Paulus dan Linda Rahardjo - Nurut Tuhan atau Nurut Istri? (Double Date)
- mdcsbysystem
- 8 Jun
- 18 menit membaca
Catatan Sharing: āNurut Tuhan atau Nurut Istri? Siapa yang menjadi Prioritas?ā Ditulis ulang dari sharing Bp. dr. Paulus Rahardjo dan Ibu Linda, di pertemuan āDouble Dateā di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 23 Mei 2025.

Bp. Pdt. Betuel Himawan membuka sesi dengan membagikan kisah ada seorang istri yang mendapat mimpi dan bercerita pada suaminya. Di dalam mimpinya, istrinya ini sedang merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) dirinya dan mendapat hadiah liontin permata dan juga mobil listrik terbaru.
Mendengar kisahnya suaminya berkata,
āKita tunggu saja yaa Ma, nanti pada saat Mama HUT mimpinya terjadi atau tidak..ā
Singkat cerita pas tiba HUT istrinya, suaminya datang dan membawa sebuah kotak yang dihias cantik dengan pita yang indah. Hati istrinya berdegup kencang dan membayangkan bahwa isinya pasti salah satu, atau bahkan mungkin dua barang yang sudah lama diimpikannya.
Pada saat dibuka ternyata isinya adalah sebuah buku, bukan Buku kePemilikan Kendaraan Bermotor / BPKB tetapi buku yang berjudul,
āRahasia Menafsirkan Mimpi.ā
Di sesi kali ini tidaklah mudah, karena judulnya sendiri sudah lumayan provokatif yakni,
āNurut Tuhan Vs. Nurut Istri. Siapa yang jadi Prioritas?ā
Hal ini seolah posisi istri itu disetarakan dan dibenturkan dengan Pribadi Tuhan sendiri. Suara Tuhan atau suara istri, mana yang harus kita turuti dan yang nantinya akan berperan besar di dalam kehidupan rumah tangga kita.
Sesi dimulai dengan Bp. dr. Paulus Rahardjo yang memulai dengan pernyataan,
āPertanyaan begini saja kok dibuat repot sampai diadakan acara seperti ini..ā
Ibu Linda: Tahun ini usia pernikahan kami genap mencapai 40 tahun lamanya, dan kami sudah dikaruniai dua orang putra yang kini berusia 34 dan 36 tahun, dan keduanya sudah menikah sekaligus memiliki anak. Jadi kini Bp. dr. Paulus sudah menjadi kakek dan Ibu Linda juga sudah menjadi seorang nenek. Di gereja ini, kami berdua sudah berjemaat dan melayani selama 40 tahun.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Tahun-tahun pertama pernikahan pertanyaannya adalah, kalau istrinya sudah mencapai usia lanjut dan sudah tidak cantik lagi.. apakah Bp. dr. Paulus masih mencintainya? Jawabnya adalah Ya, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi dari pertanyaan tersebut.
Ibu Linda: Pada akhirnya kedua pasangan dengan semakin bertambahnya usia, bisa jadi keduanya sama-sama tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa wajah pasangannya masing-masing..
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Apa rahasia pernikahan kami berdua agar tetap langgeng? Jawabnya adalah, izinkan saya menyanyikan lagu lama..
Judul Lagu: And I Love You So.
Dinyanyikan Oleh: Perry Como.
And I love you so. The people ask me how. How Iāve lived till now. I tell them I donāt know. I guess they understand how lonely life has been. But life began again the day you took my hand and yes, I know how lonely life can be.
The shadows follow me ānā the night wonāt set me free but I donāt let the evening get me down. Now that youāre around me and you love me, too.
Your thoughts are just for me. You set my spirit free. Iām happy that you do. The book of life is brief. And once a page is read all but life is dead. That is my belief. And yes, I know how lonely life can be. The shadows follow me and the night wonāt set me free. But I donāt let the evening get me down. Now that youāre around me.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Sebenarnya kami tidak mengetahui mengapa dan tidak tahu apa saja yang selama ini sudah dilakukan, untuk mendapat kehormatan besar ini. Yang kami berdua lakukan selama ini hanyalah mengikuti ayat firman Tuhan, satu ayat demi satu ayat.
Seolah Tuhan itu berkata pada kami, dan juga pada setiap kita tentunya, kalau kita mungkin memiliki impian pribadi bagi keluarga kita masing-masing, tetapi Tuhan itu memiliki mimpi yang jauh lebih baik bagi keluarga kita.
Karena itu apa pun mimpi yang kita miliki dan masih pegang selama ini bagi keluarga kita.. percayalah bahwa Tuhan mempunyai mimpi bagi setiap kita, dan mimpi-Nya itu jauh lebih besar dari mimpi kita.
