kebetulan karena Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).


Ketika kita mau merendahkan diri dan bertobat dari segala dosa yang sudah kita perbuat.. maka pemulihan dari Tuhan itu dapat terjadi.

Tuhan masih mau untuk memulihkan keadaan kita. Apa pun keadaan yang dialami hari-hari ini, mungkin sudah dirasa berat dan kita merasa sudah tidak ada lagi pengharapan.. masih ada anugerah dan kasih Tuhan yang siap dicurahkan untuk memulihkan segala aspek di dalam hidup kita. Tetapi lebih dari itu semua, Dia rindu agar setiap kita dapat bersungguh hati untuk kembali pada-Nya, dan membangun kembali hubungan karib kita bersama-Nya di dalam doa dan juga pembacaan firman-Nya / Alkitab.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Comments


bottom of page