top of page

Anugerah Saron - Excellent Character

  • mdcsbysystem
  • 28 Sep
  • 12 menit membaca

Catatan Khotbah “Excellent Character.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Anugerah Saron di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 14 September 2025..


ree

Excellent Character berbicara tentang karakter yang cemerlang, yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Pastinya hidup kita juga ingin diberkati dan disertai Tuhan, serta memiliki kerinduan agar melalui hidup kita, banyak orang merasa diberkati.


Karena itu di dalam Alkitab sendiri isinya tidak melulu tentang Surga dan Neraka saja, tetapi kita dapat belajar dari kisah banyak orang yang di sepanjang hidupnya, telah memberi keteladanan hidup di hadapan Tuhan dan juga sesama.


Excellent Character tidak dipengaruhi asal usul dan latar belakang yang dimiliki seseorang, tingkat perekonomian yang telah dicapai, ataupun pendidikan apa saja yang sudah dipelajari.. tetapi lebih kepada bagaimana karakter yang terus dibangun selama ini. Apakah hidupnya selama ini sudah berjalan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab atau tidak.


Kita dapat belajar dari kehidupan Daniel yang merupakan seorang budak dari bangsa Yahudi, yang ditawan di Babilonia (Daniel 1:3-6). Tetapi di tempat di mana dirinya menjadi budak, Daniel memiliki excellent spirit / roh yang luar biasa dan cemerlang di hadapan Tuhan dan sesama. Sekalipun empat raja sudah berganti, Daniel tetap dipercaya sebagai perdana menterinya.


Mengapa tetap dipercaya?


Karena Daniel memiliki karakter cemerlang, dirinya tidak mau berkompromi dengan berbagai dosa dan perbuatan yang mendukakan hati Tuhan, serta mendapat berkat dan penyertaan dari-Nya.


“Kualitas dan Karisma dapat membawa kita ke posisi atas, tetapi hanya Karakter yang membuat kita tetap bertahan di posisi tersebut. “

Di posisi atas, banyak hal dapat menggoda iman Kekristenan kita. Tetapi dengan memiliki karakter yang excellent, sekalipun tidak ada seorangpun yang melihat apa yang sedang kita perbuat.. kita tetap akan melakukan apa yang benar, dan kita tidak mau mendukakan hati-Nya Tuhan.


Empat hal yang dapat dipelajari bersama dari excellent character yang dimiliki Daniel.


Pertama. Ketetapan Hati.


“Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.” (Daniel 1:8).


Dari apa yang dilakukan Daniel, apakah kita juga memiliki ketetapan hati untuk tetap berfokus pada Tuhan dan tidak berkompromi dengan dosa?


Arti nama Daniel sendiri adalah yang dihakimi oleh Allah. Setelah Yehuda dikuasai Babel, namanya diganti menjadi Beltsazar (ayat 7). Tetapi sekalipun dirinya dididik selama tiga tahun, diajar tulisan dan bahasa dari orang Kasdim (ayat 4-5).. sikap dan ketetapan hati Daniel tidak pernah berubah. Dirinya tetap tidak mau berkompromi dengan hal-hal yang mendukakan hati Tuhan, tetap berteguh hati, dan tidak menajiskan dirinya dengan santapan serta anggur yang biasa diminum raja.


Di dalam kehidupan, terkadang karena faktor ekonomi, pekerjaan, dan jabatan.. sering kali kita mengkompromikan segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Bahkan yang ada di dalam pikiran kita selama ini hanyalah bagaimana caranya untuk mencari cuan / keuntungan lebih. Tetapi Tuhan ingin agar setiap dari kita memiliki prinsip,


“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37).

2 + 2 = ?

Ada sebuah kisah dari seorang HRD yang mencari seseorang yang nantinya akan dipercaya untuk menduduki posisi keuangan di perusahaannya. Di tahap final, ada tiga orang yang tersisa.