Sekarang kembali pada kita, apakah kita mau mempercayai-Nya atau tidak?
Pertanyaan: Judul dari pertemuan kita pada malam hari ini adalah āNurut Tuhan atau istri?ā Mana yang harus kita turuti? Selain itu, sering kali kita juga mendengar istilah kalau suami adalah kepala keluarga, tetapi istri adalah lehernya. Jadi yang menentukan arah rumah tangga ini sebenarnya kepala / suami, atau justru leher / istrinya?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Pertanyaan ini sebenarnya mudah, apakah kita harus memilih Tuhan atau memilih istri kita?
Ibu Linda: Pertanyaan di atas adalah jokes dari dunia, akan siapa yang menjadi kepala dan leher di dalam sebuah rumah tangga. Dan pertanyaan tersebut justru memiliki kesan manipulatif dan ada unsur intimidasi. Padahal Alkitab sudah dengan jelas mencatatnya pada kita,
āIsteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.ā (Amsal 12:4).
āSiapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.ā (Amsal 18:22).
Mengapa di ayat di atas dikatakan bahwa yang membuat malu itu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya? Mengapa tidak hatinya? Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk seorang pria, dan bila perempuan tidak benar hidupnya, maka tulang rusuk yang busuk ini dapat menghancurkan seluruh tubuh / kehidupan suami dan juga keluarganya nantinya.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Laki-laki merasa dirinya dibuat dari debu tanah, sedangkan ada perempuan yang berusaha membuat posisinya jauh lebih baik dari pria dengan mengatakan bahwa dirinya dibuat dari tulang rusuk. Tetapi kita semua tahu kalau harga tanah terus mengalami kenaikan. Bagaimana dengan harga tulang, tidak pernah naik..
Pertanyaan: Ini semua kan tentang value yang dimiliki masing-masing. Tetapi bagaimana bila di dalam keluarga ada pihak pria yang lebih dominan, dan istrinya pasif? Atau sebaliknya?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Pertanyaan sebenarnya adalah mengapa Tuhan kok dibenturkan sama istri? Apakah tidak bisa kalau keduanya saja?
Ibu Linda: Dalam Alkitab mengatakan bahwa,
āSebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.ā (Kejadian 2:24).
āHai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.ā (Efesus 5:22-24).
Ada peraturan di dalam Alkitab mengenai peran suami yang diminta menjadi seorang protector / pelindung, leader / pemimpin, provider / penyedia. Karena itu suami membutuhkan istrinya harus hormat padanya. Bagaimana suami dapat berfungsi, bila semua anggota keluarganya tidak dapat menghormati pemimpinnya? Pemimpin pasti juga tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik.
Jadi kalau Tuhan membentuk sebuah keluarga, maka syarat di dalamnya harus ada kasih.
Kalau seorang pria membutuhkan honour and respect, maka istrinya harus tunduk kepadanya.. karena dengan demikian baru suaminya dapat berfungsi menjadi seorang leader yang penuh kasih di dalam rumah tangganya, sehingga istrinya tidak pernah diintimidasi, merasa terancam, ataupun dimanipulasi. Kalau suasana rumah tangga seperti ini, maka istri juga akan mengalami ketenteraman dan dirinya bisa berfungsi dengan baik. Demikian pula dengan anak-anak.
āHai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginyaā (Efesus 5:25).
Suami juga diperintahkan untuk mengasihi istrinya. Mengapa? Karena yang namanya perempuan itu banyak yang memakai perasaan, membutuhkan kasih, dan juga kenyamanan. Kalau istri sudah mendapat semuanya ini, baru dirinya dapat berfungsi.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Tetapi kebanyakan dari sesi konseling ditemukan seperti ini.. Istrinya berkata tidak ada masalah kalau tunduk pada suami, asalkan suaminya mau terlebih dahulu mengasihi dirinya. Sedangkan dari pihak suami, istrinya harus tunduk terlebih dahulu baru suaminya mau mengasihinya. Terus mana yang benar dan yang harus didahulukan terlebih dahulu? Keduanya tidak ada yang mau mengalah, semuanya saling minta didahulukan.
Sebelum Efesus 5:22-33 ditulis, di mana perikopnya berbicara tentang āKasih Kristus adalah dasar hidup suami istri,ā semua ayat tersebut dimulai dengan ayat 21 terlebih dahulu,
ādan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.ā
Masih ingatkah kita dengan segitiga hubungan, di mana yang berada di titik puncaknya adalah Pribadi Tuhan, dan dua titik di dasarnya adalah suami dan istri? Karena itu, jangan mencoba membenturkan Tuhan dengan suami atau istri kita.
