Betuel Himawan - Renungan Doa Puasa Masa Prapaskah, Hari Kedua
- mdcsbysystem
- 3 hari yang lalu
- 6 menit membaca
Renungan Doa Puasa Masa Prapaskah, Hari Kedua. Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Betuel Himawan, pada Tgl. 15 April 2025, melalui Ibadah Zoom Online.
Mari merenungkan pertanyaan di bawah ini,
Seberapa besar kasih Tuhan Yesus yang mendasari pengorbanan-Nya di atas kayu salib?
Bila kita dapat memahami kasih-Nya, maka hal ini akan membuat kita bisa percaya dan mengasihi Dia lebih besar lagi. Firman Tuhan mengatakan,
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:6-8).
Ayat di atas menunjukkan betapa besar kasih Kristus dinyatakan di dalam hidup kita.
Ketika merenungkan kasih-Nya, dan berbagai cara Alkitab menyatakannya, maka kita akan mendapati ada 4 hal tentang cara-cara di mana kebesaran kasih Kristus itu dinyatakan di dalam hidup.
Pertama. Kita mengetahui kebesaran kasih seseorang melalui seberapa besar biaya yang harus dikeluarkannya.
Kebesaran kasih bisa dilihat justru dari seberapa besar dia “dirugikan”. Tuhan Yesus telah mengorbankan nyawa-Nya bagi kita, dan hal ini dapat meyakinkan kita bahwa cinta-Nya itu jauh lebih besar dibanding bila Dia hanya mengorbankan beberapa “luka memar”-Nya saja.
Kalau Tuhan Yesus hanya luka memar, dan dihina.. kita tetap percaya bahwa Dia mengasihi kita. Tetapi pernahkah kita merenungkan dan membayangkan bahwa Dia sampai rela mati di atas kayu salib, dan membayar harga yang paling mahal dengan darah-Nya sendiri? Inilah yang dilakukan Tuhan Yesus bagi kita, Dia sampai menyerahkan nyawa-Nya, hanya demi penebusan dosa kita.
Pdt. Betuel selalu mengingat, mengasihi, dan mengapresiasi istrinya, Ibu Siuling Himawan, yang selama ini telah berjuang untuk melahirkan anak-anak mereka, yang katanya sakit saat melahirkan itu berkali-kali lipat rasanya dari sakit gigi. Seharusnya sakit itu tidak tertahankan, tetapi semuanya tetap dilalui. Belum lagi pengorbanan pada saat harus menyusui, dan berjuang bersama Pdt. Betuel dalam membesarkan anak-anak.
Itulah sebabnya di negara Indonesia ini kita dapat melihat banyak pemakaian kata “Ibu”, dimulai dari kata Ibu Pertiwi, ibu kota, ibu negara.. dan hal ini merupakan bentuk penghormatan kita atas pengabdian para Ibu yang banyak berkorban untuk menunjukkan kasih kepada anak-anaknya.
Melalui kasih yang telah diberikan oleh seorang Ibu, dapat menjadi gambaran Pribadi Kristus yang rela berkorban dan mau membayar harga untuk menunjukkan betapa besar kasih-Nya, pada anak-anakNya. Firman Tuhan mengatakan,
“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38-39).
Kedua. Kita mengetahui kebesaran kasih seseorang melalui semakin tidak pantasnya kita mendapatkannya.
Semakin tidak layak hidup kita, maka semakin lebih menakjubkan dan lebih dalam lagi kasih-Nya dinyatakan bagi hidup kita. Tuhan Yesus rela mati untuk kita yang durhaka, yang sudah berdosa / melawan dan menyakiti Dia (Roma 5:6-8).
Pernahkah kita disakiti, tetapi kita memilih untuk tetap mengampuni orang yang menyakiti kita? Pernahkah kita melakukan kesalahan yang besar, tetapi kesalahan kita diampuni dan kita juga diberi kesempatan yang kedua?
Demikian pula hal yang sama, seharusnya kita pantas menerima hukuman dan tidak layak menerima kasih dan anugerah-Nya yang besar. Tetapi kenyataannya, Dia mau mengasihi dan mati bagi penebusan dosa-dosa kita. Hati kita pasti akan bersukacita, sebab kasih-Nya begitu besar.
Ingatlah selalu bahwa kita seharusnya tidak pantas untuk menerima kasih dan kebaikan-Nya, tetapi hidup kita sudah diampuni dan dilayakkan-Nya. Hal ini menjaga kita untuk tetap rendah hati, tidak sombong dan tidak mudah menghakimi orang lain, bersukacita pada saat melihat seorang berdosa bertobat dan berbalik ke jalan yang benar, semakin mengasihi dan rindu untuk menjangkau jiwa-jiwa agar mereka juga mendapat kasih anugerah-Nya yang mengampuni, mengubahkan, dan memulihkan kehidupan mereka semua. Amin!
Ketiga. Kita mengetahui kebesaran kasih seseorang kepada kita melalui besarnya manfaat yang kita terima.
Jika kita dibantu mengerjakan PR, maka kita akan merasa dikasihi dalam satu cara. Jika kita dibantu untuk mendapatkan pekerjaan, kita akan merasa semakin dikasihi. Jika kita dibantu untuk dapat lepas dari kasus hukum yang berat, maka kita akan merasa dikasihi lebih besar lagi.
Yang menjadi pertanyaannya adalah,
“Seberapa besar manfaat yang sudah kita terima dari kasih Yesus, yang sudah rela menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib?”