Orang pertama. Semua hasil tes bagus. Pertanyaan terakhirnya adalah berapa hasil 2+2? Orang pertama ini langsung menjawab bahwa jawabannya adalah 4. Tetapi HRD-nya langsung mengatakan bahwa dirinya tidak diterima di pekerjaan ini, karena dari jawabannya, HRD menganggap bahwa karakter orang ini terlalu kaku dan susah untuk diajak bekerja sama dalam sebuah tim.


Orang kedua mendengar hasil dari wawancara, dan tetap ditanya pertanyaan yang sama, berapa jumlah 2+2? Karena ingin diterima di pekerjaan tersebut, orang kedua ini memutuskan untuk sedikit memodifikasi jawabannya dan mengatakan bahwa 2+2=5. Mendengarnya, HRD tidak menerima orang kedua ini. HRD-nya bahkan menjawab,


“Kamu menaikkan jumlah dari yang seharusnya. Kalau kamu diterima di pekerjaan ini, kamu bisa mencurangi perusahaan dan bisa jadi kamu akan melakukan korupsi yang nantinya berujung pada kehancuran dari perusahaan ini.”


Orang ketiga mendengar hasil wawancara dari kedua orang tersebut. Karena bingung mau menjawab apa, pada akhirnya orang ketiga ini menjawab pertanyaan HRD tersebut,


“Terserah Bapak mau hasilnya berapa, yang penting bapak bisa senang.”


Dan orang ketiga ini diterima di posisi tersebut.


Kalau kita mau aman dan sukses dengan cara dunia, caranya bisa berbelit-belit sama seperti ular. Tetapi bila saat-Nya tiba kita berhadapan dengan kebenaran, Tuhan dan pihak yang berwajib akan berurusan serius dengan setiap kita.


“Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14).

Kekudusan adalah Ketetapan Hati yang mau untuk tetap menjalani hidup yang taat sepenuhnya pada firman Tuhan. Memiliki kehidupan tanpa cacat cela dan juga kembali lagi kita diingatkan,


“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37).

Karena itu hidup bukan hanya sebatas meraih berbagai kesuksesan dan mendapat cuan besar saja, tetapi juga memiliki Ketetapan Hati.. apa pun musim yang sedang dijalani, kita memilih untuk tetap hidup di dalam kebenaran firman Tuhan.


Pelajaran Ketetapan Hati.


Pada saat Pdt. Saron duduk di kelas 6 SD, Ayahnya mengajar salah satu prinsip tentang Ketetapan Hati, di mana hal ini tidak akan pernah bisa dilupakan di sepanjang hidupnya. Saat itu Pdt. Saron sangat menyukai pelajaran Matematika dan mencoba untuk mengikuti lomba ini, yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis / Hari Kelahiran Universitas IPB di Bogor. Dari 32 orang jumlah pesertanya, dirinya bersama dengan tim dari sekolahnya bisa lolos masuk ke-4 besar.


Hari lombanya sendiri diadakan di luar hari Minggu. Tetapi pada saat masuk semifinal, hari lombanya diganti hari Minggu.


Bertepatan dengan hari semifinal, di MDC Tangsel Bogor juga diadakan kebaktian gabungan. Ketika ditanya jam berapa dimulai lomba tersebut, ternyata jamnya pun sama dengan jam dimulai ibadah yakni, jam 9 pagi.


Saat Pdt. Saron mencoba meminta izin pada Pdt. Fu Xie Ayahnya untuk mengikuti lomba ini, Ayahnya tetap dengan tegas mengajak anaknya untuk tetap mengikuti Ibadah Minggu. Bahkan saat kepala sekolah mencoba melobi Ayahnya, jawabnya pun tetap sama, tetap mendahulukan ibadah.


Pdt. Saron merasa marah dan kecewa pada saat itu karena menganggap Ayahnya tidak dapat memahami bahwa mencapai tahap semifinal dalam lomba Matematika ini adalah sebuah pencapaian hidup luar biasa yang seharusnya didukung.