Garis jarak di antara suami dan istri di dalam segitiga hubungan tersebut berbentuk horisontal, sedangkan sama Tuhan bersikap vertikal.
Hal ini memiliki arti bahwa suami dan istri membangun dan membina relasi yang intim bersama dengan Tuhan melalui doa dan membaca firman Tuhan di dalam Alkitab, merenungkan apa pun yang dialami dari sudut pandang firman Tuhan, bukan dari sudut pandang sendiri.
Karena itulah bila kita mau belajar untuk mendengar suara Tuhan dengan lebih baik, maka tidak menutup kemungkinan bila Dia juga dapat berbicara melalui keberadaan suami / istri kita. Marilah belajar mendengar dan mengolah setiap pendapat yang sudah diberikan pasangan kita. Istri memang fungsinya adalah sebagai penolong (Kejadian 2:18), tetapi kembali lagi sikapnya sesuai dengan ayat di dalam Efesus 5:21, kita sama-sama belajar untuk merendahkan diri di dalam takut akan Kristus.
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: āBeranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.ā (Kejadian 1:28).
Allah memanggil kita untuk memenuhi dan menaklukkan bumi untuk berkuasa atas segala hewan di bumi ini, Dia tidak meminta kita untuk menaklukkan suami / istri kita.
Ibu Linda: Setelah peristiwa manusia jatuh ke dalam dosa yang kisahnya ditulis di dalam Kejadian 3, kini suami dan istri berusaha saling menaklukkan satu dengan lainnya. Padahal Tuhan pada mulanya meminta agar setelah diberkati, mereka berdua dapat bersatu dan mengelola isi bumi ini dengan bijaksana (Kejadian 1:28).
Hubungan suami dan istri ini sangatlah penting, karena pria juga tidak bisa memiliki anak sendiri. Fungsi seorang pria / suami adalah sebagai seorang leader / pemimpin dan juga inisiator. Sedangkan posisi seorang perempuan juga tidak kalah pentingnya yakni, menjadi seorang penolong dan juga memberikan kehidupan.
Setiap perempuan diberikan rahim di dalam tubuhnya, dan hanya membutuhkan satu deposito sperma unuk melahirkan anak dan juga mengembangkan sebuah generasi.
Karena itu para suami, kasihilah istri karena tugas mereka sangatlah tidak mudah.
Pertanyaan: Menyangkut relasi antara Tuhan dan dengan pasangan masing-masing. Ada yang suaminya lebih rajin berdoa, demikian pula sebaliknya. Dan karena inilah, pihak suami / istri saling men-judge masing-masing ketika ada masalah atau pendapat mereka yang dirasa ākurang rohani.ā Akhirnya ada yang mengatakan agar pasangannya lebih rajin lagi membaca Alkitab, agar pendapatnya jauh lebih baik. Ada yang merasa bahwa kehidupan rohaninya tidak sama / ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Ada yang berkata bahwa pasangannya kurang dekat sama Tuhan..
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Alkitab mengatakan,
āDemikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.ā (1 Petrus 3:1-2).
Kesaksian hidup kita yang dapat memberikan keteladanan yang baik seharusnya cukup kuat untuk dapat membuat pasangan kita berubah, dan memberikan respect yang patut untuk diterima pasangan, tanpa kita perlu banyak berbicara. Tetapi seandainya bila mereka tetap mengeraskan hati, kita dapat berdoa agar Tuhan boleh melembutkan hati mereka dan menyerahkan mereka ke dalam tangan kasih Tuhan agar Dia yang berproses mengubah hidup mereka.
Ayat di atas adalah firman dari Tuhan, biarlah Dia yang menuntun dan menjalankan firman-Nya.
Ibu Linda: Tugas seorang istri itu menghormati suaminya, sedangkan tugas Tuhan yang membuat suaminya berubah menjadi lebih baik. Kita melakukan apa yang menjadi tugas dan bagian kita, dan biarlah Tuhan yang melakukan apa yang menjadi tugas dan bagian-Nya. Tidak usah saling menunggu, siapa yang harus berbuat terlebih dahulu. Mengapa?
Karena kita harus belajar untuk merendahkan diri di dalam takut akan Tuhan, untuk membangun kehidupan rumah tangga ini.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Bukan takut pada pasangan atau pun pada anggota keluarga dan mertua, tetapi takut pada Tuhan. Apa artinya?