Bayangkan sejak kita lahir, kita sudah membawa dosa dan kutuk keturunan akibat manusia pertama yang sudah jatuh ke dalam dosa. Tujuannya jelas, yakni Neraka, dan tempat tersebut adalah sebuah fakta bukan dongeng belaka. Hukumannya juga jelas, terpisah selama-lamanya dari Allah, Sumber damai sejahtera yang melampaui segala akal.
Kita sudah diselamatkan dan dibebaskan dari perbudakan dosa, semua sudah ditanggung melalui karya Salib-Nya yang sempurna. Tuhan Yesus sudah menang. Setiap hari kita juga bisa merasakan kemuliaan Surga yang dipenuhi damai sejahtera, walau kita masih berada di dalam dunia dan masih diizinkan menghadapi berbagai pergumulan hidup. Tetapi kita tidak terpisah lagi dengan-Nya.
Saat menyambut Paskah, marilah mengingat kembali betapa besar kita mendapat manfaatnya, di mana kita bisa merasakan betapa besarnya Tuhan Yesus mengasihi setiap kita.
Jika oleh karya Salib Kristus kita sudah diselamatkan dari siksaan kekal dan diberi tempat di dalam hadirat Tuhan yang penuh dengan sukacita dan damai sejahtera..
Maka seberapa besar manfaat yang sudah kita terima selama ini? Seberapa besar kita menyadari betapa besarnya kasih Allah di dalam hidup kita? Apakah kita mau membagikannya pada orang-orang di sekitar, yang belum pernah merasa dan mendapatkan Kasih tersebut?
Keempat. Kita mengetahui kebesaran kasih seseorang melalui kebebasannya saat melakukannya.
Jika seseorang berbuat baik kepada kita karena ada yang memaksanya, padahal dia tidak benar-benar menginginkannya, maka kasihnya tidak besar dan sifatnya hanya pura-pura saja.
Jika ada perusahaan asuransi yang membayar seseorang sebesar 1 Milyar Rupiah karena kehilangan pasangannya, pasti kita tidak akan berkata bahwa perusahaan itu begitu mengasihinya. Mengapa? Karena hal itu adalah konsekuensi dari pekerjaan dan hukum yang wajar. Tetapi bila Contact kita menyiapkan makanan untuk anggotanya yang baru saja ditinggal pasangannya meninggal dunia, secara bergantian menelepon setiap hari, mengunjungi setiap minggu.. maka kita bisa menyebutnya kasih yang dalam, karena mereka tidak memiliki keharusan untuk melakukan semuanya itu pada anggota Contact-nya. Semuanya dilakukan dengan gratis, dan sukarela.
Jadi, kebesaran kasih Kristus bagi kita terletak pada kebebasan-Nya yang mau memilih sendiri untuk mengasihi kita. Firman-Nya berkata,
“Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yohanes 10:18).
Melalui ayat di atas kita belajar bahwa, ketika Yesus mati di atas kayu salib, Dia melakukannya dengan sadar dan dengan pilihan Dia sendiri yang mau mengasihi setiap kita. Ini adalah bukti kasih-Nya yang besar, yang mengasihi setiap kita.
“aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” (Mazmur 40:8).
“Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.” (Ibrani 10:9).
Perhatikanlah kedua ayat di atas, karena hal ini mengacu pada kedatangan-Nya ke dunia untuk mempersembahkan diri-Nya sebagai korban untuk penebusan dosa. Dari ayat di atas kita juga dapat belajar bahwa Dia suka melakukan kehendak Allah, dan melakukan pekerjaan penebusan-Nya yang sempurna bagi kita. Dia sungguh-sungguh ingin menyelamatkan hidup kita.
Waktu Tuhan Yesus menebus dosa kita di dalam momen penyaliban-Nya, ini adalah peristiwa yang sangat mengerikan. Di taman Getsemani Dia berdoa, dan Alkitab mencatat pada kita bahwa,
“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” (Lukas 22:44).
Tetapi Dia melanjutkannya dengan,
“Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39).
Sekalipun harus menghadapi banyak hal berat di dalam momen penyaliban, Tuhan Yesus tetap maju dan menghadapinya karena Dia membayangkan ada anak-anakNya yang terkasih, yang nantinya akan menyembah Dia di dalam hubungan yang karib, yang sudah ditebus oleh darah-Nya.
Dia mau menyelamatkan kita, dan hal ini adalah bukti betapa besarnya Dia mengasihi kita.
Sampai hari ini Dia masih bersungguh hati ingin memelihara, membuat aman, memegang hidup kita, dan membuat kita bersukacita atas pertolongan-Nya yang ajaib di dalam hidup ini.
Biarlah setiap kita dapat merenungkan kasih dan kebaikan-Nya, melalui puisi yang ditulis oleh Ibu Santi Konanjaya di bawah ini.
Bapaku, Dialah Tuhan yang lebih dahulu..
Lebih dahulu memahami, lebih dahulu mengasihi, dan lebih dahulu melayani.
Agar aku anak-Nya, cerminan besar hati-Nya, dapat memahami, mengasihi, melayani, dan menjadi saksi bagi sepenjuru dunia,
Bapaku, Dialah Tuhan yang lebih dahulu.
Tuhan Yesus sudah membuktikan betapa besar kasih-Nya pada setiap kita, melalui pengorbanan-Nya dari atas kayu salib. Sampai hari ini kasih yang besar itu ada di dalam hidup kita. Dia rindu agar setiap kita dapat membagikan Kasih yang besar itu, pada sesama yang membutuhkan-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati
Comments