Pada saat itu Pdt. Saron masih belum bisa memahami apa yang sedang diajarkan Ayahnya. Tetapi kini setelah dirinya menjadi seorang Ayah, dirinya dapat memahami betapa pentingnya nilai mendahulukan Tuhan dengan tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah,


“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25).


Ada hal-hal tertentu di dalam hidup yang tidak bisa dikompromikan, dan nantinya dapat menjadi nilai yang dapat diwariskan di dalam hidup anak-anak. Apa yang kita lakukan sebagai orang tua, nantinya dapat dilihat dan ditiru oleh anak cucu kita.


Pada suatu hari Pdt. Saron mengikuti pertemuan seluruh gereja MDC di bidang anak muda dan dipertunjukkan Alkitab milik dari Roy Pontoh, seorang martir muda yang memiliki Ketetapan Hati tetap setia mengiring Tuhan Yesus dan mempertahankan imannya sampai di titik darah penghabisan. Ketaatan dan karakternya tidak dibentuk dalam waktu satu malam saja, tetapi dari hari ke hari, anak muda tersebut terus membangun hubungan karib bersama Tuhan di dalam doa dan pembacaan firman-Nya di dalam Alkitab.


Hari-hari ini apakah kita sedang berkompromi dengan nilai Kekristenan? Ketetapan Hati dibangun dari hal kecil dan sederhana, dan dimulai dari saat kita bangun tidur di pagi hari.


“Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;” (Daniel 1:9).


Hasil dari Ketetapan Hati yakni, kasih dan sayang. Bahkan dari ayat di atas kita juga dapat belajar bahwa promosi itu datangnya dari Tuhan, bukan dari sesama kita manusia.


Kedua. Kerendahan Hati.


“Bertanyalah raja kepada Daniel yang namanya Beltsazar: “Sanggupkah engkau memberitahukan kepadaku mimpi yang telah kulihat itu dengan maknanya juga?” Daniel menjawab, katanya kepada raja: “Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang. Mimpi dan penglihatan-penglihatan yang tuanku lihat di tempat tidur ialah ini:” (Daniel 2:26-28).


Dalam kisah Yusuf, Firaun telah menceritakan apa isi mimpinya kepadanya (Kejadian 41:15-24). Tetapi di dalam kisah Daniel, Nebukadnezar tidak mau menceritakan apa isi mimpinya (Daniel 2:3-11).


Semua orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum di Babel tidak ada yang dapat memberitahukan apa yang diminta Nebukadnezar, tetapi Daniel mengatakan pada sang raja,


“Adapun aku, kepadaku telah disingkapkan rahasia itu, bukan karena hikmat yang mungkin ada padaku melebihi hikmat semua orang yang hidup, tetapi supaya maknanya diberitahukan kepada tuanku raja, dan supaya tuanku mengenal pikiran-pikiran tuanku.” (Daniel 2:30).


Daniel menyadari bahwa semua hikmat asalnya dari Tuhan, bukan karena kuat dan hebatnya.


Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yakobus 4:6).


Tetapi di dalam Daniel 4 diceritakan pada kita bahwa raja Nebukadnezar menjadi congkak, tetapi dirinya bertobat, dan dipulihkan Tuhan.


Semua hal baik yang terjadi di dalam hidup kita hanyalah anugerah Tuhan saja, jangan pernah menjadi tinggi hati dengan mengakui bahwa semua karena hikmat dan kekuatan kita semata.


“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14b).

Pada suatu hari ada seorang pengunjung yang datang ke toko kain bertanya berapa harga kain, sembari pamer dan menunjukkan jari-jarinya yang banyak memakai cincin yang terbuat dari emas. Tak lama kemudian pemilik toko keluar dari kantornya untuk mengatakan harga kain, seraya menunjukkan banyak giginya yang dilapisi emas.


Sama seperti air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, demikian pula berkat dari Tuhan dapat mengalir dari Surga ke dalam hidup kita.


Kita dapat belajar dari kerendahan hati Daniel yang ditulis di dalam pasal 2:30 dan hasilnya,


“Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel.” (Daniel 2:48).