Takutlah untuk mendukakan hati-Nya. Karena itu suami dan istri harus belajar untuk saling mencintai, menghormati, terbuka, dan pada saat yang sama.. suami dan istri harus memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Dia masih bisa berbicara dan menyatakan kehendak-Nya melalui apa yang dikatakan pasangan kita.
Pertanyaan: Bagaimana caranya kita dapat mengetahui apakah ini adalah suara dan kehendak dari Tuhan, bukan suara dari hati sendiri?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Banyak orang yang beranggapan bila ini adalah kehendak dari Tuhan, maka hati kita akan merasa damai sejahtera.
Ketika Tuhan Yesus memikul Salib-Nya dan naik ke bukit Golgota, yang di mana hal ini merupakan kehendak Bapa-Nya yakni untuk menebus dosa seluruh umat manusia.. pastinya Dia tidak merasakan damai sejahtera di dalam hati-Nya. Firman Tuhan mengatakan,
āIa sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.ā (Lukas 22:44).
Yang terpenting di sini apakah semuanya sudah sesuai dengan kebenaran firman Tuhan / tidak. Kalau memang ada yang perlu disepakati, maka kita perlu belajar untuk saling memiliki kerendahan hati dan bersepakat bersama. Jangan pernah lupakan bahwa suami dan istri memiliki 2 otak yang berbeda, dibesarkan dengan nilai dan cara yang bermacam-macam. Pasti ada konflik dan ketidakcocokan. Tetapi,
Tidak cocok, tidak harus cekcok.
Ini adalah salah satu cara melatih keharmonisan.
Pertanyaan: Bagaimana kita harus bersikap bila suami / istri adalah pasangan sandwich generation? Di mana selain harus mengurus keluarga sendiri, juga dituntut memperhatikan orang tua?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Hari-hari ini, mana ada yang tidak seperti itu sekarang? Karena itu, beginilah yang namanya hidup. Memang hidup ini susah tetapi masih bisa indah, kalau kita selalu melibatkan Tuhan di dalam setiap beban pergumulan yang sedang dihadapi. Jadi, yang namanya sandwich generation itu biasa-biasa saja.
Ibu Linda: Tantangan hidup pasti selalu ada. Misalnya merawat anggota keluarga yang sakit berkepanjangan, mendidik anak-anak di masa bersekolah, memilih pekerjaan, dll. Hidup ini terkadang berjalannya seperti roller coaster, kadang naik kadang turun, kadang ada uang kadang harus belajar untuk mengucap syukur dan mencukupkan diri. Semua yang ada di bawah langit pasti selalu diuji. Untuk apa Tuhan memberikan ujian? Supaya 2 bisa menjadi 1, dan terus berproses.
Bp. dr. Paulus dan Ibu Linda sudah menikah selama 40 tahun, dan berproses 2 menjadi 1 memang tidaklah mudah. Mereka berdua menikah pada saat berusia 25 tahun, dan hari ini sudah 65 tahun. Pastinya di dalam 40 tahun usia pernikahan itu banyak terjadi drama kehidupan, dan mereka berdua belajar bersama ada 4K yang membuat bertahan dalam membangun pernikahan:
Kasih. Komitmen. Kerja keras. Kerja sama.
Apa pun tantangan yang diizinkan untuk dihadapi, baik ada orang tua maupun anggota keluarga yang harus dirawat / sakit berkepanjangan, ada anak-anak yang kita sebagai orang tua harus belajar sabar dalam mendidik dan membesarkan mereka, keadaan ekonomi yang naik dan turun.. semua tantangan harus dihadapi dengan 4K di atas.
Pertanyaan: Ada seorang suami yang bekerja sangat keras membanting tulang demi keluarganya, tetapi dibilang kurang peka. Mana yang harus diutamakan? Dompet atau hati?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Pertama. Tabahkanlah hatimu..
Ibu Linda: Kita sedang hidup di dalam dunia yang tidak mudah keadaannya. Bp. dr. Paulus suaminya, harus bekerja selama 14 jam di setiap harinya. Awal-awal pernikahan banyak bertengkar, tetapi pada akhirnya keduanya sama-sama belajar yang namanya hidup di dunia pasti ada tantangannya. Bagaimana kita bersikap dan menyiasatinya, mencari waktu untuk bisa bersama-sama supaya dapat membangun komunikasi.
Sekalipun tantangan yang ada memang tidaklah sama di setiap keluarga, tetapi Bp. dr. Paulus dan Ibu Linda memutuskan untuk olahraga bersama dengan jalan kaki, jam setengah 5 pagi. Saat mereka olahraga tersebut, mereka bisa berkomunikasi dan mengungkapkan apa pun yang ada di dalam hati.
Kalau suami maunya di rumah terus, maka dia tidak akan bisa menjalankan fungsinya sebagai seorang provider / penyedia. Karena itu carilah waktu untuk bisa bersama-sama. Budget / anggaran belanja juga harus diadakan agar sebuah pernikahan dapat berjalan dengan baik.
Kalau kita tidak mau membangunnya, terjadi pertengkaran terus-menerus.. maka mau sampai kapan? Menunggu sampai anak-anak pergi? Setelah mereka pergi, pernikahan menjadi kosong karena selama ini keduanya tidak pernah membangun komunikasi. 2 menjadi 1 adalah proses yang memang harus dibangun di seumur hidup.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Sebenarnya musuh yang paling utama bukanlah tentang topik kerja keras dan membanting tulang. Tetapi setelah sampai rumah, yang ditemui dan disentuh pertama kali bukanlah suami / istri kita, malahan membuka laptop dan gadget kita.
Pertanyaan: Apakah Bp. dr. Paulus dan Ibu Linda dapat membagikan masalah terbesar apa yang pernah dihadapi selama 40 tahun pernikahan, bahkan sampai meminta berpisah / bercerai?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Secara manusia, kita pasti memiliki banyak pergumulan, bahkan ada yang sampai ingin menyerah. Tetapi sekalipun menjaga perkataan memang penting, menjaga perkataan yang berada di dalam hati kita juga tidak kalah pentingnya.
Ibu Linda: Pada awal pernikahan memang sering bertengkar, karena mereka berdua tidak memiliki persiapan konseling pernikahan. Selain itu, Ibu Linda pada saat kecil juga merupakan anak yang sangat disayang oleh kedua orang tuanya, karena merupakan putri tunggal di antara 2 saudara laki-laki. Orang tuanya bersepakat dan memiliki pendapat bahwa anak perempuan itu harus dimanja, karena kuatir kalau ikut mertua nantinya dapat mertua yang tidak baik, karena itu harus disayang duluan oleh orang tuanya.
Jadi kesannya seperti āsayang yang merusakā dan menjadi little princess ketika menikah dengan Bp. dr. Paulus. Jadi 5 tahun pertama, maunya diperhatikan terus-menerus.
Bp. dr. Paulus dan Ibu Linda bertemu saat SMA, dan dirinya sangat dimanja oleh Bp. dr. Paulus. Tetapi pada akhirnya Ibu Linda bertobat dan belajar untuk menjadi istri yang taat pada suami.
Pertanyaan: Karena sudah banyak belajar dari Hati Ibu dan Bible & Co., dan banyak mendapat masukan yang sangat berarti di dalam kehidupan berumah tangga.. ada seorang ibu yang merasa ālebih berisiā rohaninya daripada suaminya. Bagaimana caranya agar perkataan nasihat dari sang istri dapat diterima oleh suaminya? Supaya apa yang didapat dari semua pelajaran tersebut, bisa dibagikan dan diterima tepat oleh suaminya? Di sini istrinya bukan bertindak sebagai Tuhan, tetapi sebagai seorang penolong bagi suaminya. Bagaimana caranya, supaya suaminya juga bisa berubah sikapnya?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Semuanya kembali lagi, bila suaminya tidak taat pada firman Tuhan,
āDemikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.ā (1 Petrus 3:1-2).
āTanpa perkataanā itu bukan didiamkan saja, tetapi bagaimana jika para istri mencoba untuk melakukan treatment yang berbeda? Bisa saja pada saat suaminya pulang kerja sedang capai, cobalah untuk memijatnya. Semuanya kembali lagi pada segitiga hubungan yang kita bangun bersama dengan Tuhan dan suami / istri kita masing-masing.
Hal ini berbicara tentang apa yang sudah Tuhan rancangkan jauh-jauh hari untuk suami dan istri, di mana keduanya dapat menjadi mercusuar / lighthouse, untuk kemuliaan nama-Nya.
Pertanyaan: Sudah menikah selama 40th, apakah memiliki role model dari Alkitab yang menjadi pegangan di dalam hidup pernikahan?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Di kesempatan kali ini, kami berdua mau membawakan kehidupan Nuh dan juga keluarganya.
Ibu Linda: Bp. dr. Paulus dan Ibu Linda suka belajar dari kehidupan keluarga di dalam Alkitab, karena sangat kaya sekali dan banyak pelajaran yang bisa didapat. Contohnya di dalam Perjanjian Baru (PB) ada kesepakatan yang salah di antara Ananias dan Safira, yang mendatangkan kehancuran dan kematian atas keduanya. Melaluinya kita dapat belajar untuk melihat kembali, kesepakatan seperti apakah yang akan dibangun di antara suami dan istri?