Seorang yang rendah hati akan diberkati hidupnya, dan juga dipromosikan oleh Tuhan.


Ketiga. Ketulusan Hati.


“Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.” (Daniel 6:4).


Karakter yang tulus memiliki integritas yang jauh lebih tinggi dari sekadar kemampuan. Karakter yang tulus bisa dikatakan salah satu bagian dari excellent spirit / roh yang luar biasa.


Kehidupan Daniel dimulai statusnya dari menjadi seorang budak, dipromosikan Tuhan menjadi menteri koordinator, dan hidupnya dapat dipercaya sehingga menjadi orang nomor dua setelah raja. Ketulusan dan kejujuran adalah modal utama kita untuk dapat diberkati oleh Tuhan.


Firman Tuhan mengatakan,


“Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan,” (Yesaya 33:15).


Ketika kita dengan tulus hidup di dalam kebenaran dan berbicara dengan jujur, maka ganjarannya akan kita dapatkan di ayat selanjutnya,


“dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin.” (ayat 16).


Ada perlindungan dan pembelaan yang teguh dari Tuhan. Bahkan bagian ayat firman Tuhan yang mengatakan “rotinya disediakan air minumnya terjamin” berbicara soal kebutuhan kita itu dijamin oleh Tuhan. Dia yang menjadikan kita,


“TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.” (Ulangan 28:13-14).


Tetapi promosi dari Tuhan yang terjadi di dalam hidup Daniel membuat banyak yang iri,


“Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya.” (Daniel 6:5).


Daniel dicari kesalahannya di dalam hal pemerintahan, tetapi tidak ditemukan kesalahan apa pun. Daniel lolos dari semuanya itu karena dirinya membuat setiap kebijakan sesuai dengan dasar firman Tuhan. Sistem yang dibuat berdasar hikmat dari firman-Nya, dan juga ada pagar perlindungan dari Tuhan sendiri. Setiap aspek yang dibangun di dalam hidup Daniel berdasarkan kebenaran dari firman Tuhan.


Dunia yang sedang kita tinggali sudah jatuh ke dalam dosa, dan hari-hari ini keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Pertanyaannya adalah,


“Apakah kita berani untuk hidup menentang arus dunia, dan tetap menjaga integritas tetap berbuat benar, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab?”


Terkadang di lembah kehidupan dapat menguji nilai-nilai apa yang ada di hidup kita, tetapi di atas puncak gunung, kita juga tak luput dari ujian.


CEO dan Pot Tanaman.


Pada suatu hari ada CEO dari sebuah perusahaan hendak mengundurkan diri dan sudah mempersiapkan tiga orang penerus, yang di mana sudah diajar banyak ilmu olehnya. Sebagai tes terakhir, CEO ini memberi 3 pot tanaman seraya berkata pada 3 orang penerus tersebut,


“Rawatlah dengan baik pot tanaman yang saya berikan ini. Setelah 6 bulan berlalu, saya akan datang kembali dan melihat pot yang Anda rawat itu nantinya akan bertumbuh atau tidak.”


Setelah 6 bulan berlalu,


Penerus Pertama datang dan menunjukkan ada tanaman tomat yang sudah bertumbuh. Penerus Kedua menunjukkan tanaman lainnya yang berbuah besar dan menarik. Tetapi pada Penerus Ketiga, potnya sama sekali tidak ada tanamannya, hanya berisi tanah yang kosong saja.


Lalu CEO tersebut mengumumkan bahwa penggantinya adalah Penerus Ketiga yang potnya kosong. Ternyata CEO ini hendak menguji sampai sejauh mana kejujuran dari 3 orang penerus tersebut. Dirinya hanya memberi tanah dan pot saja, tidak ada benih apa pun, jadi mau disiram dan diberi pupuk sebanyak apa pun, tidak akan ada tanaman yang dapat tumbuh dari pot tersebut.


Seorang yang tulus dan jujur, akan dipromosikan Tuhan pada waktu terbaik-Nya kelak.


Keempat. Ketekunan Beribadah.


“Maka berkatalah orang-orang itu: “Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!” (Daniel 6:6).


“Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.” (ayat 11-12).


Ketetapan Hati yang dibangun bersama dengan Kerendahan dan Ketulusan Hati di hadapan Tuhan, akan menghasilkan promosi yang datangnya sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik.


Di ayat di atas, orang-orang tidak menjumpai satu kesalahan pun dari hidup Daniel, selain dari kebiasaan yang sering dilakukannya,


“tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya,”


Karena kebiasaan yang dibangun Daniel di setiap harinya, pada akhirnya Daniel harus masuk ke dalam gua singa karena tidak taat pada dekrit / putusan dari raja yang sudah dibuat.


Terkadang hidup kita bisa diizinkan untuk menderita karena kebenaran. Tetapi jangan pernah mendukakan Roh Allah / Roh Kudus yang telah tinggal di dalam diri kita,


“Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.” (1 Petrus 4:14).


Setelah raja mendengar hal itu, maka sangat sedihlah ia, dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel, bahkan sampai matahari masuk, ia masih berusaha untuk menolongnya. Lalu bergegas-gegaslah orang-orang itu menghadap raja serta berkata kepadanya: “Ketahuilah, ya raja, bahwa menurut undang-undang orang Media dan Persia tidak ada larangan atau penetapan yang dikeluarkan raja yang dapat diubah!” (Daniel 6:15-16).


“Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: “Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!”” (Daniel 6:17).


Raja juga bersedih, tetapi dirinya percaya karena Daniel karib dan bertekun dalam membangun hubungan karibnya bersama dengan Tuhan.. maka mulut singa pun akan ditutup-Nya, dan tidak diizinkan untuk menyentuh Daniel.


Kita boleh saja direka-rekakan rencana jahat oleh orang lain, sama seperti yang dialami Yusuf..


“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20).


Karena itulah ketika kita merasa bahwa Tuhan hanya berdiam diri pada saat berbagai peristiwa yang kurang mengenakkan diizinkan terjadi di dalam hidup kita.. semua masih dalam proses “diaduk dan di-rekonstruksi“ sama Tuhan.


Teruslah bertekun dan setia pada Dia, karena pada akhirnya kita akan menyadari,


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).


Hidup dan masa depan kita dipegang teguh oleh tangan Tuhan yang berdaulat dan berkuasa. Percayalah bahwa apa pun yang diizinkan Tuhan terjadi di dalam hidup kita, semuanya karena ada Dia yang bekerja dalam segala sesuatu, untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup kita.


Karena ketaatan dan kesetiaan Daniel dalam membangun hubungan karibnya bersama dengan Tuhan di setiap harinya, maka kita dapat melihat selain mulut singa ditutup (Daniel 6:20-24),


“Kemudian raja Darius mengirim surat kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, yang mendiami seluruh bumi, bunyinya: “Bertambah-tambahlah kiranya kesejahteraanmu! Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkaman singa-singa.” Dan Daniel ini mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pada zaman pemerintahan Koresh, orang Persia itu.” (Daniel 6:26-29).


Ujung-ujungnya adalah nama Tuhan yang akan dipermuliakan melalui hidup kita.


Karena itu, teruslah melatih karakter kita. Tetaplah menjadi garam dan terang Kristus bagi sesama yang membutuhkan-Nya (Matius 5:13-16), sekalipun tidak ada seorangpun yang melihatnya. Sehingga karakter kita yang asli dapat terlihat pada saat kita diizinkan berada di dalam “gua singa” ataupun pada saat kita berada di berbagai momen ujian.


“Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” (Daniel 12:3).


Tetaplah menjaga Ketetapan Hati, Kerendahan dan Ketulusan Hati, serta Ketekunan dalam Beribadah. Biarlah hidup kita terus dimampukan Tuhan untuk dapat menjadi “dupa yang harum”, menjadi berkat dan terang Kristus, dan nama-Nya dipermuliakan melalui perkataan dan perbuatan kita.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Komentar


bottom of page