Di Perjanjian Lama (PL) ada Ishak dan Ribka, di mana kita dapat belajar bahwa cara mereka mengatur rumah tangga sangatlah kacau, karena ada kesan anak kesayangan ayah dan ibu. Akhirnya keluarga ini berakhir dengan kehancuran.
Hari ini kita belajar dari kehidupan Nuh.
Nuh adalah generasi ke-10 setelah Adam, sejak manusia jatuh ke dalam dosa di Kejadian 3. Kehidupan manusia semakin merosot, dimulai dari manusia pertama di dunia ini yakni Kain, telah membunuh Habel. Kejahatan dan kekerasan terus berjalan, sampai tiba di Kejadian 7. Tuhan melihat dunia ini sudah begitu rusak dan Dia mau me-reset kembali. Di pasal sebelumnya, firman Tuhan mengatakan pada kita,
āAku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.ā (6:7).
Tetapi Tuhan menemukan Nuh dan keluarganya, dan mendapat kasih karunia di mata-Nya (6:8). Nama Nuh disebut sebanyak 50 kali dari zaman PL sampai PB. Di dalam Matius 24:37-44, Tuhan Yesus menyebut nama Nuh. Di dalam Ibrani 11:7, nama Nuh juga disebut sebagai saksi iman.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Di balik pria yang berhasil ada perempuan yang cerdas dan kuat. Karena tidak ada perempuan cerdas yang mau menikah dengan seorang pria yang tidak mau berusaha.
Ibu Linda: Pada suatu hari Tuhan berkata pada Nuh kalau Dia ingin menghapus manusia yang telah Dia ciptakan (Kejadian 6:7), Dia ingin me-reset semuanya menjadi baru. Semua ciptaan yang lama dihapus dengan air bah. Ketika mendengar perintah untuk membuat bahtera, Nuh melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya (6:14-22).
Nuh hidup di tengah masyarakat yang mengejek, menghina, dan jauh dari Tuhan. Tetapi dia tetap setia. Dia mendidik keluarganya untuk hidup takut akan Tuhan. Dia tidak hanya percaya, tapi juga taat. Itulah sebabnya Tuhan memilih Nuh untuk memulai rencana keselamatan-Nya yang baru.
Kita sering lupa bahwa Nuh tidak sendirian ketika Tuhan memerintahkan untuk membangun sebuah bahtera. Dia mempunyai istri yang setia, tiga anak laki-laki, dan juga tiga menantu perempuan. Tanpa dukungan dari keluarganya, Nuh tidak akan mungkin dapat menyelesaikan misi yang sudah diperintahkan Tuhan itu.
Ini adalah keluarga yang luar biasa, bagaimana seorang ayah bisa memimpin seluruh keluarganya. Tentunya Nuh tidak banyak perkataannya, tetapi dia memimpin keluarga ini dengan kelakuannya, dengan iman, dan juga kerja kerasnya.
Bayangkan: mencari kayu, memotong, menyusun, menutupnya dengan pak dan tar, membuat kandang, tempat makan, menyusun logistik.. Dan siapa yang mengatur kehidupan di dalam bahtera nanti? Tentu saja istri dan anak-anaknya mempunyai peran yang sangat penting!
Walau namanya tidak disebut, ada istrinya yang menjadi tiang kekuatan di balik Nuh yang taat. Istrinya mendukung di dalam diam, menyemangati di saat letih, menyejukkan hati ketika dalam kebingungan, dan mitra di dalam kebenaran. Tanpa peran keluarganya, bisa jadi perjalanan Nuh mungkin tidak akan berjalan selancar itu.
Di balik pria yang setia, ada istri yang kuat mendukungnya untuk tetap setia di dalam Tuhan, dan menyelesaikan segala yang diperintahkan.
Dengan iman, kasih, komitmen, kerja keras dan juga kerja sama, akhirnya bahtera tersebut selesai.
Dari berbagai sumber mencatat,
Nuh membutuhkan waktu sekitar 50 hingga 75 tahun untuk membangun bahtera, menurut beberapa sumber dan sumber lainnya. Beberapa orang menganggap bahwa Nuh membutuhkan waktu 120 tahun untuk membangun bahtera karena Tuhan memberikan peringatan selama 120 tahun, sebelum banjir. Namun, jangka waktu 120 tahun tersebut sebenarnya adalah waktu yang diberikan Tuhan untuk umat manusia sebelum banjir terjadi, bukan waktu yang dibutuhkan Nuh untuk membangun bahtera.
Ketika bahtera tersebut sudah jadi, semua keluarga dan setiap satu pasang hewan yang sudah ditetapkan masuk ke dalamnya. Pasti ada campur tangan dari Tuhan untuk dapat menggiring semua hewan masuk ke dalamnya, dan Tuhan menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh (Kejadian 7:16).
Total air bah menutupi bumi selama 370 hari, menurut perhitungan Alkitab yang menggunakan penanggalan bulan. Bahtera tersebut mengapung selama 150 hari, kemudian beristirahat di atas air selama 220 hari. Bayangkan apa jadinya kalau Nuh dan keluarganya tidak kompak, pastinya bahtera yang berisi kebun binatang tersebut tidak akan dapat terurus dengan baik.
Ini adalah pelajaran luar biasa, di mana Nuh dapat memimpin keluarganya, dan istrinya juga mendukung serta mengatur logistik makanan di dalam bahtera selama 1 tahun lamanya
Pertanyaan: Kalau menjadi istri Nuh dan anak-anaknya pasti tidaklah mudah, karena mereka tinggal di dataran kering dan Tuhan memerintahkan mereka membuat bahtera. Tetapi untuk mengikutinya, dibutuhkan 100 persen ketaatan karena tidak masuk di akal sama sekali.
Penundukan seperti apakah yang harus dilakukan?
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Pertanyaan tersebut menggiring kita untuk kembali pada segitiga hubungan. Pada mulanya, Nuh yang pertama kali mendengar perintah-Nya. Bisa jadi lalu Tuhan berbicara pada istri dan anak-anaknya. Semuanya ada proses dan konflik yang dibicarakan dengan terbuka, serta semuanya memiliki sikap saling merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus (Efesus 5:21).. dan pada akhirnya hubungan tersebut menjadi tempat yang subur untuk dapat menyatakan kehendak-Nya.
Dari sinilah keluarga Nuh memiliki iman dan mengambil tindakan yang luar biasa.
Pertanyaan: Kalau di kisah Nuh, prianya memiliki kehidupan yang saleh sehingga istrinya pada akhirnya mengikutinya. Bagaimana kalau ada salah satu dari suami / istri yang hidupnya masih belum bersungguh hati terhadap Tuhan, apakah kita juga harus menuruti mereka? Malah bisa salah jalan dan tidak menuju Surga.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Untuk para istri, ikutilah Bible & Co. dan Hati Ibu di Gereja MDC Surabaya. Dari sini kita semua dapat belajar bukan untuk mengajari suami, tetapi memberikan sikap terbaik agar suami lebih mudah untuk mendengar suara Tuhan. Kalau cuma dicereweti terus, maka telinganya pasti sudah ditutup rapat.
Ibu Linda: Abigail memiliki suami Nabal, dan firman Tuhan mengatakan pada kita,
āNama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya.ā (1 Samuel 25:3).
Ketika Nabal menolak untuk membantu Daud dan orang-orangnya (ayat 10-11), Abigail memilih untuk berkata dan bersikap benar serta santun (ayat 23-31). Melalui kisahnya kita dapat belajar bahwa seorang istri tidak boleh pasif. Dirinya harus tahu kapan saatnya bertindak, dan kapan saatnya untuk berdiam diri.
Selain itu kita juga dapat belajar dari istri Pilatus. Alih-alih mendatanginya langsung, istri Pilatus lebih memilih untuk mengirimkan pesan karena saat itu Pilatus sedang mengadili Yesus (Matius 27:13,19). Sekalipun Pilatus mengabaikan perkataan istrinya, kebenaran itu tetap sudah tersampaikan.
Jadi, seorang istri harus tahu banyak kebenaran firman Tuhan. Kalau bergaul karib dengan Tuhan, Dia pasti memberi cara terbaik-Nya untuk menyatakan kebenaran-Nya pada kita.
Pertanyaan: Misal istrinya sudah memberitahu karena sudah ikut Bible & Co., tetapi suaminya terus ngotot memakai caranya dia, akhirnya salah dan keduanya bertengkar.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Perempuan itu sedikit berbicara, tetapi banyak berkata-kata. Karena itu, berbicaranya dasarnya atas apa? Lebih baik sebelumnya dibicarakan dan disepakati bersama. Untuk mengambil keputusan di dalam hidup ini Tuhan pasti masih bisa memberikan hikmat, dan kita juga diberikan teman-teman untuk dapat memberi saran dan masukan tambahan.
Walau misal keputusan tersebut pada akhirnya salah, tetap jangan saling menyalahkan. Mengapa? Karena keputusan tersebut, sudah diambil bersama. Suami dan istri diciptakan menjadi satu, jadi kalau sudah disepakati bersama, maka akibatnya juga harus ditanggung bersama.
Tetapi selama di dalam koridor Tuhan, Dia akan memberi U-turn / putar balik. Kalau bisa jangan dipakai terlalu banyak, karena membuat kita terus berputar dan pada akhirnya tidak ke mana-mana.
Closing Statement.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Marilah kembali pada segitiga hubungan, yang perlu ditekankan di sini adalah suami dan istri harus sama-sama membina hubungan pribadinya dengan Tuhan. Dan juga melalui Bible & Co, Hati Ibu, dan berbagai kegiatan Bible Study di gereja ini, kita juga bisa banyak belajar. Jadi jangan membenturkan Tuhan dengan pasangan kita. Yang terpenting adalah Tuhan bersama suami dan istri harus saling membina hubungan. Firman Tuhan berkata,
āNyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.ā (Mazmur 133).
Komitmen Keluarga.
Marilah belajar mempraktikkan untuk berdoa bersama setiap hari, mendengar dengan kasih, memaafkan lebih cepat, membuat waktu sabat keluarga, mengucapkan kata-kata membangun, dan menyatukan keputusan penting dalam doa.
Sebuah Doa.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Bapa di Surga, kami bersyukur atas kasih-Mu yang begitu setia dan sabar. Di dunia yang kacau, Engkau tetap menjadi Batu Karang yang teguh bagi hidup kami. Dan sama seperti Nuh dan keluarganya, kami ingin tetap berdiri untuk taat kepada-Mu, bahkan saat dunia tidak mengerti apa yang kami lakukan.
Ampuni kalau kami lebih sering menuntut daripada menuntun, kami sering ingin menang sendiri daripada mencari kehendak-Mu.
Kami datang sebagai suami dan istri yang penuh dengan kelemahan, tetapi juga penuh dengan kerinduan untuk terus diperbarui.. karena kami percaya kami dapat menanggung segala sesuatu di dalam Kristus, yang sudah memberikan kekuatan di dalam hidup kami.
Ibu Linda: Tuhan Yesus, Engkaulah tali pengikat kasih yang sejati. Kami ingin menempatkan Engkau di atas puncak kehidupan kami, agar kami dapat saling menuntun, bukan saling menuntut.
Ajarilah kami untuk tidak sekadar menjadi pasangan yang legal, tetapi menjadi tim surgawi dan mitra dalam misi-Mu di atas muka bumi ini.
Berikan kami hati yang cepat untuk mengampuni, lidah yang lembut untuk membangun, dan mata yang peka melihat kehadiran-Mu dalam pasangan kami. Kami percaya Engkau datang untuk,
ā..Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.ā (Yohanes 10:10).
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Kami berdoa untuk setiap suami yang hadir, beri kami keberanian untuk mengasihi istri kami, sama seperti Kristus yang tidak pernah menuntut tetapi memberi diri.
Bantu kami untuk dapat menjadi seorang imam di dalam rumah, bukan menjadi bos yang ditakuti, melainkan pelayan yang dihormati karena kasih dan keteladanan yang sudah kami berikan. Karena kami dipanggil untuk saling merendahkan diri di dalam takut akan Kristus.
Ibu Linda: Dan untuk setiap istri ya Tuhan, berikan kami kelembutan yang kuat, penundukan bukan l karena takut tetapi karena pengenalan akan Engkau. Bentuk kami menjadi penolong yang sepadan, penolong yang berhikmat, dan penuh pengaruh di dalam roh. Karena sejak semula Engkau memberkati keluarga dan berkata,
āBeranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.ā (Kejadian 1:28).
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Tuhan, aku akan mendoakan pengutusan untuk setiap keluarga yang diwakili oleh suami dan istri, ayah dan ibu. Aku utus kembali engkau ke rumahmu, bukan sebagai dua pribadi tetapi sebagai satu tubuh, dengan satu hati, satu suara, dan satu tujuan.
Kami tidak ingin hanya menjadi keluarga yang bahagia, tetapi juga menjadi keluarga yang kudus dan berdampak.
Tolong kami untuk tetap berjalan bersama-Mu, agar dunia tahu bahwa kasih-Mu nyata. Karena terlihat melalui kehidupan suami dan istri yang saling mengasihi, dan takut akan Engkau.
Dalam nama Yesus, Raja damai.
Ibu Linda: Sang Kepala atas setiap rumah tangga yang berserah.
Bp. dr. Paulus Rahardjo: Kami berdoa, dan saudara diutus. Karena kami yakin akan hal ini, ļæ¼
āAkan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.ā (Filipi 1:6).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..




Komentar